Kamis, 19 April 2012

Yuni Paliling - 105104051

Tugas Psikolinguistik 3
Menganalisis Sebuah Percakapan dengan Menggunakan Tiga Teori Linguistik
Hari, tanggal          : Minggu, 15 April 2012
Waktu        : 08.10 Wita
Tempat        : Pondok Stewars (Kost)

Transkrip Percakapan
Ari               : Tauwa Indah, rajin sekali masak.
Indah            : Baa. Lapar ki klo tidak masak.
Ari               : Lewat mi itu bapak yang biasa singgah kah?
Indah            : Ia. Ini kubeli tadi sayurnya.
Ari               : Auwwa. Tidak bang mu panggil ka. Mau ka juga beli sayur na.
Indah            : Ya maaf. Tidak kutahu bilang mau ki juga, ka masih tidur ki tadi.
Ari               : Mana paeng anak-anak. Masih tidur semuai?
Indah            : Yupsi, gara-gara begadang nonton tadi malam. Baru ji Uni bangun.
Ari               : Ih… ada ki paeng Uni.
Yuni              :  ye… dari tadi ka kapeng di sini.
Ari               : Sorry ndak kulihat ki saudara. Hahaha… bisa ji ki paeng juga bangun pagi klo libur di.
Uni               : Bisa e. bangun pagi ji lagi
Indah            : Ari, mintol dulu e. Ambilkan ka dulu pisau di rak piring.
Ari               : Ok
Indah            : Sama mangkok juga.
Ari               : Ini e… ku bantu ki kupas bawang le. Daripada tidak ada apa kubikin.
Indah           : Wa… segera mi Ari.
Penjual sayur : Sayur…. Sayur… Sayur… Sayur…
Yuni              : Itu  ada lagi penjual sayur. Sakira mau ki beli sayur Ari.
Ari               : Iya. Panggilkan ka dulu e. Mau ka ambil uangku dulu
Yuni              : Sayur…sayur… cepat ki Ari.
Ari               : Iya, tunggu… sayur….(berlari keluar rumah)

Analisis Percakapan
1.     Berdasarkan Teori Ferdinand De Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (Speech act) merupakan suatu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga serta bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara atau pendengar.  Jika A berbicara maka B menjadi pendengar dan jika B berbicara maka A menjadi pendengar.
Di dalam otak penutur terdapat konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu tempat yaitu dipusat penghubung yang berada di otak. Jika penutur ingin mengemukakan sebuah konsep kepada pendengar, maka konsep itu  “membukakan” pintu kepada pewujudnya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak (fenomena psikologis) . Kemudian dengan terbukanya pintu imaji bunyi ini, otak pun mengirim satu implus yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi (fenomena fisiologis). Gelombang bunyi tersebut bergerak dari mulut penutur ke telinga pendengar (proses fisik). Dari telinga pendengar, gelombang bunyi terus masuk ke otak pendengar dalam bentuk impuls.
Contoh dari percakapan diatas, ketika ari mengatakan “tauwwa Indah rajinnya memasak”, Ari yang berperan sebagai penutur mengeluarkan bunyi yang telah terkonsep dalam otaknya. Gelombang bunyi itu bergerak dari mulut Ari melalui udara ke telinga Indah dan bergerak terus masuk ke otak Indah dalam bentuk impuls. Indah yang berperan sebagai pendengar kemudian memahami konsep yang ada di dalam otak Ari dengan mendengarkan bunyi-bunyian tersebut lalu memproses bunyi-bunyi itu di dalam otaknya sehingga menimbulkan konsep yang sama seperti yang ada dalam otak Ari. Hal ini juga berlaku ketika Indah yang menjadi pembicara kemudian Ari yang menjadi pendengar.

2.    Berdasarkan Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield yang menganut paham behaviorisme menerangkan makna (semantik) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan (environment) di mana unsur-unsur berada. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
Pada percakapan di atas, Indah berkata kepada Ari, “Ari, mintol dulu e. Ambilkan ka dulu pisau di rak piring”. Perkataan tersebut muncul karena adanya stimulus ketika Indah melihat bawang. Perilaku atau kegiatan Indah sewaktu berkata kepada Ari merupakan sebuah respon dari stimulus ketika melihat bawang.  
Perilaku Ari ketika mendengarkan bunyi-bunyi bahasa atau suara yang dikeluarkan oleh Indah  merupakan stimulus. Otak Ari memproses bunyi bahasa atau suara Indah di otaknya sampai bertindak dengan menjawab sebagai  respon dari stimulus tadi.
Jadi, dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika bunyi-bunyi atau suara mulai dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Hal tersebut disebabkan karena dapat diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian penting dalam kajian linguistik.

3.    Berdasartkan Teori John Repert Firth
Firth mengatakan bahwa kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Misalnya, pada percakapan di atas ketika Yuni mengatakan, ”Bisa e. bangun pagi ji lagi”. Kata bisa dalam kalimat tersebut akan menimbulkan makna ganda ketika berdiri sendiri. Untuk menjelaskan makna sesungguhnya dari bentuk kata tersebut, kita perlu melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Jika kata bisa dirangkaikan dengan kata-kata yang lain, seperti dalam percakapan di atas, maka dengan mudah akan diketahui bahwa kata bisa itu mengandung pengertian dapat atau mampu.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar