Kamis, 19 April 2012

Rismawati - 105104056


NAMA                                  : RISMAWATI
NIM                                       : 105104056
LOKASI                                 : GEDUNG DH.102,
   FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA, UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR.
WAKTU                               : PUKUL 07.40 WITA
HARI/TANGGAL               : SABTU, 14 APRIL 2012
PEMBICARA                       : RISMA, ANY, ANTY

PERCAKAPAN
Risma    : Adami Fadhil ?
Any        : Dag datang seng itu.
Anty      : Manai Fadhil nah ?
Risma    : Saya saja barusan cari sama Any.
Anty      : Telfonki dulue !
Any        : Yo, SMS dulu Fadhil.
Risma    : Sudah kutelfon kemarin tapi dag aktif nomernya tapi saya miscall nomor lamanya ternyata
  aktif  trus dag lama natelfon balikka itu nomor, ternyata Abi yang pegang.
Any        : Apami nabilang ?
Anty      : Hu’u, apa nabilang Abi nah ?
Risma    : Kan waktu kuangkat toh langsungka bilang, di manako Fadhil ?
                  Padahal kutauji bilang Abi itu.
Any        : Trus apami nabilang ?
Risma    : Bilangi, bukan Fadhil ini, jadi bilangka, sapaji paeng ?
                  Trus bilangi, dengan Anca.
  Jadi bilangma, ohh mana Fadhil ?
                  Baru masa’ toh bilangi, di rumahnya.
   Mdede, ihh malasku.
Anty      : Kenapa bede’ tidak aktif nomornya ?
Risma    : Nalupa bede’ di Alauddin hapenya.
Any        : Jadi sebenarnya kenapa ini Fadhil sudah 2 hari dag ngampus na maumi lagi masuk dosen na
  belumpi lagi datang ?
Risma    : Kalo nabilang Abi waktu natelfonka, ada bede’ urusan keluarganya tp dag taumi urusan apa
  itu.
Any        : Aoo, haha curigama saya.
Anty      : Aih, gappaya menikahmi Fadhil iyya baru dag bilang-bilang tongi ?
Risma    : Itu tommi yang ada di pikiranku saya ka nabilang Abi, ada urusan keluarga jadi pikiranku
  langsungmi mengarah ke situ, haha.
Any        : Iyo nah, menikah betulanmi itu anak.
Anty      : Matimija dag na undang-undangmaki.
Risma    : Bah, dag mau tawwa diganggu.
Any        : Eh..ehh sudahmi ada bapak .
                                                                                ANALISIS PERCAKAPAN                                           
1.       Teori Ferdinand De Saussure                    
Pada percakapan di atas, dapat dianalisis dengan menggunakan Teori Ferdinand De Saussure. De Saussure menyatakan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai suatu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian-luar dibatasi dengan mulut dan telinga, sedangkan bagian-dalam dibatasi oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara dan pendengar. Jika Risma berbicara maka Any dan Anty menjadi pendengar dan begitu pula sebaliknya. Yaitu apa yang di kemukakan oleh Risma merupakan suatu konsep yang diberikan kepada Any dan Anty yang kemudian membuat Any dan Anty mengerti dengan apa yang dikemukakan oleh Risma.
Di dalam otak penutur A terdapat konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudan yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu tempat yaitu dipusat penghubung yang berada di otak. Jika penutur A ingin mengemukakan sebuah konsep itu ‘’ membukakan’’ pintu kepada perwujudannya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan fenomena psikologis. Kemudian dengan terbukanya pintu imaji bunyi ini, otak pun mengirim satu implus yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi , dan ini merupakan fenomena psikologis. Misalnya, pada percakapan diatas, gelombang bunyi itu bergerak dari mulut Risma kemudian melewati udara ke telinga Any dan Anty yang merupakan proses fisik . Dari telinga Any dan Anty gelombang bunyi bergerak terus masuk ke otak Any dan Anty dalam implus. Lalu terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi  ini dengan konsep yang sama, seperti yang ada dalam otak pembicara pertama atau A pada percakapan ini yaitu Risma. Apabila Pembicara kedua Any dan berbicara dengan Risma dan Anty sebagai pendengar, maka proses yang sama akan terjadi pula, yaitu antara Any dengan Risma dan Anty.
Selanjutnya, De saussure membedakan atara parole, langue,dan langage. Ketiganya bisa dipadankan dengan kata “bahasa” dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan pengertian yang berbeda. Dalam percakapan diatas, hanya memakai parole. Yaitu, bahasa yang konkret yang keluar dari mulut seorang pembicara, jadi karena sifatnya yang konkret maka parole itu didengar.
2.       Teori Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield adalah penganut paham behaviorisme yang menerangkan makna semantik dengan menggunakan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
Teori Leonard Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika bunyi-bunyi atau suara mulai dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Seperti pada penggalan percakapan di atas, Risma bertanya kepada Any, “adami Fadhil ?”, kemudian Any menjawab, “dag datang seng itu”. Perilaku Risma ketika bertanya kepada Any merupakan suatu respon dari stimulus ketika melihat Any. Risma lalu menghasilkan bunyi-bunyian ketika bertanya kepada Any. Perilaku Any ketika mendengarkan bunyi-bunyian atau suara yang dikeluarkan oleh Risma merupakan stimulus di dalam otak Any. Hal tersebut disebabkan karena dapat diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian penting dalam kajian linguistik.
3.       Teori John Rupert Firth
Menurut Firth,  kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth terdapat konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Akan tetapi, Firth lebih memusatkan perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Misalnya, pada percakapan di atas, Risma mengatakan,” Saya saja barusan cari sama Any”,  tentu akan sangat membingungkan pada saat kata sama tersebut berdiri sendiri. Kata sama pada percakapan tersebut dapat menimbulkan makna-makna yang berlainan. Maka untuk menjelaskannya, kita dapat melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Dalam konteks sintaksis, kata sama ini akan dirangkaian dalam sebuah kalimat ataupun wacana lisan seperti percakapan di atas. Jika kata sama itu dihubungkan dengan kalimat pernyataan sebelumnya, maka dengan mudah akan diketahui bahwa sama itu mengandung pengertian bersama dengan Any  yang mencari Fadhil pada saat itu. Dalam hal ini, karena wacana yang digunakan adalah wacana lisan, maka dapat diterima jika terdapat banyak kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang tidak lengkap tetapi dapat dimengerti antara pembicara dan pendengar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar