Kamis, 19 April 2012

Fadilah Neyarasmi


Nama          : Fadilah Neyarasmi
Nim             : 105104060

Tugas Psikolinguistik
Menganalisis percakapan berdasarkan teori-teori linguistik!
Tempat           : Ruang Kamar
Tanggal           : 17 April 2012
Waktu             : Pukul 17.30 WITA
Pelaku             : 2 orang (Niar dan Dilha)
Transkrip hasil percakapan:
Niar        : Dilha, bagaimanami midmu yang metode?
Dilha      : Yah begitulah, ternyata open bookki padeng. Andaikan kutahu pasti ndak susah-susahja menghafal.
Niar        : Oh, baguslah. Eh ada djie kau belikanka titipanku tadi, yang kusmsko?
Dilha      : (Langsung membuka tas dan mengambil roti/cemilan yang dimaksud Niar).
Niar        : Mantap!
Dilha      : Oh iya mana Tiefa?
Niar        : Pergi cuci mata. Streski beng habis mid yang kemarin.
Dilha      : Hahah, baru djie begitu. Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Analisis:
·         Teori Ferdinand De Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (speech act) sebagai satu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti yang dilakukan antara N (Niar) dengan D (Dilha) dalam percakapan di atas. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara dan pendengar. Jika N berbicara maka D menjadi pendengar, dan jika B berbicara maka N menjadi pendengar.

Di dalam otak penutur N terdapat konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di otak. Seperti halnya yang terlihat pada percakapan di bawah ini:
Niar        : Dilha, bagaimanami midmu yang metode?
Dilha      : Yah begitulah, ternyata open bookki padeng. Andaikan kutahu pasti ndak susah-susahja menghafal.
Penutur N ingin mengatakan “Dilha, bagaimanami midmu yang metode?” kepada penutur D, maka sebelumnya iya haruslah “membukakan” pintu kepada perwujudannya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan fenomena psikologis. Kemudian dengan terbukanya pintu imaji ini, otak pun mengirim satu impuls yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi, dan merupakan proses fisiologis. Kemudian gelombang bunyi itu bergerak dari mulut N melewati udara ke telinga D, dan ini merupakan proses fisik. Dari telinga D gelombang bunyi bergerak terus masuk ke otak D dalam bentuk impuls. Lalu terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi ini dengan konsep yang sama, seperti yang ada dalam otak N.
·         Teori Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield merupakan seorang tokoh linguistik yang menganut aliran perilaku atau behaviorisme. Menurutnya, unsur-unsur linguistik diterangkan berdasarkan distribusi unsur-unsur di dalam lingkungannya di mana unsur-unsur itu berada. Teori linguistik Bloomfield juga terdapat pada percakapan di atas, seperti halnya dengan anekdot Jack and Jill yang pernah ia kemukakan.
Niar        : Oh, baguslah. Eh ada djie kau belikanka titipanku tadi, yang kusmsko?
Dilha      : (Langsung membuka tas dan mengambil roti/cemilan yang dimaksud Niar).
Niar        : Mantap!
Berdasarkan percakapan di atas, dapat disimpulkan bahwa, Niar menanyakan tentang cemilan atau roti yang dititipkannya pada Dilha untuk dibelikan sepulang kuliah. Dilha paham maksud Niar lalu mengambil kue tersebut dari dalam tas kemudian ia berikan kepada Niar.
Secara skematis peristiwa itu dapat digambarkan sebagai berikut:

S                                      r……………………………..s                                             R
(1)                         (2)      (3)                                       (4)            (5)            (6)          (7)
Penjelasan:
(1)   Niar bertanya tentang roti (S=stimulus).
(2)  Otak Niar mulai bekerja ketika menanyakan tentang roti itu.
(3)  Perilaku atau kegiatan Niar sewaktu berkata kepada Dilha (r=respons).
(4)  Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Niar waktu berbicara kepada Dilha.
(5)  Perilaku atau kegiatan Dilha sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Niar (S=stimulus).
(6)  Otak Dilha bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Niar sampai bertindak.
(7)  Dilha bertindak mengambil roti dari dalam tas, memberikannya kepada Niar (R=respons)
Nomor (3), (4), dan (5) yairu (r s) adalah lambing atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara fisiologis, sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nomor (4).
·         Teori John Rupert Firth
Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri atas lima tingkatan yaitu tingkatan fonetis, leksikon, morfologi, sintaksis, dan semantis. Firth lebih memerhatikan pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik sedangkan tingkatan lain kurang diperhatikan. Misalnya pada penggalan percakapan di bawah ini:
Dilha      : Oh iya mana Tiefa?
Niar        : Pergi cuci mata. Streski beng habis mid yang kemarin.
Dilha      : Hahah, baru djie begitu. Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Berdasarkan arti sintagmatik, kata “cuci mata” mengandung beberapa makna tergantung konteks kalimatnya. Yaitu: cuci mata dalam artian sebenarnya, bisa juga cuci mata dalam artian pergi melihat-lihat sesuatu sambil berjalan-jalan.
Berdasarkan arti paradigmatic, kata “cuci mata” yang sesuai dengan konteks percakapan di atas adalah makna yang kedua atau dalam artian pergi melihat-lihat sambil berjalan-jalan. Hal ini terlihat pada percakapan selanjutnya yaitu: Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Salah satu dimensi arti dari lima dimensi seperti yang disebutkan di atas adalah dimensi hubungan kata-kata, hal ini tidak boleh dipisahkan dari konteks situasi dan budaya. Arti satu tergantung dari kolokasi yang mungkin dari kata itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar