Kamis, 19 April 2012

Kasmia 105104036


Tugas Psikolinguistik
Lakukan analisis percakapan berdasarkan teori-teori linguistik!
Jawab:
Keterangan:
Tempat            : Rumah Kos
Tanggal           : 15 April 2012
Waktu             : Pukul 14.10 WITA
Pelaku             : Miya dan Dila (dua orang)

Transkrip percakaapn:
Miya    : “Kenapa je’ lambat datang? Tidurki?”
Dila     : “Tidak mbe, santai-santaika saja di kamar.”
Miya    : “Saya kira kita kerjami itu di kamarta makanya tidak ke sinimi.”
Dila     : “Pua, tidak. Kan sudahki janjian mau kerjai sama-sama.”
Miya    : “Wah, janji yang ditepati.”
Dila     : “Miya, panas ya”
Miya    : (Diam, kemudian diikuti dengan tindakan menyalakan kipas angin).
Dila     : “Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman tidurku deh.”
Miya    : “Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”

A.      Teori Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai satu serangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara Miya dan Dila. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian-luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian-dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembiacara dan pendengar.


Di dalam otak penutur (Miya) terdapat konsep-konsep yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudan yang digunakan untuk mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi terletak dalam satu tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di otak. Seperti pada percakapan:
Miya         : “Kenapa je’ lambat datang? Tidurki?”
Dila          : “Tidak ji, santai-santaika saja di kamar.”
Penutur (Miya) ingin mengemukakan sebuah konsep kepada pendengar (Dila), maka konsep itu “membukakan” pintu kepada pewujudnya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan fenomena psikologis. Kemudian, dengan terbukanya pintu imaji bunyi, otak pun mengirim satu impuls yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi, hal ini merupakan proses fisiologis.
Selanjutnya, gelombang bunyi itu bergerak dari mulut Miya melewati udara ke telinga Dila, hal ini merupakan proses fisik. Dari telinga Dila, gelombang bunyi bergerak masuk ke otak Dila dalam bentuk impuls. Kemudian, terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi dengan konsep yang sama, seperti dalam otak Miya. Apabila Dila berbicara dan Miya mendengarkan, maka proses yang sama atau proese yang dijelaskan sebelumnya akan terjadi pula.
B.       Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield merupakan penganut bahaviorisme. Menurut Bloomfield suatu bahasa dapat diamati ketika berwujud bunyi dan terdapat perilaku-perilaku bahasa, apabila hanya mental saja maka bahasa itu tidak dapat diamati.
Berdasarkan teori Bloomfield percakapan di atas dapat di analisis.
Dila          : “Miya, panas ya.”
Miya         : (Diam, kemudian diikuti dengan tindakan menyalakan kipas  angin)
Secara skematis peristiwa tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
S                                      r ........................ s                                        R
(1)                     (2)          (3)                       (4)      (5)                 (6)     (7)

Penjelasan:
(1)   Dila merasa panas (S= stimulus)
(2)   Otak Dila mulai bekerja ketika merasa panas hingga berkata pada Miya.
(3)   Perilaku dan kegiatan Dila sewaktu berkata kepada Miya (r= respon).
(4)   Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila ketika berbicara kepada Miya (...)
(5)   Perilaku atau kegiatan Miya ketika mendengarkan bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila (s=stimulus)
(6)   Otak Miya bekerja mulai dari mendengar bunyi atau suara dari Dila sampai bertindak.
(7)   Miya bertindak menyalakan kipas angin untuk Dila yang merasa panas (R= respon).

Nomor (3), (4), dan (5) yaitu (r dan s) merupakan lambang atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara fisiologis, sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nomor (4). Dengan kata lain, dari nomor (1) - (7) yang merupakan bahasa hanyalah nomor (4). Menurut Bloomfield, mulai dari (1) hingga (7), kecuali (4) tidaklah penting karena hal itu tidak dapat diamati.
C.      Teori John Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori ini, ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari konteks-konteks ini. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik, sedangkan yang lain tidak terlalu diperhatikan.
Perhatikan percakapan berikut!
Dila            : “Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman tidurku deh.”
Miya           : “Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”
Berdasarkan analisis abstraksi sintagmatik maka kata ‘teman tidurku’ dapat mengandung arti sebagai berikut:
1.      Teman yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos
2.      Teman tidur dapat pula berarti suami.
Berdasarkan analisis abstraksi paradigmatik (makna yang sesuai dengan konteks) maka kata “teman tidurku” mengandung arti ‘teman yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos’.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar