Rabu, 18 April 2012

Sitti Fatimah - 105104041

TugasMakalah


3.      Teori Behaviorisme dari John Broades Watson
John B. Watson dilahirkan di Greenvile pada tanggal 09 Januari 1878. John watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Ia mempelajari ilmu filsafat di University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903 dengan disertasi berjudul “ Animal Education”. Watson dikenal sebagai ilmuan yang banyak melakukan penyelidikan tentang pikologi bintang.
Pada tahun 1913 di Columbia University, Watson menyampaikan ceramah berjudul " Pychologi a the Behaviourist view it " Dia mengklaim bahwa masalahnya adalah penggunaan metode kuno seperti introspeksi, dan subyek yang tidak tepat. Sebaliknya, ia mengusulkan gagasan dari studi Tujuan dari perilaku yang disebut "behaviorisme." Dia melihat psikologi sebagai studi tentang tindakan masyarakat dengan kemampuan untuk memprediksi dan mengontrol tindakan tersebut. Ide baru ini dikenal sebagai teori behavioris. 
 Watson juga berpendapat bahwa psikologi haru dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam Dia mengklaim bahwa masalahnya adalah penggunaan metode kuno seperti introspeksi, dan subyek yang tidak tepat. Sebaliknya, ia mengusulkan gagasan dari studi Tujuan dari perilaku yang disebut "behaviorisme." Dia melihat psikologi sebagai studi tentang tindakan masyarakat dengan kemampuan untuk memprediksi dan mengontrol tindakan tersebut. Ide baru ini dikenal sebagai teori behavioris. Pandangannya behaviorisme dianggap radikal dan dikenal untuk ekstrim anti mentalism-nya, pengurangan radikal berpikir untuk respon implisit, dan ketergantungan berat dan agak sederhana pada reaksi AC. 
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkah laku. Ia percaya bahwa dengan memberikan kondisionig tertentu dalam proses pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifat-sifat tertentu.
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka) memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif.
Watson menolak pikiran sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. Tiga prinsip dalam aliran behaviorisme:
1)      menekankan respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2)      Perilaku adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari  pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial. Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua itu.
3)      Memusatkan pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).
Teori belajar S-R (timulus – respon) yang langung ini juga dengan koneksionisme menurut Thorndike, dan behaviorisme menurut Watson. Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorime ini memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang membentuk kepribadian manusia. Belajar dalam teori behaviorisme ini selanjutnya dikatakan sebagai hubungan langsung antara stimulus yang datang dari luar dengan respon yang ditampilkan oleh individu.
Pada umumnya teori belajar yang termasuk kedalam keluarga besar ehaviorisme memandang manusia sebagai organime yang netral-pasif-reaktif terhadap stimuli di ekitar lingkungannya. Orang akan beraksi jika diberi rangsangan oleh lingkungan luarnya. Demikian juga jika stimulus dilakukan ecara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, akan berakibat berubahnya perilaku individu. Mialnya dalam hal kepercayaan ebagian masyarakat tentang obat-obatan yang diiklankan di televisi. Mereka sudah tahu dan terbiaa menggunakan obat-obat tertentu yang secara gencar ditayangkan medi televisi. Jika orang akit maag maka obatnya adalah promag, waisan, mylanta, ataupun obat-obatan yang lainnya. Jenis obat lain tidak pernah gunakan pada penyakit maag tadi, pada mungkin saja ecara higienis obat yang tidak tertampilkan.
Syarat terjadinya proses belajar dalam pola hubungan S-R ini adalah dorongan (drive, rangsangan (stimulus) respon, dan penguatan (reinforcement). Unur yang pertama, dorongan, adalah suatu keinginan dalam diri seorang anak untuk memenuhi kebutuhan yang sedang dirasakannya. Contohnya seorang anak merasakan adannya kebutuhan akan teredianya seejumlah uang untuk membeli buku bacaan tertentu, maka ia terdorong untuk membelinya dengan cara meminta uang kepada ibunya atau bapaknya. Unsur dorongan ini pada semua orang, mekipun kadarnya tidak sama, ada yang kuat menggebu, ada yang lemah tidak terlalu peduli akan terpenuhi atau tidak.
Unsur berikutnya adalah rangsangan atau stimulus. Unsur ini datang dari luar diri invididu, dan tentu aja berebeda dengan dorongan tadi yang datangnya dari dalam. Contoh  ransangan antara lain adalah bau masakan yang lezat, rayuan gombal, dll. Dari adanya rangsangan atau stimulus ini maka timbul reaksi dipihak sasasran atau komunikasi. Bentuk reaksi ini bisa macam-macam bergantung pada situasi, kondisi, dan bahkan bentuk dari rangsangan tadi. Reaksi-reaksi dari seseorang akibat dari adanya rangsangan dari luar inilah yang disebut dengan respon. Dalam dunia teori belajar ini respon ini bisa diamati dari luar. Respon ada yang poitif, dan ada pula yang negatif. Yang poitif disebabkan oleh adanya ketepatan seseorang melakukakan repons terhadap stimulus yang ada, dan tentunya yang sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan yang negatif adalah apabila seseorang memberi justru yang sebaliknya dari yang diharapkan oleh pemberi rangsangan.
Unsur yang keempat adalah masalah penguatan (reinforcement). Unsur ini datangnyadari pihak luar, ditunjukan kepada orang yang merespon. Apabila repon telah benar, maka diberi penguatan agar individu terebut merasa adanya kebutuhan untuk melakukan respon eperti tadi lagi. seorang anaka kecil yang sedang mencoreti buku kepunyaan kakaknya, tiba-tiba dibentak dengan kasar oleh kakaknya, maka ia bisa terkejut dan bahka bia menderita keguncangan   sehingga berakibat buruk pada anak tadi. Memang anak tadi tidak mencoreti lagi buku lagi, nmun akibat yang paling buruk kemudian hari adalah bia menjadi trauma untuk mencoreti buku karena takut bentakan.  Itulah pengutan yang alah dari seorang kakak terhadap adikya yang masih kecil ketika sedang mau menulis buku. Dengan cara penguatan seperti itu sang anak meraa dilarang menulis.
Ada tiga kelompok belajar yang sesuai dengan teori belajar behaviorisme ini yaitu hubungan stimulus –respon (S-R bond), pembiasaan tanpa penguatan ( conditioning with no reinforcement), dan pembiasaan denga penguatan (conditioning through reinforcement)
Penekanan Teori Behaviorisme adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi proses belajar dalam diri siswa. Teori Belajar Behavioristik mengandung banyak variasi dalam sudut pandangan. Peopor-pelopor pendekata-pendekatan Behavioristik pada dasarnya berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses belajar dan karena itu dapat diubah dengan belajar baru. Baru berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang sebagian bersifat falafah dan sebagian lagi bercorak psikologi yaitu :
1.      Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baka atai buruk, bagus atau jelek. Manusia mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat atau salah. Berdasarkan bakal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri khas dari kepribadiannya,
2.      Manusia mampu untuk berfleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
3.      Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkahlaku yang baru melalui suatu proses belajar
4.      Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh perilaku orang lain





Tidak ada komentar:

Posting Komentar