Rabu, 18 April 2012

Ayu Rezky Pratiwi-105104055


Tugas Individu III
Menganalisis Sebuah Percakapan Menggunakan Tiga Teori Linguistik
Tempat: Rumah Penulis
Hari     : 18 April 2012
Waktu : 16. 05 Wita
Ayu (Penulis): Anita, corat-coret ko tadi?
Anita            : Tidak.
Ayu              : Kenapa?
Anita            : Tidakji. Temanku mau na coreti bajuku tapi ku larang ki.
Mama              : Iya, jangan! Bilang sama temanmu, saya masih ada adekku mau pake ki. Masih    baru juga itu bajumu. Baru-baru dibeli tiga bulan lalu.
Ayu              : Temanmu, iya?
Anita            : Banyak. Tapi, banyak juga tidak. Takutki ka belum tentu lulus toh.
Saya              : Betul.
A.    Analisis Percakapan Berdasarkan Teori Ferdinand de Saussure
            De Saussure menjelaskan bahwa speech act atau tindak tutur merupakan suatu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih. Tindak tutur terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga. Hal itu dapat dicontohkan melalui potongan percakapan di atas seperti ketika Ayu bertanya kepada Anita, “Anita, corat-coret ko tadi?” Ayu berperan sebagai pembicara mengeluarkan bunyi-bunyian berupa bahasa dari mulutnya. Anita yang berperan sebagai pendengar menangkap bunyi-bunyian dari Ayu melalui telinganya. Kemudian setelah diproses dibagian luar, tindak tutur akan diproses ke bagian dalam yang dibatasi oleh akal dan pikiran yang terdapat di dalam otak pembicara dan pendengar. Hal ini dapat dicontohkan ketika Ayu bertanya dan berperan sebagai pembicara dengan mengeluarkan bunyi-bunyi yang telah terkonsep di dalam otaknya dan Anita yang berperan sebagai pendengar kemudian memahami konsep yang ada di dalam otak Ayu dengan mendengarkan bunyi-bunyian tersebut lalu memroses bunyi-bunyi itu di dalam otaknya dalam bentuk impuls sehingga Anita dapat mengerti pertanyaan dari Ayu. Hal ini juga berlaku ketika Anita yang menjadi pembicara kemudian Ayu yang menjadi pendengar.
B.     Analisis Percakapan Berdasarkan Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield yang menganut paham behaviorisme menerangkan makna (semantic) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsure-unsur itu. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
Pada percakapan di atas Ayu bertanya kepada Anita,” Anita, corat-coret ko tadi?” karena ketika melihat adiknya, Ayu penasaran untuk mengetahui hal yang ditanyakannya tersebut. Ketika melihat adiknya, hal tersebut merupakan stimulus yang dialami Ayu. Kemudian otak Ayu memroses kejadian dari melihat Anita sampai bertanya kepada Anita. Perilaku Ayu ketika bertanya kepada Anita merupaka respon dari stimulus ketika melihat Anita. Ayu lalu menghasilkan bunyi-bunyian ketika bertanya kepada Anita. Perilaku Anita ketika mendengarkan bunyi-bunyian atau suara yang dikeluarkan oleh Ayu merupakan stimulus di dalam otak Anita. Otak Anita memroses bunyi suara Ayu di otaknya sampai bertindak dengan menjawab sebagai respon dari stimulus tadi.
Jadi, dari keterangan di atas bahwa teori Bloomfield hanya mengkaji bagian ketika bunyi-bunyi atau suara mulai dikeluarkan dari mulut sang pembicara. Hal tersebut disebabkan karena dapat diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian penting dalam kajian linguistik.
C.     Analisis Percakapan Berdasarkan Teori John Rupert Firth
Firth mengatakan bahwa kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik..Misalnya, pada percakapan di atas ketika Anita mengatakan,” Banyak. Tapi, banyak juga tidak. Takutki ka belum tentu lulus toh.” tentu akan sangat membingungkan ketika kata banyak tersebut berdiri sendiri. Kata banyak tersebut dapat menimbulkan makna-makna yang berlainan. Maka untuk menjelaskannya, kita dapat melangkah ke tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkatan sintaksis. Dalam konteks sintaksis, kata banyak ini akan dirangkaian dalam sebuah kalimat ataupun wacana lisan seperti percakapan di atas. Jika kata banyak itu dihubungkan dengan kalimat pernyataan sebelumnya, maka dengan mudah akan diketahui bahwa banyak itu mengandung pengertian teman Anita yang berjumlah sekian orang telah mencorat-coreti baju sekolahnya. Dalam hal ini, karena wacana yang digunakan adalah wacana lisan, maka dapat dimaklumi jika terdapat banyak kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang tidak lengkap tetapi dapat dimengerti antara pembicara dan pendengar.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar