IRMAWATI - 105104042



TAHAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK
            Kemampuan berbahasa orang dewasa merupakan cerminan dari perkembangan bahasa ketika orang tersebut masih anak-anak. Perkembangan bahasa pada anak tidak sama jika dilihat berdasarkan umurnya karena kemampuan setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang cepat berbahasa ada juga yang lambat. Hal ini bisa disebabkan oleh sel-sel dalam otak dan lingkungan. Misalnya, seorang anak perempuan yang berumur satu tahun sudah bisa menuturkan tuturan satu kata sedangkan anak laki-laki yang seumuran dengannya masih meraban. Hal tersebut sangat wajar karena neuron-neuron dalam otak perempuan lebih banyak daripada neuron-neuron dalam otak laki-laki. Artinya, semakin banyak neuron dalam otak manusia semakin baik perkembangan bahasanya.
            Menurut   Aitchison (1984), tahap perkembangan bahasa anak meliputi: (1) menangis; (2) mendekur; (3) meraban; (4) pola intonasi; (5) tuturan satu kata; (6) tuturan dua kata; (7) infleksi kata; (8) bentuki tanya dan bentuk ingkar; (9) konstruksi yang jarang atau kompleks; (10) tuturan yang matang. Namun, dalam makalah ini, penulis hanya akan menjelaskan tahap pertama sampai tahap kelima.
1.        Manangis
          Sejak lahir bayi sudah bisa menangis. Ada beberapa makna dari tangisan bayi, yaitu untuk minta minum, minta makan, kesakitan, dan sebagainya. Namun, tangisan harus dipandang bukan sebagai bagian dari perkembangan bahasa meskipun tangisan dapat memperkuat paru-paru dan pita suara. Hal ini didasarkan atas anggapan yang mengatakan bahwa tangisan itu bersifat instingtif seperti halnya panggil pada binatang. Bukti bahwa makna tangisan bayi bersifat universal yaitu seorang ibu dari Indonesia, dapat memahami makna tangian bayi Inggris, Korea, Belanda, Cina, dsb.

2.        Mendekur
          Mendekur pada bayi mulai terjadi pada usia sekitar enam minggu. Pada fase ini, bunyi yang dihasilkan adalah bunyi vokal dan bunyi konsonan secara terpisah. Dalam hal ini, bunyi vokal yang dihasilkan tidak sama dengan bunyi vokal yang dihasilkan orang dewasa. Bunyi vokal yang dihasilkan bayi samar-samar sedangkan bunyi vokal yang dihasilkan orang dewasa jelas.
          Mendekur bersifat universal, sama halnya dengan fase menangis. Dengan mendekur, piranti alat ucap bayi terlatih.

3.        Meraban
          Ketika usia anak mendekati enam bulan, ia masuk pada fase meraban. Meraban merupakan fase ketika anak menghasilkan bunyi vokal dan konsonan secara serentak. Mua-mula, diucapkan sebagai suku kata, tetapi akhirnya vokal dan konsonan itu menyatu.
          Bunyi kosonan yang dihasilkan oleh bibir dan atau gigi yang lazim menghasilkan bunyi mama, papa, atau dada dianggap oleh orang tua sebagai panggilan ibu, bapak, atau ucapan salam. Padahal, pada saat itu anak hanya bereksperimen dengan alat ucapnya. Jadi tidaklah benar jika orang tua beranggapan seperti itu.
          Pada saat meraban, anak juga masih sering mendekur, ngempret, dan sejenisnya. Pada fase ini, anak menghasilkan beragam bunyi yang eksotis. Dengan meraban, piranti alat ucap juga terlatih.

4.        Pola Intonasi
          Dari usia delapan atau sembilan bulan, anak mulai menirukan pola-pola intonasi secara serentak. Anak kerap kali menirukan kata-kata ibunya. Misalnya, “Saya yakin anakku berbicara. Saya baru saja melihatnya berbicara.”. Namun, hasilnya adalah tuturan yang kadang-kadang tidak dipahami orang tuanya atau orang dewasa yang lain. Ibu-ibu sering mengidentifikasikan bahwa anaknya menggunakan intonasi tanya dengan nada tinggi pada akhir kalimatnya. Ada gejala yang merupakan kecenderungan umum, yakni orang tua menggendong anaknya sambil bertanya, “Apa yang ingin kamu katakan, Nak?, Apakah kamu mau minta susu?” dan sebagainya.

5.        Tuturan Satu Kata
          Anak mulai mengucapkan tuturan satu kata antara umur satu tahun dan delapan belas bulan. Pada tahap ini anak masih terus meraban, namun meraban pada anak perlahan-lahan lenyap seiring dengan perkembangan bahasa yang dimilikinya. Jumlah kata yang diperoleh pada usia ini bervariasi dari anak ke anak. Beberapa anak hanya memperoleh empat atau lima kata dan yang lain dapat mencapai lima puluh kata. Lazimnya, rata-rata anak memperokeh sekitar lima belas kata. Kata-kata yang diperoleh itu meliputi kata yang menyebut nama orang, binatang, atau benda-benda, misalnya ibu, bapak, kucing, boneka, dan sebagainya.
PENUTUP
       Kemampuan bahasa mengikuti urutan tertentu. dengan kata lain, terdapat mekanisme yang mengatur kemampuan berbahasa itu harus mulai dan berakhir. Namun, hal itu tidak hanya dikendalikan oleh mekanisme internal. Mekanisme internal juga memerlukan simulasi agar ia dapat bekerja seperti yang seharusnya. Anak memerlukan lingkungan yang mendukung selama periode kritis kemampuan berbahasa.
        Seperti kata pepatah “Tiada gading yang tak retak” maka makalah ini juga tentunya tidak luput dari kesalahan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam penulisan makalah selanjutnya.
           

Tugas I

1. Apakah bahasa itu memengaruhi perilaku manusia ?

jawab :
    Menurut saya bahasa itu memengaruhi perilaku manusia. Hal ini didasarkan pada sifat alami manusia dalam kehidupan bermasyarakat mulai dari realitas sosial sekitarnya hingga ke lingkungan keluarganya sendiri. Misalnya, pada anak yang tumbuh di dalam keluarga yang selalu menggunakan bahasa yang halus akan melahirkan pribadi yang halus pula. Adapun anak yang tumbuh di dalam keluarga yang selalu menggunakan bahasa yang halus tetapi berperangai kasar disebabkan oleh adanya percampuran kepribadian dari anak itu sendiri dalam kehidupan sosialnya.
    Salah satu cerminan perilaku manusia adalah bahasa yang digunakan oleh manusia tersebut. Penggunaan bahasa yang santun akan menciptakan perilaku yang santun pula pada pengguna bahasa tersebut. Namun, sebaiknya kita tidak sepenuhnya percaya terhadap bahasa yang dituturkan oleh seseorang. Sekarang ini, terdapat berbagai kasus pemanipulasian bahasa mulai dari kelas sosial yang rendah hingga ke kelas sosial yang tinggi sekalipun dengan berbagai permasalahan yang ada.
2. Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, bahasa dan realita kemudian bahasa dan perilaku!
jawab :
a. Bahasa dan Realita
     Seorang artis yang tampil di depan publik akan berusaha menggunakan bahasa yang kekinian (modern) untuk menjaga popularitasnya dan kadang-kadang terjadi pemanipulasian bahasa (berbohong) untuk menjaga nama baiknya.    
b. Bahasa dan Perilaku
     Seorang lelaki yang awalnya tidak feminim tetapi karena masyarakat sekitarnya membahasakan lelaki itu sebagai seorang lelaki yang feminim maka lelaki itu akan merasa tertekan hingga dia akan menerima bahwa kenyataan dalam hidupnya sebagai seoarng lelaki yang feminim dan akhirnya berperilaku feminim


Tugas II
Menemukan ide-ide rasional yang mana lebih dulu bahasa atau pikiran dengan landasan teori.
Jawab:
     Menurut saya, pikiran lebih dulu daripada bahasa. Hal ini didasarkan pada pengertian bahasa itu sendiri, yakni bahasa merupakan bunyi oral yang keluar dari alat ucap manusia yang mengandung makna tertentu. Bahasa dan makna dari setiap bahasa tersebut merupakan hasil kesepakatan dari masyarakat bahasa melalui proses berpikir.
     Hal ini sesuai dengan teori Jean Piaget yang berpendapat bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa. Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya. Piaget yang mengembangkan teori pertumbuhan kognisi (Piaget,1962) menyatakan jika seorang anak dapat menggolongkan sekumpulan benda-benda tersebut dengan menggunakan kata-kata yang serupa dengan benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi sebelum dia dapat berbahasa.
     Bahasa merupakan media dari pikiran manusia. Untuk mendemonstrasikan setiap pikiran manusia yang berkenaan dengan hal-hal tertentu, manusia menggunakan bahasa. Bahasa telah mempermudah kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak perlu bersusah payah menggunakan gerakan-gerakan tubuh dan atau menunjukkan hal-hal yang dimaksudnya karena hal tersebut dapat terwakili oleh bahasa yang dituturkannya. 

TUGAS III
Tugas Analisis Percakapan

Teori Leonard Bloomfield
             Leonard Bloomfield(1887-1949) merupakan seorang tokoh linguistik Amerika yang mengikuti aliran perilaku atau behaviorisme. Bloomfield menerangkan makna dengan rumus-rumus behaviorisme. Sehingga makna tidak dikaji oleh linguis-linguis lain yang menjadi pengikutnya. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu berada. Distribusi dapat diamati secara langsung, sedangkan makna tidak dapat.
            Teori linguistik Bloomfield ini akan lebih mudah dipahami jika diterangkan melalui contoh percakapan di bawah.
Esti      :           Deh laparku cika...
Ikbal    :           Masakka pale dulu bro.
Tak lama kemudian, ikbalpun datang membawa makanan.
Ikbal    :           Ini cika, selamat menikmati.
Esti      :           (kaget)ha...? knapa 1½ makanan, 1½ gelas air. mutauji bilang lima lambungku saya.
Ikbal    :           Cocokmi, kan kita dianjurkan mengisi perut dengan tiga jenis, yaitu makanan,
                        minuman, dan angin. Jadi saya kasihmeko 1½ nya dari semua, kalau anginnya cari
                        sendiri.
S                           r......S                                        R
(1)                              (2)     3)       (4)             (5)                                   (6)   (7)
1.      Esti merasa lapar(S=stimulus)
2.      Otak Esti bekerja mulai dari merasa lapar hingga berkata kepada Ikbal bahwa ia lapar.
3.      Perilaku dari Esti ketika berkata kepada Ikbal(r=respon).
4.      Suara yang di keluarkan Esti ketika berbicara kepada Ikbal(...)
5.      Perilaku Ikbal mendengar Suara  yang dikeluarkan esti(s= stimulus)
6.      Otak Ikbal bekerja mulai dari mendengar suara Esti, hingga berkata kepada Esti.
7.      Ikbal berpindah yaitu memasak makanan dan menyajikannya kepada Esti.
(R=respons).

            Nomor(3),(4),(5) yaitu (r s) adalah lambang atau perilaku berbahasa(speech act) yang dapat diobservasi secara fisiologis; sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nomor (4).
            Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi data linguistik bagi teori Bloomfield adalah perilaku berbahasa atau lambang bahasa (r..................s) dan hubungannya dengan makna (s....................r). Apa yang terjadi didalam otak Esti mulai dari satu hinnga dua sampai dia mengeluarkan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu juga dengan proses yang terjadi didalam otak Ikbal setelah dia mendengar bunyi-bun setelah dia mendengar bunyi-bunyi itu yang membuatnya bertindak (5 dan 6) adalah juga tidak penting bagi teori Bloomfield ini.
            Menurut Bloomfield bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsur-unsur vokal(bunyi) yang dinamai bentuk-bentuk linguistik. Setiap bentuk adalah sebuah Kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem (Bloomfield, 1933;158). Umpamanya dari percakapan di atas terdapat kata “menikmati”:
Nikmat adalah bentuk ujaran.
Menikmati adalah bentuk ujaran.
Me-i adalah bentuk bukan ujaran.
            Dari data di atas dapat dilihat bahwa setiap ujaran adalah bentuk, tetapi tidak semua bentuk adalah ujaran.

Ket. percakapan:
Pemeran : Esti dan Ikbal
Tempat : Antagonis
Waktu : 16.00 WITA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar