Tugas
Psikolinguistik
Lakukan
analisis percakapan berdasarkan teori-teori linguistik!
Jawab:
Keterangan:
Tempat : Rumah Kos
Tanggal : 15 April 2012
Waktu : Pukul 14.10 WITA
Pelaku : Miya dan Dila (dua orang)
Transkrip
percakaapn:
Miya : “Kenapa je’ lambat datang? Tidurki?”
Dila : “Tidak mbe, santai-santaika saja di
kamar.”
Miya : “Saya kira kita kerjami itu di kamarta
makanya tidak ke sinimi.”
Dila : “Pua, tidak. Kan sudahki janjian mau
kerjai sama-sama.”
Miya : “Wah, janji yang ditepati.”
Dila : “Miya, panas ya”
Miya : (Diam, kemudian diikuti dengan tindakan
menyalakan kipas angin).
Dila :
“Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman
tidurku deh.”
Miya :
“Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”
A. Teori Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai satu serangkaian hubungan antara
dua orang atau lebih, seperti antara Miya dan Dila. Perilaku bertutur ini
terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam.
Bagian-luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian-dalam oleh jiwa
atau akal yang terdapat dalam otak pembiacara dan pendengar.
Di dalam otak penutur (Miya) terdapat
konsep-konsep yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudan
yang digunakan untuk mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun
imaji bunyi terletak dalam satu tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di
otak. Seperti pada percakapan:
Miya : “Kenapa je’ lambat
datang? Tidurki?”
Dila : “Tidak ji,
santai-santaika saja di kamar.”
Penutur (Miya) ingin mengemukakan sebuah
konsep kepada pendengar (Dila), maka konsep itu “membukakan” pintu kepada
pewujudnya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan
fenomena psikologis. Kemudian, dengan terbukanya pintu imaji bunyi, otak pun
mengirim satu impuls yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap
yang mengeluarkan bunyi, hal ini merupakan proses fisiologis.
Selanjutnya, gelombang bunyi itu bergerak
dari mulut Miya melewati udara ke telinga Dila, hal ini merupakan proses fisik.
Dari telinga Dila, gelombang bunyi bergerak masuk ke otak Dila dalam bentuk
impuls. Kemudian, terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi
dengan konsep yang sama, seperti dalam otak Miya. Apabila Dila berbicara dan
Miya mendengarkan, maka proses yang sama atau proese yang dijelaskan sebelumnya
akan terjadi pula.
B.
Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield merupakan penganut
bahaviorisme. Menurut Bloomfield suatu bahasa dapat diamati ketika berwujud
bunyi dan terdapat perilaku-perilaku bahasa, apabila hanya mental saja maka
bahasa itu tidak dapat diamati.
Berdasarkan teori Bloomfield percakapan di atas dapat di analisis.
Dila : “Miya, panas
ya.”
Miya :
(Diam, kemudian diikuti dengan tindakan menyalakan kipas angin)
Secara skematis peristiwa tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
S r ........................ s R
(1)
(2) (3) (4) (5) (6) (7)
Penjelasan:
(1)
Dila
merasa panas (S= stimulus)
(2)
Otak
Dila mulai bekerja ketika merasa panas hingga berkata pada Miya.
(3)
Perilaku
dan kegiatan Dila sewaktu berkata kepada Miya (r= respon).
(4)
Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila ketika
berbicara kepada Miya (...)
(5)
Perilaku atau kegiatan Miya ketika mendengarkan
bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila (s=stimulus)
(6)
Otak Miya bekerja mulai dari mendengar bunyi atau
suara dari Dila sampai bertindak.
(7)
Miya bertindak menyalakan kipas angin untuk Dila
yang merasa panas (R= respon).
Nomor (3), (4), dan (5) yaitu (r dan s)
merupakan lambang atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara
fisiologis, sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah
nomor (4). Dengan kata lain, dari nomor (1) - (7) yang merupakan bahasa
hanyalah nomor (4). Menurut Bloomfield, mulai dari (1) hingga (7), kecuali (4)
tidaklah penting karena hal itu tidak dapat diamati.
C.
Teori John Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firth dalam kajian
linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori ini, ada konteks
fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks ini. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik
dan tingkatan semantik, sedangkan yang lain tidak terlalu diperhatikan.
Perhatikan percakapan berikut!
Dila :
“Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman
tidurku deh.”
Miya :
“Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”
Berdasarkan analisis abstraksi
sintagmatik maka kata ‘teman tidurku’ dapat mengandung arti sebagai
berikut:
1.
Teman
yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos
2.
Teman
tidur dapat pula berarti suami.
Berdasarkan analisis abstraksi
paradigmatik (makna yang sesuai dengan konteks) maka kata “teman tidurku”
mengandung arti ‘teman yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar