1. Buatlah
sebuah contoh pantun yang di dalamnya terdapat nama Anda!
2. Buatlah
sebuah contoh syair!
Jawaban:
1. Ada
harimau mengejar sapi,
Pengembala sapi jadi gusar.
Saat Miya tak ada di kelas ini,
Hati teman-teman terasa hambar.
2. 1
syawal kita lebaran
Di penjuru dunia terdengar takbiran
Mari kita umat sehaluan
Sucikan hati saling bermaaf-maafan
TUGAS 1
Pertanyaan
Pertanyaan
1.
Apakah bahasa memengaruhi
perilaku manusia?
2.
Berikan contoh mengenai hal-hal dibawah ini!
a.
bahasa dan realita.
b.
bahasa dan perilaku.
Jawaban
1.
Apakah bahasa memengaruhi
perilaku manusia?
Iya, jelas bahasa memengaruhi perilaku manusia, karena
dilihat dari fungsi dan peranan bahasa itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari
yaitu sebagai alat komunikasi, alat kontrol sosial, alat interpretasi diri
serta ekspresi diri.
Orang yang berbahasa yang baik dan benar akan terlihat dari perilaku
sehari-harinya yang
sopan santun dalam bertutur kata, tentunya menghargai orang-orang di
sekitarnya. Berbeda
dengan orang yang
sudah terbiasa dengan
bertutur kata atau berbahasa yang buruk dan kasar maka yang terlihat dalam kehidupan sehari-harinya ialah perilaku
yang tidak bertata krama yang baik serta tidak menghargai orang-orang di sekitarnya.
2.
Contoh-contoh:
a.
Bahasa dan realita
1)
Ketika kita mendengar kata “lemari”, maka tanpa perlu kita melihat langsung benda itu, kita sudah dapat memahami atau mengetahui bahwa benda yang dimaksud adalah sebuah benda yang dapat dijadikan tempat untuk menyimpan
pakaian dan aksesori lainnya, karena kita sudah sering melihat benda
yang didengar,
sehingga akan tersirat ciri-ciri dari benda yang dimaksud.
2)
Ketika kita mendengar kata “gelas” maka tanpa perlu kita melihat langsung benda itu, kita sudah
dapat memahami atau mengetahui bahwa benda yang dimaksud adalah sebuah benda
yang digunakan sebagai alat untuk minum, yang biasanya terbuat dari kaca atau
plastik, karena kita sudah sering melihat benda
yang didengar,
sehingga akan tersirat ciri-ciri dari benda yang dimaksud.
b.
Bahasa dan perilaku
1)
Ketika kita bertemu dengan orang yang
baru dikenal, maka kita akan menggunakan bahasa yang sopan santun disertai
senyum untuk menunjukkan etika yang baik.
TUGAS 2
TUGAS PRESENTASI INDIVIDU
TEORI JEAN
PIAGET
Jean Piaget
adalah ahli ilmu jiwa dan biologi bangsa Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Beliau mengembangkan teori kognitif. Teori ini mulai banyak dibicarakan lagi
kira-kira permulaan tahun 1960-an.
Teori ini juga diperbincangkan dalam dunia pendidikan.
A.
Pengertian
Istilah kognitif berasal dari kata “cognition”
artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition
(kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan (Neisser,
1976). Dalam pekembangan selanjutnya, istilah kognitif ini menjadi populer
sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang
mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang
berhubungan dengan masalah pemahaman, memberikan, menyangka, pertimbangan,
pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan,
membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
B.
Teori Jean Piaget
Jean
Piaget meneliti dan menulis subjek perkembangan kognitif ini dari tahun 1927
sampai 1980. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak bukan hanya kurang
matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah pengetahuan , tetapi juga
berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya juga bahwa tahap-tahap
perkembangan individu/pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi
kemampuan belajar individu.
Jean
Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas),
yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami,
dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata
ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih
dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia
masih kecil.
Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably
dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang .
Scheme berhubungan dengan:
Ä Refleks-refleks
pembawaan
Ä Scheme mental
Jika
skema yang sudah dimiliki anak mampu menjelaskan hal-hal yang dirasakan anak
dari lingkungannya, kondisi ini dinamakan keadaan ekuilibrium (equilibrium),
namu ketika anak menghadapi situasi baru yang tidak bisa dijelaskan dengan
pola-pola yang ada, anak mengalami sensasi disekuilibrium (disequilibrium)
yaitu kondisi yang tidak menyenangkan.
Perkembangan
skemata ini berlangsung terus -menerus melalui adaptasi dengan lingkungannya.
Skemata tersebut membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.
Makin baik kualitas skema ini, makin baik pulalah pola penalaran dan tingkat
intelegensi anak itu.
Menurut Piaget,
intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1.
Struktur
yaitu scheme seperti yang dikemukakan diatas.
2.
Isi yaitu content, yaitu pola tingkah laku
spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
3.
Fungsi yaitu yang berhubungan dengan cara
seseorang mencapai kemajuan intelektul.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan
stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.
Asimilasi
Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan
asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke
dalam skema yang ada atau tingkah laku yang ada.
Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang
tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan
perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian
asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif megadaptsi diri terhadap lingkungan
dan menata lingkungan itu. Dengan
kata lain, asimilasi adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus
baru ke dalam skemata yang telah terbentuk atau proses penggunaan struktur atau
kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2.
Adaptasi
Adaptasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema
yang telah terbentuk secara tidak langsung atau proses perubahan respons
individu terhadap stimulus lingkungan, dapat pula dikatakan bahwa asimilasi
terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi
pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini
perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan
akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan
perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan
kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan yang
dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.
C.
Tahap-tahap
perkembangan
Piaget
mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap dalam memahami
dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berpikir
yang berbeda, yaitu:
1.
Tahap sensori motor;
2.
tahap pra operasi;
3.
tahap operasi konkrit; dan
4.
tahap operasi formal.
Perkiraan
umur pada seiap tahap tersebut adalah rata-rata dan mungkin pula terdapat
perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada
hasil penelitian di negeri Swiss pada tahun 1950-an.
1.
Tahap
Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks
bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya
dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Tahap
sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi
dari lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini,
perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi
untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
2.
Tahap
Pra Operasi ( Pre Operational Stage)
Tahap
praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua
piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan
gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Tahap ini pula merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian
operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah
berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying),
menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan
membilang (counting), (Mairer, 1978 : 24). Pada tahap ini pemikiran anak
lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis,
sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia
mengatakanya berbeda pula.
3.
Tahap
Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
dua belas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya
sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah
memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit.
Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep
kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu
objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek. Anak pada tahap ini sudah
cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang
ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan
besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4.
Tahap
Operasi Formal (Formal Operation Stage)
Tahap
operasional formal (formal operational stage), yang terlihat
pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget.
Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit
dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Penggunaan
benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus
berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi
dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol,
ide-ide, astraksi dan generalisasi
Daftar Pustaka
Anonim1. 2012. Teori Kognitif Psikologi Perkembangan Jean Piaget. Http://www.google.com/teori-kognitif-psokologi-perkembangan-jean-piaget:online. Diakses tanggal 27 Oktober 2012.
Anonim2. 2012. Teori Perkembangan Kognisi Jean Piaget. Http://valmband.multiply.com/journal/item/12/TEORI_PERKEMBANGAN_KOGNISI_JEAN_PIAGET:online.
Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen pendidikan nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka.
Mahmudah. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Makassar: UNM
TUGAS III
Kemukakan
pendapat Anda, apakah pikiran mempengaruhi bahasa, bahasa mempengaruhi pikiran,
atau bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
beserta teori yang mendukung pernyataan Anda!
Penjelasan:
Menurut pandangan saya, pikiranlah yang mempengaruhi bahasa, karena
pikiranlah yang membentuk bahasa atau dengan kata lain tanpa pikiran bahasa
tidak akan ada. Pertama-tama, kita akan berfikir kemudian baru memproduksi
bahasa. Seperti halnya pada anak kecil, yang ia lakukan pertama kali adalah
berfikir tentang yang terjadi di sekitarnya kemudian ia pun belajar memproduksi
bahasa yang didengarnya.
Pendapat saya didukung oleh teori kognitif oleh Jean Piaget, beliau
berpendapat bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa.Pikiranlah yang menentukan
aspek-aspek sintaksis dan leksikon bahasa, bukan sebaliknya. Dalam penelitiannya, melalui teori pertumbuhan
kognisi, mengatakan bahwa seorang anak mempelajari segala sesuatu mengenai
dunia melalui tindakan-tindakan dari perilakunya kemudian baru melalui bahasa.
Jadi, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi aspek kognitif seseorang maka akan
semakin tinggi pula bahasa yang digunakannya.
Tugas IV Psikolinguistik
Lakukan
analisis percakapan berdasarkan teori-teori linguistik!
Jawab:
Keterangan:
Tempat : Rumah Kos
Tanggal : 15 April 2012
Waktu : Pukul 14.10 WITA
Pelaku : Miya dan Dila (dua orang)
Transkrip
percakaapn:
Miya : “Kenapa je’ lambat datang? Tidurki?”
Dila : “Tidak mbe, santai-santaika saja di
kamar.”
Miya : “Saya kira kita kerjami itu di kamarta
makanya tidak ke sinimi.”
Dila : “Pua, tidak. Kan sudahki janjian mau
kerjai sama-sama.”
Miya : “Wah, janji yang ditepati.”
Dila : “Miya, panas ya”
Miya : (Diam, kemudian diikuti dengan tindakan
menyalakan kipas angin).
Dila :
“Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman
tidurku deh.”
Miya :
“Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”
A. Teori Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai satu serangkaian hubungan antara
dua orang atau lebih, seperti antara Miya dan Dila. Perilaku bertutur ini
terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam.
Bagian-luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian-dalam oleh jiwa
atau akal yang terdapat dalam otak pembiacara dan pendengar.
Di dalam otak penutur (Miya) terdapat
konsep-konsep yang dihubungkan dengan bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudan
yang digunakan untuk mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Baik konsep maupun
imaji bunyi terletak dalam satu tempat yaitu di pusat penghubung yang berada di
otak. Seperti pada percakapan:
Miya : “Kenapa je’ lambat
datang? Tidurki?”
Dila : “Tidak ji,
santai-santaika saja di kamar.”
Penutur (Miya) ingin mengemukakan sebuah
konsep kepada pendengar (Dila), maka konsep itu “membukakan” pintu kepada
pewujudnya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan merupakan
fenomena psikologis. Kemudian, dengan terbukanya pintu imaji bunyi, otak pun
mengirim satu impuls yang sama dengan imaji bunyi itu kepada alat-alat ucap
yang mengeluarkan bunyi, hal ini merupakan proses fisiologis.
Selanjutnya, gelombang bunyi itu bergerak
dari mulut Miya melewati udara ke telinga Dila, hal ini merupakan proses fisik.
Dari telinga Dila, gelombang bunyi bergerak masuk ke otak Dila dalam bentuk
impuls. Kemudian, terjadilah proses psikologis yang menghubungkan imaji bunyi
dengan konsep yang sama, seperti dalam otak Miya. Apabila Dila berbicara dan
Miya mendengarkan, maka proses yang sama atau proese yang dijelaskan sebelumnya
akan terjadi pula.
B.
Teori Leonard Bloomfield
Bloomfield merupakan penganut
bahaviorisme. Menurut Bloomfield suatu bahasa dapat diamati ketika berwujud
bunyi dan terdapat perilaku-perilaku bahasa, apabila hanya mental saja maka
bahasa itu tidak dapat diamati.
Berdasarkan teori Bloomfield percakapan di atas dapat di analisis.
Dila : “Miya, panas
ya.”
Miya :
(Diam, kemudian diikuti dengan tindakan menyalakan kipas angin)
Secara skematis peristiwa tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
S r………………s R
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Penjelasan:
(1)
Dila
merasa panas (S= stimulus)
(2)
Otak
Dila mulai bekerja ketika merasa panas hingga berkata pada Miya.
(3)
Perilaku
dan kegiatan Dila sewaktu berkata kepada Miya (r= respon).
(4)
Bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila ketika
berbicara kepada Miya (...)
(5) Perilaku atau kegiatan Miya ketika mendengarkan
bunyi-bunyi atau suara yang dikeluarkan Dila (s=stimulus)
(6)
Otak Miya bekerja mulai dari mendengar bunyi atau
suara dari Dila sampai bertindak.
(7)
Miya bertindak menyalakan kipas angin untuk Dila
yang merasa panas (R= respon).
Nomor (3), (4), dan (5) yaitu (r dan s)
merupakan lambang atau perilaku berbahasa yang dapat diobservasi secara
fisiologis, sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah
nomor (4). Dengan kata lain, dari nomor (1) - (7) yang merupakan bahasa
hanyalah nomor (4). Menurut Bloomfield, mulai dari (1) hingga (7), kecuali (4)
tidaklah penting karena hal itu tidak dapat diamati.
C.
Teori John Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firth dalam kajian
linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori ini, ada konteks
fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks ini. Firth lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik
dan tingkatan semantik, sedangkan yang lain tidak terlalu diperhatikan.
Perhatikan percakapan berikut!
Dila :
“Oh ya, datang tadi Ira di kamar, na panggil Niar bermalam, na ambil lagi teman
tidurku deh.”
Miya :
“Hahaha, mungkin kangen ki juga dengan Niar itu Ira.”
Berdasarkan analisis abstraksi
sintagmatik maka kata ‘teman tidurku’ dapat mengandung arti sebagai
berikut:
1.
Teman
yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos
2.
Teman
tidur dapat pula berarti suami.
Berdasarkan analisis abstraksi
paradigmatik (makna yang sesuai dengan konteks) maka kata “teman tidurku”
mengandung arti ‘teman yang sering berdampingan ketika tidur di rumah kos’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar