Jumat, 20 April 2012

ANALISIS PERCAKAPAN DENGAN MENGGUNAKAN TEORI FERDINAND DE SAUSSURE, LEONARD BLOOMFIELD, JOHN RUPERT FIRTH

  • Berikut ini adalah percakapan tiga orang mahasiswa yang kehabisan beras:
Dani: Apa mukerja Suradi?
Suradi: Saya lagi bikin makalah.
Dani: Makalah apa?
Suradi: Makalah tentang lemak,
Dani: Apa?
Suradi: Minyak, dan sabun. Itu yang akan saya bahas pada presentasi (tidak jelas). (tidak jelas) ada akh... ada akhnya ini apa maksudnya ini? ada aku tidak mengerti ini? ada akh.
Dani: Siapa yang mau datang kirimannyakah? Karena mau itu habis beras.
Suradi: (tidak jelas) kita kan sudah, Hendra juga sudah, Antum sudah mi?
Dani: Sudah.
Suradi: Mengerti saja!
Kak Asri: Saya juga sudah mi.
Dani: Kalau sudah semua mi itu sapa yang mau beli beras pale?
Suradi: Kan pasti bergilir, saya kan sudah giliranku kemarin (tidak jelas).
Dani: Giliranku saya kayaknya ini. Tapi siapa yang paling dekat datangnya anunya ini, yang paling dekat datang kirimannya ini?
Suradi: Kalau kita bicara masalah kiriman, sepertinya tanggal tiga akan datang.
Dani: Alhamdulillah. Itu kiriman uang atau...?
Suradi:  Biasanya itu berupa uang, ada kue-kue, pokoknya enak sekali, tunggu mi saja.
Dani: Siapa itu?
Suradi: Biasanya itu Abu Aisyah.
Dani: Oh, Kak Asri. Eh, teh paeng eh...
Suradi: Ai, mantap sekali.
Kak Asri: (tidak jelas)
Dani: Kapan paenk finalmu Suradi?
Suradi: Saya nanti itu, saya sudah mulai tanggal tujuh.
Dani: Tanggal tujuh? Tanggal tujuh kapan?
Suradi: Tanggal tujuh Sabtu ini.
Dani: Oh, kita Kak kapan?
Kak Asri: Saya tanggal sembilan.
Suradi: Itu pun ujian praktikum.
Dani: Sudah mi ujian tertuliskah?
Suradi:  Belum.
Dani: Kenapa paenk tidak belajar?
Suradi: Begitulah mahasiswa yang (tidak jelas) kita tahulah yang mempunyai IQ yang seperti itu. Susah untuk digambarkan bagaimana seharusnya mereka belajar.
Dani: Dekat apo mi itu habis beras.  (tidak jelas)
Suradi: Kalau kita berbicara soal beras maka beras itu tidak mengandung lemak.
Dani: Nda bisa di anu itu di, nda bisa dialihbahasakan. Apa na bilang Ruslan itu lagi? (tidak jelas)
Kak Asri: pinjam dulu laptop e?
Suradi: Jangan dulu!
Dani: Nanti pi kak.
Kak Asri: ada tugasku mau sakerja ini.
Dani: Tugas apa?
Kak Asri: Tugas kuliah!
Dani: Ah semoga deh, semoga datang beras supaya makan ki.
Kak Asri: Habis mie beraskah?
Dani: Ah?
Kak Asri: Habis mi?
Dani: Mau mi habis.
Suradi: Hampir saja!
Dani: Hampir saja!
Suradi: Sekiranya...
Kak Asri: Masih bisa dua bulan.
Suradi: Sekiranya kita semua adalah buaya maka habis mi itu beras sekarang. 

1. Analisis Percakapan Teori Ferdinand de Saussure
     Percakapan di atas terdiri dari tiga orang yaitu Kak Asri, Dani, dan Suradi. Perilaku bertutur di atas adalah sebagai suatu rangkaian hubungan antara ketiga orang tersebut. Perilaku bertutur di atas terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian-luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian-dalam  oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara dan pendengar. Jika Kak Asri berbicara maka Dani dan Suradi menjadi pendengar, jika Dani berbicara maka Kak Asri dan Suradi menjadi pendengar, dan jika Suradi berbicara maka Kak Asri dan Dani menjadi pendengar.
     Topik percakapan di atas adalah “Kehabisan Beras”. Di dalam otak Dani, terdapat konsep-konsep yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi lnguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan atau mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Contohnya ialah:
     “Siapa yang mau datang kirimannyakah? Karena mau itu habis beras.” Perkataan tersebut dikeluarkan oleh Dani ketika memasuki inti pembicaraan. Tentunya sebelum kalimat tersebut keluar maka Dani membuat konsep-konsep dahulu lalu kemudian dikeluarkan dengan bunyi-bunyi linguistik.
     Kemudian gelombang bunyi itu bergerak dari mulut Dani melawati udara ke telinga Kak Asri dan Suradi. Dari telinga keduanya gelombang bunyi terus masuk ke telinga mereka dalambentuk impuls. Dalam tahap ini terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi dengan konsep yang sama seperti yang ada dalam otak Dani. Timbullah respon balik dari keduanya untuk menanggapi perkataan Dani. Jika salah seorang dari mereka berbicara maka Dani dan yang lain akan menjadi pendengar.

 2. Analisis Percakapan Teori Leonard Bloomfield
     Menurut Bloomfield, bahasa itu terdiri dari sejumlah isyarat atau tanda berupa unsure-unsur vokal (bunyi) yang di namai bentuk-bentuk lingusitik. Setiap bentuk adalah sebuah kesatuan isyarat yang dibentuk oleh fonem-fonem.
     Dani mengatakan pada kedua rekannya “Oh, Kak Asri. Eh, teh paeng eh...” Nah Suradi merespon dengan perkataan, “Ai, mantap sekali.”
     Sebelum Dani menawarkan teh tersebut, Dani melihat rekannya tidak minum teh padahal ia sendiri minum teh. Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
1.    Dani melihat kedua rekannya tidak minum teh, dan ia berinisiatif menwarkan teh (Stimulus)
2.    Otak Dani bekerja mulai dari melihat teh hingga melakukan penawaran terhadap kedua rekannya.
3.    Perilaku atau kegiatan Dani sewaktu melakukan penawaran kepada kedua rekannya. (Respon)
4.    Suara yang dikeluarkan Dani wak tu berbicara melakukan penawaran kepada kedua rekannya (…)
5.    Perilaku kedua rekannya sewaktu mendengar suara yang dikeluarkan Dani (Stimulus)
6.    Otak kedua rekannya bekerja mulai dari mendengar bunyi suara Dani sampai bertindak.
7.    Keduanya bertindak mengambil gelas yang berisi teh dan meminum tehnya (Respon)
8.    Kedua rekannya (khususnya Suradi) mengapresiasinya dengan mengeluarkan suara (Respon)
     Nomor 3, 4, dan 5 adalah lambang atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara fisiologis; sedangkan yang dapat diamati secara fisik hanyalah nomor 4 dan 8. Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi data linguistic bagi teori Bloomfield adalah perilaku berbahasa atau lambang bahasa dan hubungannya dengan makna. Apa yang ada di dalam otak Dani mulai dari 1 dan 2 sampai ia mengeluarkan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat di amati. Begitu pula dengan proses yang terjadi di dalam otak kedua rekannya setelah mereka mendengar suara itu yang membuat mereka bertindak adalah juga tidak penting bagi teori Bloomfield ini.

3. Analisis Percakapan Teori John Rupert Firth
     Dalam teori Firth, ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dati konteks-konteks ini. Tiap-tiap konteks mempunya peranan sebagai lingkungan untuk unsur atau unit-unit tiap tingkat bahasa itu. Susunan dari konteks-konteks ini membentuk keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Maksudnya, tiap-tiap unsur pada tiap tingkatan mempunyai arti yang dapat dibedakan dan dianalisis. Tingkatan-tingkatan tersebut terbagi menjadi lima tingkatan yaitu tingkatan fonetik, leksikon, morologi, sintaksis, dan semantik. Namun Fonetik dan semantiklah yang menjadi pusat perhatian Firth.
     Pada perkataan Suradi, “Sekiranya kita semua adalah buaya maka habis mi itu beras sekarang.” dapat dianalisis. Fonem dapat dikaji dalam hubungannya dengan kata. Bentuk yang meragukan pada satu tingkat, tidak selalu meragukan pada tingkat lain. Misalnya kata “buaya” dalam bahasa Indonesia. Pada tingkatan fonetik bentuk ini meragukan sebab ada beberapa makna kata “buaya” dalam bahasa Indonesia. Untuk menjelaskannya, harus beranjak pada tingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan morfologi atau sintaksis atau semantik. Dalam konteks morfologi bentuk buaya tembaga ataupun buaya darat tidak meragukan lagi.

Sumber:
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Kamus Ofline. Pusat Bahasa.
Mahmuda. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Makassar: Badan Penerbit UNM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar