Tugas
3 Psikolinguistik
Analisis
Percakapan berdasarkan teori-teori linguistik
Tempat :
Pondok Cora, Jl. Muhajirin
Hari/tanggal : Rabu, 18 April 2012
Waktu :
19.00
Ocha : mauka keluar beli makanan deh.
Anhy :
mauki beli apa ka?
Ocha
: saya mau beli bakso.
Anhy :
ikutka. Saya mau beli nasi goreng
Nunu :
ikutka juga. Mauka juga beli nasi goreng
Ocha
:iya, tapi tunggu dulu ke kamarka sebentar
Anhy :
iye, panggil ma saja nanti
A. Analisis
percakapan berdasarkan teori Ferdinand De Saussure
De Saussure
memperkenalkan konsep dalam linguistik yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan
asosiatif atau paradigmatik. Konsep sintagmatik dan paradigmatik adalah konsep
analisis ilmu bahasa struktural yang mengandung pengertian bahwa kemunculan
suatu unsur menjadi unit selalu dalam hubungan atau relasi antara unit dengan
unit maupun dengan unsur lainnya. Denan kata lain, unit selalu dalam hubungan
dengan unit atau unsur lainnya. Hubungan jenis pertama adalah hubungan unit-unit
bahasa yang telah diucapkan atau diwujudkan. Sedangkan hubungan jenis kedua
adalah hubungan antara unit dengan unsur yang belum diwujudkan.
Hubungan sintagmatik
adalah hubungan horizontal antara unsur-unsur kalimat yang membentuk urutan
linear. Berdasarkan percakapan di atas kita dapat menganalisis pada kalimat “Saya mau beli bakso”. Kata saya yang mengisi unsur subjek mempunyai
hubungan sintagmatik pelaku perbuatan
(tindakan) dengan kata mau beli yang mengisi unsur predikat. Demikian
pula, kata saya memiliki hubungan
sintagmatik agen (pelaku) dengan kata
bakso yang mengisi unsur objek. Selanjutnya, kata mau beli mempunyai hubungan sintagmatik tindakan-pelaku dengan kata saya dan tindakan-sasaran dengan kata bakso.
Hubungan-hubungan itulah yang disebut hubungan sintagmatik.
Hubungan paradigmatik hubungan
antara unit yang telah terjelma dalam ucapan dan unsur yang belum terjelma
dalam ucapan. Unsur yang belum terjelma yaitu unsur yang dikuasai oleh
kemampuan ingatan atau kelengkapan penguasaan bahasa si pembicara. Berdasarkan kalimat
tadi, kata saya dalam kalimat saya mau beli bakso dapat dihubungkan dengan jumlah relatif yang
tidak terbatas, yaitu dengan kata ibu,
bapak, kakak, adik, dan seterusnya bergantung kepada kemampuan ingatan dan
pengalaman seseorang. Begitu pula kata bakso
mempunyai hubungan paradigmatik dengan kata nasi goreng, mie goreng, mie pangsit, dan seterusnya.
B. Analisis
percakapan berdasarkan teori Leonard Bloomfield
Menurut Bloomfield
bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul dalam suatu masyarakat tutur. Ujaran
inilah yang harus dikaji untuk mengetahui bagian-bagiannya. Lalu, bagi Bloomfield
bahasa adalah sekumpulan data yang mungkin muncul dalam suatu masyarakat. Data ini
merupakan ujaran-ujaran yang terdiri dari potongan-potongan perilaku (tabiat) yang
disusun secara linear.
Percakapan di atas
dapat di analisis berdasarkan teori Bloomfield.
Ocha
: mauka keluar beli makanan deh.
Anhy:
mauki beli apa ka?
Ocha
: saya mau beli bakso
Perilaku
Anhy ketika mendengar ucapan Ocha merupakan stimulus di dalam otak Anhy. Otak
Anhy bekerja mulai dari mendengar ucapan Ocha sampai bertindak dan bertanya
merupakan respon dari stimulus tadi. perilaku Ocha ketika mendengarkan
pertanyaan atau bunyi suara tesebut merupakan stimulus yang dialami Ocha. Kemudian,
Ocha menjawab pertanyaan itu sebagai respon dari stimulus tersebut.
Jadi, berdasarkan analisis
tersebut terlihat bahwa suatu bahasa tidak dapat diamati jika melalui mental seseorang.
Suatu bahasa dapat diamati ketika berwujud bunyi-bunyian karena dapat diperiksa
atau diamati secara fisik.
Percakapan tersebut dapat
dibagi dalam istilah/term teori linguistik Bloomfield,
1. Fonem,
dalam percakapan itu terdapat fonem, misalnya pada kata beli yang terdiri dari empat fonem yaitu |b|, |e|, |l|, dan |i|.
2. Morfem,
misalnya dalam kalimat saya mau beli
bakso terdapat morfem saya, mau, beli,
dan bakso.
3. Frase,
pada kalimat saya mau beli bakso,
terdapat frase mau beli
4. Kata,
pada kalimat saya mau beli bakso,
terdapat kata saya, mau, beli, dan bakso.
5. Kalimat,
pada kalimat saya mau beli bakso.
C. Analisis
percakapan berdasarkan teori John Rupert Firth
Menurut Firth dalam
kajian linguistik yang paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada
konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks itu. Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari lima
tingkatan yaitu tingkatan, fonetik, morfologi, leksikon, sintaksis, dan
semantik. Firtyh lebih memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan semantik
karena menurutnya tingkatan tersebut yang paling dekat dengan konteks.
Pada percakapan di
atas, misalnya kalimat “mauka keluar beli
makanan deh”. Kata keluar di sini
dapat menghasilkan makna yang berlainan, karena tidak memberi kejelasan bahwa
keluar ini dalam hal apa. Untuk mengetahui makna sebenarnya, kata keluar ini dapat dilihat pada tingkatan
selanjutnya misalnya morfologi, sintaksis, atau semantik. Dalam konteks
sintaksis, kata keluar tersebut
terangkai dalam kalimat mauka keluar beli
makanan deh, sehingga maknanya jelas bahwa ia keluar untuk membeli makanan.
Selain itu, perlu pula melihat konteksnya, misalnya konteks situasi, yang
terjadi pada malam hari dan pada waktu makan malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar