TEORI KESEGERAAN DARI EDWIN GUTHRIE
A.
Edwin
Ray Guthrie
Guthrie lahir pada 9 Januari 1886
dan meninggal pada 1959. Beliau adalah Professor Psikologi di University of
Washington dari 1914 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psychology
of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan direvisi pada 1952.
1.
Pandangan
Guthrie Tentang Hukum Belajar
Hukum
belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of
contiguity). Maksudnya adalah: “ kombinasi stimulus yang mengiringi gerakan
akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiaannya berulang”. Jadi, jika
pada situasi tertentu kita melakukan sesuatu, maka pada waktu lain dan
situasinya sama kita akan cenderung melakukan hal yang sama juga.
Hukum
tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah yang dikemukakan oleh
Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan. Thorndike mengemukakan
bahwa, jika respons menemukan kondisi yang memuaskan maka koneksi S-R akan
menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan dengan hukum belajarnya dengan model
kondisional berupa CR-CS-US-UR. Unsur- unsur itulah yang dianggap oleh Guthrie
berlebihan. Pada publikasi terakhirnya sebelum meninggal, Guthrie sempat
merevisi hukum kontiguitasnya menjadi, “apa- apa yang dilihat akan menjadi
sinyal terhadap apa- apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai
macam stimulus yang dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan
organisme tidak mungkin membentuk asosiasi dengan semua stimulus itu. Organisme
hanya akan memproses secara efektif pada sebagian kecil dari stimulus yang
dihadapinya, dan selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan
respons.
2.
Stimulus
yang Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun Guthrie menekankan
keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya, dia menganggap akan
keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari sebagaian hanya asosiasi
antara stimulus lingkungan dengan perilaku nyata. Misalnya, kejadian di
lingkungan dan responnya terkadang dipisahkan oleh satu interval waktu, dan
karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian yang bersamaan.
Guthrie selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya
movement-product stimulus (stimulus yang dihasilkan oleh gerakan), yakni
disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering
kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke
pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai
stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimulus dari gerakan kita sendiri menuju
pesawat telepon.
3.
Mengapa
Praktik Latihan Meningkatkan Performa ?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan
movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari
berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan sebagai perubahan apa
yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai contoh tindakan, Guthrie menyebut
misalnya mengetik surat, makan pagi, dan lain-lain. Adapun untuk belajar
tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang berbeda dari
gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan yang tepat
telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie, tindakan
sederhana seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda sesuai
jarak dan arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah latihan,
karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat waktu, jarak,
dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
4.
Sifat
Pengetahuan
Apa yang
menggantikan kekuatan dalam teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan isu
yang dibahas Thorndike, ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan,
maka selanjutnya terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum
efek tidak dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah
aransemen mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya.
Gutrie
menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya
mencegah terjadinya nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal yang
dilakukan hewan sebelum menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau
menarik cincin, yang membuatnya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya.
Oleh
karena itulah, Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan
yang dilakukan oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap
itulah caranya membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan
adanya respons baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
5.
Lupa
Menurut Guthrie, lupa disebabkan
oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola stimulus. Setelah pola
stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus itu kemudian akan
cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie, lupa pasti
melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive inhibition
(hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar lama
diintervensi oleh proses belajar baru. Untuk menunjukkan hambatan retroaktif,
contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan kemudian belajar
tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar tugas A, tetapi
tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara umum akan
ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit ketimbang orang
kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah mencampuri
retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A). Guthrie menerima bentuk
hambatan retroaktif ekstrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap kali
mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang lama.
Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi, maka
lupa tidak akan terjadi.
6.
Cara
Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan
adalah respons yang diasosiasikan dengan sejumlah besar stumulus. Merokok
misalnya, dapat menjadi kebiasaan yang kuat karena respons merokok terjadi
dihadapan banyak sekali petunjuk (cue). Artinya, jika sebuah petunjuk dari apa
yang dirasakan orang saat merokok akan menjadikan seseorang mengulangi merokok
jika petunjuk itu ditemuinya lagi.
Setiap
pengulangan akan menambah satu atau lebih petunjuk baru yang memunculkan
perilaku yang buruk. Minum alkohol dan merokok setelah bertahun-tahun dijalani
adalah sistem tindakan yang dapat dipicu oleh ribuan pengingat, minuman dan rokok,
akan menyebabkan tindakan itu terhalang dan menimbulkan ketegangan dan
kegelisahan. Untuk memutus kebiasaan tersebut, Gutrie merumuskan beberapa
metode. Diantaranya adalah :
a) Metode Ambang: mencari petunjuk yang
memicu kebiasaan buruk dan melakukan respons lain saat petunjuk itu muncul.
Misal, saat diketahui alasan merokok karena stres, maka ketika suatau saat
stres itu datang lakukan kegiatan lain.
b) Metode Kelelahan: membiarkan respons
terus menerus hingga tidak lagi menjadi fungsi dari stimulus. Misalnya, gadis
kecil senang menyalakan korek api, tugasnya adalah membiarkannya sampai dia
merasa menyalakan korek api tidak lagi menyenangkan.
c) Metode Respons yang Tidak Kompitabel:
memberikan penyandingan terhadap stimulus karena dianggap dapat menimbulkan
respons buruk. Misalnya, ibu memberi anaknya sebuah boneka, tetapi anak justru
takut dan gemetar. Jadi, ibu harus menjadi stimulus yang dominan agar kombinasi
keduanya berbentuk relaksasi.
7.
Hukuman
Guthrie mengatakan efektivitas
punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab tindakan yang dilakukan oleh
organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik bukan karena rasa sakit yang
dialami oleh individu terhukum, tetapi karena hukuman mengubah cara individu
merespons stimulus tertentu. Hukuman akan efektif jika menghasilkan respons baru
terhadap stimulus yang sama.
Hukuman
berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan
perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal
jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang
dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan
anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie menyarankan, anda mengendarai
mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari disisi mobil pelankan
kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing.
8.
Dorongan
Drives
(dorongan) fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining stimulus
(stimulus yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai tujuan
tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimulus internal yang terus ada
sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimulus akan
hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah.
Disini
Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba
dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam
kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi maintaining stimulus.
Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan gelisah, dia akan
cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai narkoba atau
minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi kecanduan.
9.
Niat
Respons yang dikondisikan ke
maintaining stimulus dinamakan intentions (niat). Respons tersebut dinamakan
niat karena maintaining stimulus dari dorongan biasanya berlangsung selama
periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang). Gambarannya, ketika seseorang lapar dan ada
roti di dalam kantor, dia akan memakannya. Tetapi jika dia lupa membawa bekal
makan siang, dia akan berdiri dari kursi, mengenakan jaket, mencari restoran,
dsb. Perilaku yang dipicu oleh maintaining stimulus inilah yang tampak
purposive atau intensional (diniatkan).
10. Transfer Training
Gutrhrie
dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan
menunjukkan respons yang sesuai dengan stimulus jika pada kondisi yang sama.
Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin
mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi
yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda
belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu
akan ditransfer ke kelas. Saran Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku
yang persis sama yang akan diminta kita lakukan nanti, selain itu, kita harus
melatihnya dalam kondisi yang persis sama dengan kondisi ketika nanti kita
diuji. Gagasan mengenai pemahaman, wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau
tidak ada maknanya bagi Guthrie. Satu-satunya hukum belajar adalah hokum
kontiguitas, yang menyatakan bahwa ketika dua kejadian terjadi bersamaan,
keduanya akan dipelajari.
11. Pendapat Guthrie Tentang Pendidikan
Seperti halnya Thorndike, Guthrie
menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan tujuan, yakni
menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimulus. Dia menyarankan
lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan bersama dengan
adanya stimulus yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi dianggap tidak
terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons dengan tepat dalam
kehadiran stimulus tertentu.
Latihan
(praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimulus untuk
menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik,
seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar
2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika
dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap
stimulus (di dalam atau di luar kelas).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar