Tugas
Psikolinguistik 3
Menganalisis Sebuah Percakapan dengan
Menggunakan Tiga Teori Linguistik
Hari, tanggal :
Minggu, 15 April 2012
Waktu
: 08.10 Wita
Tempat : Pondok Stewars (Kost)
Transkrip Percakapan
Ari :
Tauwa Indah, rajin sekali masak.
Indah :
Baa. Lapar ki klo tidak masak.
Ari :
Lewat mi itu bapak yang biasa singgah kah?
Indah :
Ia. Ini kubeli tadi sayurnya.
Ari :
Auwwa. Tidak bang mu panggil ka. Mau ka juga beli sayur na.
Indah :
Ya maaf. Tidak kutahu bilang mau ki juga, ka masih tidur ki tadi.
Ari :
Mana paeng anak-anak. Masih tidur semuai?
Indah :
Yupsi, gara-gara begadang nonton tadi malam. Baru ji Uni bangun.
Ari :
Ih… ada ki paeng Uni.
Yuni :
ye… dari tadi ka kapeng di sini.
Ari :
Sorry ndak kulihat ki saudara. Hahaha… bisa ji ki paeng juga bangun pagi klo libur
di.
Uni :
Bisa e. bangun pagi ji lagi
Indah :
Ari, mintol dulu e. Ambilkan ka dulu pisau di rak piring.
Ari :
Ok
Indah :
Sama mangkok juga.
Ari :
Ini e… ku bantu ki kupas bawang le. Daripada tidak ada apa kubikin.
Indah : Wa… segera mi Ari.
Penjual sayur : Sayur…. Sayur… Sayur… Sayur…
Yuni :
Itu ada lagi penjual sayur. Sakira mau
ki beli sayur Ari.
Ari :
Iya. Panggilkan ka dulu e. Mau ka ambil uangku dulu
Yuni :
Sayur…sayur… cepat ki Ari.
Ari :
Iya, tunggu… sayur….(berlari keluar rumah)
Analisis Percakapan
1. Berdasarkan Teori Ferdinand De Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (Speech act) merupakan suatu rangkaian
hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur
ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian
luar dibatasi oleh mulut dan telinga serta bagian dalam oleh jiwa atau akal
yang terdapat dalam otak pembicara atau pendengar. Jika A berbicara maka B menjadi pendengar dan
jika B berbicara maka A menjadi pendengar.
Di dalam otak penutur terdapat konsep-konsep
atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai
perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep
tersebut. Baik konsep maupun imaji bunyi itu terletak dalam satu tempat yaitu
dipusat penghubung yang berada di otak. Jika penutur ingin mengemukakan sebuah
konsep kepada pendengar, maka konsep itu “membukakan” pintu kepada pewujudnya yang
berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak (fenomena psikologis) .
Kemudian dengan terbukanya pintu imaji bunyi ini, otak pun mengirim satu implus
yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap yang mengeluarkan bunyi (fenomena
fisiologis). Gelombang bunyi tersebut bergerak dari mulut penutur ke telinga
pendengar (proses fisik). Dari telinga pendengar, gelombang bunyi terus masuk
ke otak pendengar dalam bentuk impuls.
Contoh dari percakapan diatas, ketika ari mengatakan “tauwwa Indah
rajinnya memasak”, Ari yang berperan sebagai penutur mengeluarkan bunyi yang
telah terkonsep dalam otaknya. Gelombang bunyi itu bergerak dari mulut Ari melalui
udara ke telinga Indah dan bergerak terus masuk ke otak Indah dalam bentuk
impuls. Indah yang berperan sebagai pendengar
kemudian memahami konsep yang ada di dalam otak Ari dengan mendengarkan
bunyi-bunyian tersebut lalu memproses bunyi-bunyi itu di dalam otaknya sehingga
menimbulkan konsep yang sama seperti yang ada dalam otak Ari. Hal ini juga
berlaku ketika Indah yang menjadi pembicara kemudian Ari yang menjadi pendengar.
2. Berdasarkan Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield yang menganut paham behaviorisme menerangkan
makna (semantik) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur
linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam
lingkungan (environment) di mana
unsur-unsur berada. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna
tidak dapat.
Pada percakapan di atas, Indah berkata kepada Ari, “Ari, mintol dulu e. Ambilkan ka dulu pisau di
rak piring”. Perkataan tersebut muncul karena adanya stimulus ketika Indah
melihat bawang. Perilaku atau kegiatan Indah sewaktu berkata kepada Ari
merupakan sebuah respon dari stimulus ketika melihat bawang.
Perilaku Ari ketika mendengarkan bunyi-bunyi
bahasa atau suara yang dikeluarkan oleh Indah
merupakan stimulus. Otak Ari memproses bunyi bahasa atau suara Indah di
otaknya sampai bertindak dengan menjawab sebagai respon dari stimulus tadi.
Jadi, dari keterangan di atas dapat disimpulkan
bahwa Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika bunyi-bunyi atau suara mulai
dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Hal tersebut disebabkan karena dapat
diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham
behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian
penting dalam kajian linguistik.
3. Berdasartkan Teori John Repert Firth
Firth mengatakan bahwa kajian linguistik yang paling
penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon,
dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan
tingkatan semantik. Misalnya, pada percakapan di atas ketika Yuni mengatakan, ”Bisa e. bangun pagi ji lagi”. Kata bisa
dalam kalimat tersebut akan menimbulkan makna ganda ketika berdiri sendiri.
Untuk menjelaskan makna sesungguhnya dari bentuk kata tersebut, kita perlu
melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Jika
kata bisa dirangkaikan dengan kata-kata yang lain, seperti
dalam percakapan di atas, maka dengan mudah akan diketahui bahwa kata bisa itu
mengandung pengertian dapat atau mampu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar