TUGAS INDIVIDU BAGIAN III
Menganalisi sebuah percakapan dengan
menggunakan tiga teori:
1.
Teori
Ferdinand de Saussure
2.
Teori
Leonard Bloomfield
3.
Teori John
Ruppert Firth
Tempat :
Rumah
Hari :
Rabu
Waktu :
21.27 WITA
Azisah :
Apa ko bikin itu dil?
Dila :
Oh, ini? Mauka kerja tugas fisikaku, nasuruhka guruku telitiki ini buah anggur.
Azisah :
Apami nabilang gurumu bede’? diapaiki dulu itu percobaanmu?
Dila :
Anu, pertama-tama ambilki dulu air lalu dituangkanmi di wadah toh! Baru,
diberimi warna hijau supaya jelaski nanti kalo ada apa-apa, apakah itu
perubahan warna atau bagaimana nantinya, lalu dituangkanmi sirup DHT !
Azisah :
hahhh? Sirup ! apa tong itu, kurang kerjaannya mi ! na kirako mungkin orang
kaya.
Dila :
Bukan begitu, masalahnya toh kalo sirup DHT itu kentalki, jadi bagus dipake
kalo percobaan kayak beginiki.
Azisah :
Adakah hubungannya dengan kental nda kental apa-apa? Sama ji kalli’, sama-sama
ji mencair nanti. Kan airji itu DHT!
Dila :
Astaga. Itu yang disuruhkanka sama guruku, mami diapai, fotomi saja kalo
sudahmi nanti percobaanku supaya ada bukti yang bisa yakinkan i beliau kalo
sudah ku ikutiji intruksinya.
Azisah :
Iya, kasi begitumi saja. Daripada na bikin pusing jeko! Baru diapaimi lagi?
Dila :
Selanjutnya toh, dikasimi dibagian paling atasnya cairan e minyak. Baru di
celupkanmi ini anggur.
Citra :
Kalo nda salah itu hukum Archimedes deh, tapi nda seperti itu caranya, kalo
menurutku toh kalo percobaan archimedes itu yang suatu benda yang memiliki
massa yang cukup berat masuk kedalam air baru ketika masuk mi itu benda keair
maka airnya akan tumpah karena melibihi batas wadah.
Dila :
Oh, iyo itumi cit! Tapi yang nasuruhkanka guruku kayak begitumi intruksinya.
Jadi saya juga bingung ini, tapi biarmi kasi begini mi dulu, siapa tau ada
maksudnya guruku suruhka begini.
Azisah :
Iya, cocokmi itu. Ikutimi dulu apa yang nasuruhkanko gurumu.
A.
Analisis
Percakapan Berdasarkan Teori Ferdinand de Saussure
De Saussure menjelaskan bahwa speech act atau tindak tutur merupakan
suatu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih. Tindak tutur terdiri dari
dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi
oleh mulut dan telinga. Hal itu dapat dicontohkan melalui potongan percakapan
di atas seperti ketika Azisah bertanya kepada Dila, “Apa ko bikin itu dil?”
Azisah berperan sebagai pembicara mengeluarkan bunyi-bunyian berupa bahasa dari
mulutnya. Dila yang berperan sebagai pendengar menangkap bunyi-bunyian dari
Azisah melalui telinganya. Kemudian setelah diproses dibagian luar, tindak
tutur akan diproses ke bagian dalam yang dibatasi oleh akal dan pikiran yang
terdapat di dalam otak pembicara dan pendengar. Hal ini dapat dicontohkan
ketika Azisah bertanya dan berperan sebagai pembicara dengan mengeluarkan
bunyi-bunyi yang telah terkonsep di dalam otaknya dan Dila yang berperan
sebagai pendengar kemudian memahami konsep yang ada di dalam otak Azisah dengan
mendengarkan bunyi-bunyian tersebut lalu memroses bunyi-bunyi itu di dalam
otaknya dalam bentuk impuls sehingga Dila dapat mengerti pertanyaan dari Azisah.
Hal ini juga berlaku ketika Dila yang menjadi pembicara kemudian Azisah yang
menjadi pendengar.
B.
Analisis
Percakapan Berdasarkan Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield
yang menganut paham behaviorisme menerangkan makna (semantic) dengan
rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya
berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur
itu. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
Pada
percakapan di atas Azisah bertanya kepada Dila,” Apa ko bikin itu dil?” karena
ketika melihat sepupunya itu, Azisah penasaran untuk mengetahui hal yang
dilakukan oleh sepupunya tersebut. Ketika melihat sepupunya, hal tersebut
merupakan stimulus yang dialami Azisah. Kemudian otak Azisah memroses kejadian
dari melihat Dila sampai bertanya kepadanya. Perilaku Azisah ketika bertanya
kepada Dila merupakan respon dari stimulus ketika melihat Dila. Azisah lalu
menghasilkan bunyi-bunyian ketika bertanya kepada Dila. Perilaku Dila ketika
mendengarkan bunyi-bunyian atau suara yang dikeluarkan oleh Azisah merupakan
stimulus di dalam otak Dila. Otak Dila memroses bunyi suara Azisah di otaknya
sampai bertindak dengan menjawab sebagai respon dari stimulus tadi.
Jadi,
dari keterangan di atas bahwa teori Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika
bunyi-bunyi atau suara mulai dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Hal
tersebut disebabkan karena dapat diamati dan diobservasi secara konkret.
Bloomfield yang menganut paham behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam
bertuturlah yang menjadi bagian penting dalam kajian linguistik.
C.
Analisis
Percakapan Berdasarkan Teori John Rupert Firth
Firth
mengatakan bahwa kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam
teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun,
Firth lebih memusatkan perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan
semantik. Misalnya, pada percakapan di atas ketika Dila mengatakan,” Astaga’! Itu yang
disuruhkanka sama guruku, mami diapai, fotomi saja kalo sudahmi nanti
percobaanku supaya ada bukti yang bisa yakinkan i beliau kalo sudah ku ikutiji
intruksinya.” tentu akan sangat membingungkan
ketika kata Astaga’ tersebut berdiri
sendiri. Kata Astaga’ tersebut dapat
menimbulkan makna-makna yang berlainan. Maka untuk menjelaskannya, kita dapat
melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Dalam konteks
sintaksis, kata Astaga’ ini akan
dirangkaian dalam sebuah kalimat ataupun wacana lisan seperti percakapan di
atas. Jika kata Astaga’ itu
dihubungkan dengan kalimat pernyataan sebelumnya, maka dengan mudah akan
diketahui bahwa Astaga’ itu mengandung
pengertian bahwa dila mulai kesal dengan apa yang diungkapkan oleh Azisah.
Dalam hal ini, karena wacana yang digunakan adalah wacana lisan, maka dapat
dimaklumi jika terdapat banyak kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang tidak
lengkap tetapi dapat dimengerti antara pembicara dan pendengar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar