Apresiasi Puisi Indonesia
Tugas I
1. Buatlah
sebuah contoh pantun yang di dalamnya terdapat nama Anda!
2. Buatlah
sebuah contoh syair!
Jawaban
1.
1. Di Makassar ada Ayu
Di Jakarta ada Jokowi
Daripada menggerutu
Perbanyaklah mensyukuri
Di dapur ada ubi kayu
Enak disantap di sore hari
Siapa yang tak kenal dengan Ayu
Orangnya baik dan percaya diri
2.
Tertawa mereka terkikik
Hingga tak sadar mentari yang terik
Seperti riang mereka berbisik
Meremukkan gosip yang cukup menarik
Tugas 3
Menganalisis percakapan berdasarkan 3 teori linguistik
Tempat
: Rumah, Kamar Tidur Orang Tua
Waktu :
Pukul 18.21 wita
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012
Percakapan
Wiwi : Di mana ko
mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Wiwi :
Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan keduaku
Mamam : FKM UIN
Wiwi : Saya kira IPS mau dia ambil?
Mamam :
Biasa ji IPC. Lagian juga
belum tentu, belum mendafatr, masih di pertimbangkan. Kalau bebas tes tawwa,
kalau masuk seratus besar, bisa bebas tes masuk UIN kan sudah dijanji sama Pak Bupati.
Dian : Iye,
semua jurusan bedeng. Tapi 100 besar
se-kabupaten Gowa
Mamam : Oh, seluruh SMA, begitu?
Wiwi :
Oo….
Mamam : Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi : Nonton.
Mamam :
Belumpi lapar? pergiko dulu
gorengkanngi perkedel di kulkas.
Wiwi : Iye.
Teori
Linguistik
A. Ferdinand
De Saussure
Menurut Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur (speech
act) sebagai satu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih seperti
pada percakapan di atas. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan
yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga
sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara
atau pendengar. Contoh potongan percakananya, yaitu:
Wiwi :
Di mana ko mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Mamam : Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan
keduaku
Pada percakapan di atas terlihat di pembukaan bahwa Wiwi
sedang mengemukakan sebuah konsep kepada Dian sebagai pendengarnya dalam bentuk
tuturan yang telah terkonsepkan di
pikirannya terlebih dahulu. Tuturan
tersebut bergerak dari mulut Wiwi kemudian melewati udara ketelinga Dian
(proses fisik), dari telinga Dian gelombang bunyi bergerak terus masuk ke
otaknya dan membentuk rangsangan yang membuatnya memberi umpan balik kepada Wiwi
. Dalam hal ini sebelum Dian memberi respon atas tuturan Wiwi, dia melakukan
proses berfikir yang termasuk dalam kegiatan bagian dalam menurut ferdinand de Saussure
(proses psikologis). Sedangkan pada kegiatan bagian luar nampak pada saat Wiwi
membuka sebuah konsep atau tindakan berbicara.
B. Leonard
Bloomfield
Menurut Bloomfield yang menganut paham behaviorisme
menerangkan makna (semantic) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut.
Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur
tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu. Distribusi dapat diamati secara
langsung sedangkan makna tidak dapat. Bloomfield yang menganut paham
behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian
penting dalam kajian linguistik. Contoh
potongan percakananya, yaitu:
Wiwi :
Di mana ko mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Wiwi : Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan
keduaku
Mamam : FKM UIN
Wiwi : Saya kira IPS mau dia ambil?
Pada percakapan di atas, nampak Mamam yang secara
langsung masuk pada pembicaraan antara Dian dan Wiwi, karena dia secara tidak
langsung mengamati pembicaraan Dian dan Wiwi yang berbincang di dekatnya, hal
ini muncul karena Mamam mempunyai stimulus dalam menanggapi percakapan Dian dan
Wiwi sampai akhirnya tuturan yang berbunyi, “FKM UIN” keluar dalam bentuk
ujarannya yang merangsang stimulus dari Wiwi untuk menjawab tuturan itu dengan
tuturan, “Saya kira IPS mau naambil?”
C. John
Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firt menyatakan bahwa
bahasaadalah susunan dari konteks-konteks. Tiap konteks-konteks mempunyai
peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur atau unit-unit tiap tingkat
bahasa. Susunan dari kontek-konteks
tersebutlah yang membentuk satu keselurahan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Kajian teori Firth ada konteks
fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan
perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Contoh potongan percakananya, yaitu:
Mamam : Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi : Nonton.
Mamam : Belumpi
lapar? pergiko dulu gorengkanngi
perkedel di kulkas.
Wiwi : Iye.
Pada tuturan di atas, pada potongan percakapan
“Pergiko dulu gorengkanngi perkedel di kulkas.” Terbagi atas : “Pergiko dulu /gorengkanngi perkedel/ di
kulkas”.Mengandung makna semantis menggoreng perkedel di dalam kulkas. Dan
“Pergiko dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas”. Mengandung makna menggoreng
perkedel yang ada di dalam kulkas, namun secara konteks semantiknya, “Pergiko
dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas” kalimat tersebut lebih berterima menurut
Wiwi.
Tugas 2
Keterkaitan
Bahasa dan Pikiran
Pertanyaan:
Mana
yang terlebih dahulu, bahasa atau pikiran?
Jawaban:
Menurut
saya, sejalan dengan teori Jean Piaget yang menyatakan bahwa pikiran terlebih dahulu dibanding bahasa
karena bahasa merupakan reprentasi dari pikiran, saya pun menyatakan jika
yang terlebih dahulu adalah pikiran dibanding bahasa yang kemudian saya kaitkan
dengan kehidupan saya. Misalnya, ketika saya ingin menuliskan sesuatu (misalnya
dalam blog) saya tentu terlebih dahulu memikirkan apa yang ingin saya tuliskan.
Saya terlebih dahulu membentuk konsep dalam pikiran saya mengenai kode-kode
bahasa yang akan saya susun dan kemudian saya bahasakan dalam tulisan yang saya
buat. Berdasarkan contoh tersebut, saya mampu memahami dengan nyata bahwa bahasa merupakan
representasi pikiran.
Makalah
Keterkaitan Bahasa dan Pikiran
1. Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (
Boediono,2005), bahasa artinya system lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Bahasa juga diartikan sebagai
rangkain bunyi yang mempunyai makna terrtentu. Rangkain bunyi yang kita kenal
sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Kumpulan lambang bunyi, dalam
pemikirannya, tidak terlepas dari yang satu dengan yang lainnya. Kata-kata itu
dipergunakan dalam suatu sistem yang terpola. Walaupun bunyi-bunyi bahasa itu
di gunakan sudah benar dan sesuai dengan konvensi (kesepakatan pengguna
bahasa), tetapi bila hubungan antar kata-katanya itu tidak berpola, maka proses
komunikasi tidak akan berjalan dengan baik (Kosasih,E ,2003 : 2).
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak
yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan ke dalam simbol-simbol
abstrak. Dengan adanya bahasa kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang
kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita . Dengan simbol-simbol bahasa yang
abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan kemudian
mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat
pula mengkomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar
sesuatu dari orang lain.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala
sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu,
memahami bahasa akan memungkinkan kita memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.
2. Pikiran
Pikiran berasal dari kata dasar pikir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Boediono, 2005), Pikir artinya akal
budi ; ingatan; angan-angan; kata dalam hati; kira, kemudian mendapat sufiks
–an menjadi kata pikiran. Pengertian pikiran menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi 3,2007 bahwa pikiran adalah akal budi atau ingatan. Sedangkan
menurut Sri Utami (1992 :30), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental
manusia. Dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisinya
dari hal-hal yang khusus atau atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang
khusus ke yang umum. Berpikir berarti merangkai konsep-konsep. Pikiran adalah
proses pengolahan stimulus yang berlangsung dalam domain representasi utama.
Proses tersebut dapat dikategorikan sebagai proses perhitungan (computational
process).
Proses berpikir dilalui dengan tiga
langkah yaitu: pembentukan pikiran, pembentukan pendapat, penarikan
kesimpulan dan pembentukan keputusan. Pertama, yaitu pada pembentukan pikiran.
Pada pembentukan pikiran inilah manusia menganalisis ciri-ciri dari sejumlah
objek. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya
mau membentuk pengertian manusia. Kita akan menganalisis ciri-ciri manusia.
Kedua, yakni pada pembentukan pendapat.
Pada pembentukan pendapat ini seseorang meletakkan hubungan antara dua buah
pengertin atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk bahasa yang disebut kalimat.
Pembentukan pendapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu pendapat afirmatif
atau pendapat positif yaitu pendapat yang mengiakan sesuatu hal, pendapat
negatif yaitu pendapat yang tidak menyetujui, dan pendapat modalitas yaitu pendapat
yang memungkinkan sesuatu.
Ketiga, pada penarikan kesimpulan. Pada
penarikan kesimpulan ini melahirkan tiga macam kesimpulan, yaitu keputusan
induktif, deduktif, dan analogis ( perbandingan).
3. Keterkaitan
Bahasa dan Pikiran
Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan
berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses.
Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir
logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara,
teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta
dirumuskan dalam logika.
Selanjutnya terdapat beberapa pengelompokan
keterkaitan bahasa berdasarkan uraian para ahli yaitu:
a. Bahasa
memengaruhi pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pikirannya
terhadap realitas. Pikiran dapat manusia terkondinidikan oleh kata yang manusia
gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benjamin Wrof dan gurunya,
Edward Sapir. Wrof mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai
pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam
menjelaskan realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang
mendetail tentang realitas.
b. Pikiran
memengaruhi bahasa
Ada kemungkinan struktur bahasa dipengaruhi oleh
pikiran. Sekitar 2.500 tahun yang lalu Aristoteles berargumen bahwa kategori
pikiran menentukan kategori bahasa. Banyak alas an yang memperkuat argument
tersebut, walaupun Aristoteles sendiri tidak bisa memperlihatkan alas an-alasan
tersebut. Adapun alasan yang dapat dikemukakan antara lain, kemampuan manusia
berpikir muncul lebih awal ditinjau dari aspek evolusi dan berlangsung
belakangan dari aspek perkembangannya dibandingkan kemampuan menggunakan
bahasa.
Tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi
manusia, yaitu Jean Piaget menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan
bahasa. Bahasa adalah representasi dari pikiran. Melalui observasi yang
dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat
bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan memengaruhi bahasa yang
digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya. Sebelum anak-anak menggunakan bahasanya secara efektif, anak-anak
memperlihatkan kemampuan kognitif yang cukup bearti dan beragam.
Menurut Pieget, ada dua pikiran, yaitu pikiran
terarah (directed) atau intelligent dan pikiran tidak terarah
atau autistik (autictic). Pikiran
yang terarah adalah pikiran yang menghasilkan tindakan atau ujaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dan memiliki landasan kuat, sedangkan pikiran tidak
terarah umumnya pikiran yang sering menimbulkan kekeliruan atau dampak yang
tidak terduga. Mungkin itu sebabnya terjadi tergelincir lidah.
c. Bahasa
dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timabal balik antara kata-kata dan pikiran
dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantic kebangsaan Rusia yang
teorinya dikenal sebagai pembaharu teori. Piaget mengatakan bahwa bahasa dan
pikiran pada tahap permulaan berkembang secvara terpisah, dan tidak saling
mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa
mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap berikutnya, keduanya
bertemu dan saling bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Penggabungan
Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli
psikologi kognitif.
Daftar Pustaka
Arifuddin. 2010. NEUROPSIKOLINGUISTIK.
Jakarta: Rajawali Pers
Mahmudah, DR. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoretik.
Makassar: Universitas Negeri Makassar Tugas 1
1. Apakah bahasa memengaruhi perilaku ?
2. Berikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari mengenai :
a. bahasa
dan realita
b. bahasa
dan perilaku
Jawab
1. Iya.
Karena bahasa pada dasarnya memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan
berdasarkan kebutuhan seseorang,yakni sebagai alat mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk
melakukan kontrol sosial (Keraf,1997 : 3). Sedangkan perilaku manusia adalah
sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika,
kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika (Wikipedia). Maka melihat dari
keseluruhan pandangan tersebut, dapat disimpulkan jika perilaku manusia dapat
tercermin dari penggunaan bahasa yang digunakannya sebagai alat untuk
berkomunikasi dengan orang lain dengan melihat diksi dan intonasinya.
2. Contoh
:
a. bahasa
dan realita
Ketika saya menyuruh adik saya mengambil
guling maka yang akan dibawakan oleh
adik saya adalah sebuah benda yang empuk dan berbentuk silinder yang panjang.
b. bahasa
dan perilaku
Ketika salah satu mahasiswa di kampus
saya sedang melintas di hadapan teman saya kemudian berkata ‘tabe’ maka tanpa mengenal lebih dalam
pribadi orang tersebut saya bisa berargumen jika orang tersebut adalah orang yang sopan dan berperilaku halus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar