TUGAS PSIKOLINGUISTIK 3
Analisis Percakapan Dengan Menggunakan Teori- teori Para Ahli
Nama : Desi Arini Lestari
Pratiwi
Nim : 105104047
Hari/Tgl : Selasa 17 April
2012
Waktu : 20.02 WITA
Tempat : Vihara Sasanadipa
A . PERCAKAPAN
Rapat pembuatan majalah Dharma News
Lia :
Bagaimana proposalnya sudah siap diantarkan?
Candra : Sepertinya harus
diulang ce’. Karena kalau mau ikut harga majalah darma citra terlalu mahal, sedangkan majalah kita
masih edisi perdana.
Imelda : Bagaimana ini
candra bilangnya kemarin harga sudah oke, proposal sudah siap kok diubah lagi.
Aduhh..tidak jelas.
Candra : iya maaf,
kemarin saya Tanya bante (biksu) nasehatnya jangan terlalu mahal patokan
harganya. Jadi saya ikut saja.
Cecil : Alasan
itu..hehe…
Lia : ya
sudah..kita ulangmi saja proposalnya jangan juga terlalu kaku. Cukup anggaran
yang dipaparkan secara rinci. Hendra tolong papan tulisnya dipindahkan
dibelakangnya candra supaya tidak membelakangi altar.
Hendra : Siap!!
Lina : selamat malam
semua, maaf terlambat..
Jonatan : Biasanya juga
gitu…(semua tertawa)
B. ANALISIS PERCAKAPAN
1.Berdasarkan Teori Ferdinand De Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa perilaku
bertutur atau tindak tutur merupakan suatu rangkaian hubungan antara dua orang
atau lebih.
Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian
kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut
dan telinga serta bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak
pembicara atau pendengar. Jika A berbicara
maka B menjadi pendengar, begitupun sebaliknya.
Di dalam otak penutur terdapat konsep-konsep atau
fakta-fakta yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai
perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep
tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu tempat yaitu
di pusat penghubung yang berada di otak. Jika penutur ingin mengemukakan sebuah
konsep kepada pendengar, maka konsep itu membuka pintu kepada pewujudnya yang
berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak (fenomena psikologis). Kemudian
dengan terbukanya pintu imaji bunyi ini, otak pun mengirim satu impuls yang
sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi
(fenomena fisiologis). Gelombang bunyi tersebut bergerak dari mulut penutur ke
telinga pendengar (proses fisik). Dari telinga pendengar, gelombang bunyi terus
masuk ke otak pendengar dalam bentuk impuls.
Contoh dari percakapan diatas, ketika Imelda
mengatakan “bagaimana ini candra kemarin bilangnya harganya sudah pas, kok
sekarang diubah lagi, aduhh..tidak jelas...”, imelda yang berperan sebagai penutur
mengeluarkan bunyi yang telah terkonsep dalam otaknya. Gelombang bunyi itu
bergerak dari mulut imelda melalui udara ke telinga ke enam pendengar dan bergerak
terus masuk ke otak mereka dalam bentuk impuls. Candra yang berperan sebagai salah
satu pendengar kemudian memahami konsep yang ada di dalam otak imelda dengan
mendengarkan bunyi-bunyian tersebut lalu memproses bunyi-bunyi itu di dalam
otaknya sehingga menimbulkan konsep yang sama seperti yang ada dalam otak
imelda. Hal ini juga berlaku ketika candra yang menjadi pembicara kemudian
imelda yang menjadi pendengar.
2. Berdasarkan Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield yang menganut paham behaviorisme
menerangkan makna (semantik) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut.
Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur
tersebut di dalam lingkungan di mana unsur-unsur berada. Distribusi dapat
diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
Pada percakapan di atas, lia berkata kepada Hendra,
“Hendra tolong papan tulisnya dipindahkan dibelakangnya candra supaya kita
tidak membelakangi altar.” Perkataan tersebut muncul karena adanya stimulus
ketika Lia ingin menulis dipapan tulis. Perilaku Lia sewaktu berkata kepada
Hendra merupakan sebuah respon dari stimulus ketika melihat papan tulis dan
altar yang saling berhadapan sehingga dapat membuat peserta rapat membelakangi
altar. Perilaku Hendra ketika mendengarkan bunyi-bunyi bahasa atau suara yang
dikeluarkan oleh Lia merupakan stimulus. Otak Hendra memproses bunyi bahasa
atau suara Lia di otaknya sampai bertindak dengan menjawab sebagai respon dari stimulus tadi.
Jadi, dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa
Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika bunyi-bunyi atau suara mulai
dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Hal tersebut disebabkan karena dapat
diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham
behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian
penting dalam kajian linguistik.
3. Berdasartkan Teori John Repert Firth
Firth mengatakan bahwa kajian linguistik yang
paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi,
morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan perhatian pada
tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Misalnya, pada percakapan di atas
ketika Lia mengatakan, ”ya sudah kita ulangmi saja proposalnya, jangan juga
terlalu kaku… ”. Kata kaku dalam
kalimat tersebut akan menimbulkan makna ganda ketika berdiri sendiri. Untuk
menjelaskan makna sesungguhnya dari bentuk kata tersebut, kita perlu melangkah
ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Jika kata kaku
dirangkaikan dengan kata-kata yang lain, seperti dalam percakapan di atas,
maka dengan mudah akan diketahui bahwa kata kaku itu mengandung
pengertian kata formal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar