TUGAS 3 PSIKOLINGUISTIK
ANALISIS PERCAKAPAN BERDASARKAN
TEORI-TEORI LINGISTK
TEMPAT :
PERUMAHAN TATA INDAH 1 NO. 11
HARI/TANGGAL : SELASA, 17 APRIL 2012
WAKTU :
15.25
NAMA :
SRI ASTUTI
AMMA :
baruki pulang Jum?
JUM :
iye, karena tinggal dulu rapat di kampus. Kita?
AMMA :
dari tadi ji saya, karena tidak masuk dosenku. Tidak mauki ke Hartako jum?
JUM :
bikin apaki di sana?
AMMA :
acara 40 harinya puang Jhony, kalau mauki sama maki ke sana.
JUM :
bentar phe saya dech, karena capek sekalik. Mauk dulu tidur.
AMMA :
oh iye, duluan ma penk saya nach.
A. Analisis percakapan berdasarkan
teori Ferdinand De Saussure
De Saussure memperkenalkan konsep dalam linguistik yaitu
hubungan sintagmatik dan hubungan asosiatif atau paradigmatik. Konsep
sintagmatik dan paradigmatik adalah konsep analisis ilmu bahasa struktural yang
mengandung pengertian bahwa kemunculan suatu unsur menjadi unit selalu dalam
hubungan atau relasi antara unit dengan unit maupun dengan unsur lainnya. Denan
kata lain, unit selalu dalam hubungan dengan unit atau unsur lainnya. Hubungan
jenis pertama adalah hubungan unit-unit bahasa yang telah diucapkan atau
diwujudkan. Sedangkan hubungan jenis kedua adalah hubungan antara unit dengan
unsur yang belum diwujudkan.
Hubungan sintagmatik adalah hubungan horizontal antara
unsur-unsur kalimat yang membentuk urutan linear. Hubungan paradigmatik
hubungan antara unit yang telah terjelma dalam ucapan dan unsur yang belum
terjelma dalam ucapan.
De Saussure menjelaskan
bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (Speech act) merupakan suatu
rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B.
Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar dan
bagian dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga serta bagian dalam
oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara atau pendengar.
Jika A berbicara maka B menjadi pendengar dan jika B berbicara maka A
menjadi pendengar.
Contoh pada percakapan di atas dapat dianalisis, bahwa
percakapan di atas merupakan suatu tindakan bertutur seseorang yang dilakukan
antara 2 orang atau lebih yang dalam tindakan tersebut terdapat berbagai macam
unsure yang berperan baik dari dalam maupun dari luar.
B.
Analisis percakapan berdasarkan
teori Leonard Bloomfield
Menurut Bloomfield bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang
muncul dalam suatu masyarakat tutur. Ujaran inilah yang harus dikaji untuk
mengetahui bagian-bagiannya. Lalu, bagi Bloomfield bahasa adalah sekumpulan
data yang mungkin muncul dalam suatu masyarakat. Data ini merupakan
ujaran-ujaran yang terdiri dari potongan-potongan perilaku (tabiat) yang
disusun secara linear.
Bloomfield yang menganut paham behaviorisme menerangkan
makna (semantik) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik
diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan
di mana unsur-unsur berada. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan
makna tidak dapat.
Perilaku
Jum ketika mendengar ucapan Amma merupakan stimulus di dalam otak Jum. Otak Jum
bekerja mulai dari mendengar ucapan Amma sampai bertindak dan bertanya
merupakan respon dari stimulus tadi. perilaku Ocha ketika mendengarkan
pertanyaan atau bunyi suara tesebut merupakan stimulus yang dialami Amma.
Kemudian, Ocha menjawab pertanyaan itu sebagai respon dari stimulus tersebut.
C. Analisis percakapan berdasarkan
teori John Rupert Firth
Menurut Firth dalam kajian linguistik yang paling penting
adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon,
dan situasi. Bahasa adalah susunan dari konteks-konteks itu. Menurut Firth
struktur bahasa itu terdiri dari lima tingkatan yaitu Menurut
Firth dalam kajian linguistik yang paling penting adalah konteks.
Dalam teori Firth ada
konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari
konteks-konteks itu. Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari lima
tingkatan yaitu tingkatan, fonetik, morfologi, leksikon, sintaksis, dan
semantik.tingkatan,
fonetik, morfologi, leksikon, sintaksis, dan semantik. Firtyh lebih memusatkan
perhatian pada tingkatan fonetik dan semantik karena menurutnya tingkatan
tersebut yang paling dekat dengan konteks.
Pada percakapan di
atas, misalnya kalimat “baruki pulang Jum?”. Kata baruki di sini
dapat menghasilkan makna yang berlainan, karena tidak memberi kejelasan bahwa
kata ini mengandung arti lain. Untuk mengetahui makna sebenarnya, kata baruki
ini dapat dilihat pada tingkatan selanjutnya misalnya morfologi, sintaksis,
atau semantik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar