Nama : Fadilah Neyarasmi
Nim : 105104060
Tugas Psikolinguistik
Menganalisis percakapan
berdasarkan teori-teori linguistik!
Tempat : Ruang Kamar
Tanggal : 17 April 2012
Waktu : Pukul 17.30 WITA
Pelaku : 2 orang (Niar dan Dilha)
Transkrip hasil percakapan:
Niar : Dilha, bagaimanami
midmu yang metode?
Dilha : Yah begitulah,
ternyata open bookki padeng. Andaikan kutahu pasti ndak susah-susahja
menghafal.
Niar : Oh, baguslah. Eh
ada djie kau belikanka titipanku tadi, yang kusmsko?
Dilha : (Langsung membuka
tas dan mengambil roti/cemilan yang dimaksud Niar).
Niar : Mantap!
Dilha : Oh iya mana Tiefa?
Niar : Pergi cuci mata.
Streski beng habis mid yang kemarin.
Dilha : Hahah, baru djie
begitu. Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Analisis:
·
Teori
Ferdinand De Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur (speech act) sebagai satu rangkaian
hubungan antara dua orang atau lebih, seperti yang dilakukan antara N (Niar)
dengan D (Dilha) dalam percakapan di atas. Perilaku bertutur ini terdiri dari
dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi
oleh mulut dan telinga sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat
dalam otak pembicara dan pendengar. Jika N berbicara maka D menjadi pendengar,
dan jika B berbicara maka N menjadi pendengar.
Di dalam otak penutur N terdapat
konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi
linguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau
mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu
terletak dalam satu tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di otak.
Seperti halnya yang terlihat pada percakapan di bawah ini:
Niar : Dilha, bagaimanami midmu yang metode?
Dilha : Yah begitulah, ternyata open bookki
padeng. Andaikan kutahu pasti ndak susah-susahja menghafal.
Penutur N
ingin mengatakan “Dilha, bagaimanami
midmu yang metode?” kepada penutur D, maka sebelumnya iya haruslah
“membukakan” pintu kepada perwujudannya yang berupa imaji bunyi yang masih berada
dalam otak dan merupakan fenomena psikologis. Kemudian dengan terbukanya pintu
imaji ini, otak pun mengirim satu impuls yang sama dengan imaji bunyi itu
kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi, dan merupakan proses fisiologis.
Kemudian gelombang bunyi itu bergerak dari mulut N melewati udara ke telinga D,
dan ini merupakan proses fisik. Dari telinga D gelombang bunyi bergerak terus
masuk ke otak D dalam bentuk impuls. Lalu terjadilah proses psikologis yang
menghubungkan imaji bunyi ini dengan konsep yang sama, seperti yang ada dalam
otak N.
·
Teori
Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield merupakan
seorang tokoh linguistik yang menganut aliran perilaku atau behaviorisme.
Menurutnya, unsur-unsur linguistik diterangkan berdasarkan distribusi unsur-unsur
di dalam lingkungannya di mana unsur-unsur itu berada. Teori linguistik
Bloomfield juga terdapat pada percakapan di atas, seperti halnya dengan anekdot
Jack and Jill yang pernah ia kemukakan.
Niar : Oh, baguslah. Eh
ada djie kau belikanka titipanku tadi, yang kusmsko?
Dilha : (Langsung membuka
tas dan mengambil roti/cemilan yang dimaksud Niar).
Niar : Mantap!
Berdasarkan percakapan di atas, dapat
disimpulkan bahwa, Niar menanyakan tentang cemilan atau roti yang dititipkannya
pada Dilha untuk dibelikan sepulang kuliah. Dilha paham maksud Niar lalu
mengambil kue tersebut dari dalam tas kemudian ia berikan kepada Niar.
Secara skematis peristiwa itu
dapat digambarkan sebagai berikut:
S r……………………………..s R
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Penjelasan:
(1) Niar
bertanya tentang roti (S=stimulus).
(2) Otak
Niar mulai bekerja ketika menanyakan tentang roti itu.
(3) Perilaku
atau kegiatan Niar sewaktu berkata kepada Dilha (r=respons).
(4) Bunyi-bunyi
atau suara yang dikeluarkan Niar waktu berbicara kepada Dilha.
(5) Perilaku
atau kegiatan Dilha sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi atau suara yang
dikeluarkan Niar (S=stimulus).
(6) Otak
Dilha bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Niar sampai bertindak.
(7) Dilha
bertindak mengambil roti dari dalam tas, memberikannya kepada Niar (R=respons)
Nomor (3), (4), dan (5) yairu (r
s) adalah lambing atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara
fisiologis, sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah
nomor (4).
·
Teori
John Rupert Firth
Menurut Firth struktur bahasa
itu terdiri atas lima tingkatan yaitu tingkatan fonetis, leksikon, morfologi,
sintaksis, dan semantis. Firth lebih memerhatikan pada tingkatan fonetik dan
tingkatan semantik sedangkan tingkatan lain kurang diperhatikan. Misalnya pada
penggalan percakapan di bawah ini:
Dilha : Oh iya mana Tiefa?
Niar : Pergi cuci mata.
Streski beng habis mid yang kemarin.
Dilha : Hahah, baru djie
begitu. Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Berdasarkan arti sintagmatik, kata “cuci mata”
mengandung beberapa makna tergantung konteks kalimatnya. Yaitu: cuci mata dalam artian sebenarnya, bisa
juga cuci mata dalam artian pergi
melihat-lihat sesuatu sambil berjalan-jalan.
Berdasarkan arti
paradigmatic, kata “cuci mata” yang sesuai dengan konteks percakapan di atas
adalah makna yang kedua atau dalam artian pergi melihat-lihat sambil
berjalan-jalan. Hal ini terlihat pada percakapan selanjutnya yaitu: Enaknya itu, baru ndak ajak-ajakki.
Salah satu dimensi arti dari lima dimensi seperti
yang disebutkan di atas adalah dimensi hubungan kata-kata, hal ini tidak boleh
dipisahkan dari konteks situasi dan budaya. Arti satu tergantung dari kolokasi
yang mungkin dari kata itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar