TUGAS
PSIKOLINGUISTIK III
NAMA :
INDAH NURMALASARI
NIM : 105104045
LOKASI : RUMAH TANTE
HARI/TANGGAL : SELASA, 17 APRIL
2012
PEMBICARA : SISKA,
INDAH, DAN NITA
PERCAKAPAN
Siska : Kuliah
di mana ki?
Indah : di
UNM.
Siska : jurusan
apa?
Indah : bahasa
Indonesia, kita?
Siska : bahasa
Inggris di 45.
Indah : ooo,
ku kira bahasa Indonesia kita ambil?
Karena itu harina bilang
anak-anak bahasa Indonesia bede’ kita.
Siska : bukan,
eh kita kenal yang namanya Anti?
Indah : jurusan
apa?
Siska : bahasa
Inggris di UNM juga, anak Bidik Misi.
Indah : oo, tidak saya kenalki, masalahnya jarang ma’
ikut pertemuannya Bidik Misi karna beberapa minggu ka ini sakit. Terus kalau di
kampus selesai kuliah ku langsung ma’pulang.
Nita : iya memang, saya juga begitu. Haha…
Masuk
jam berapaki Indah?
Indah : jam 1 pi, kita?
Nita : jam 3, malas ka saya kuliah sore.
Indah : kenapa tidak masuk pagi saja dosen mu?
Nita : full kelas bela…
Indah : ooo……
Sabar!
ANALISIS
PERCAKAPAN
1.
Teori Ferdinand De
Saussure
Dari percakapan di
atas, jika dilihat dari Teori Ferdinand De Saussure. De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai suatu rangkaian hubungan antara dua
orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur ini terdiri dari
dua bagian, yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian-luar dibatasi dengan
mulut dan telinga, sedangkan bagian-dalam dibatasi oleh jiwa atau akal yang
terdapat dalam otak pembicara dan pendengar. Misalnya pada saat Siska berbicara
maka Indah dan Nita sebagai pendengar dan begitupun jika Indah berbicara maka
Siska dan Nita sebagai pendengar begitupun sebaliknya. Di dalam otak penutur A
terdapat konsep-konsep atau fakta-fakta mental yang dihubungkan dengan
bunyi-bunyi linguistik sebagai perwujudannya yang digunakan untuk melahirkan
atau mengeluarkan konsep-konsep tersebut. Misalnya pada saat Siska berbicara
kepada Indah, di dlamnya otaknya terdapat beberapa kata yang terkonsep kemudian
mengeluarkan bunyi dengan berbicara.
Apabila penutur ingin
mengemukakan sebuah konsep kepada pendengar B, maka konsep itu membukakan pintu
kepada pewujudnya yang berupa imaji bunyi yang masih berada dalam otak dan
merupakan fenomena psikologis, lalu otak mengirim satu infuse yang sama dengan
imaji bunyi itu kepada alat ucap yang mengeluarkan bunyi.
2. .
Teori Leonard Bloomfield
Pada teori Leonard Bloomfield yaitu
distimulus dan respon. Hubungan stimulus dan respon pada saat Siska bertanya
kepada Indah tentang di mana dia kuliah, yang berarti bahwa stimulus Siska
berjalan ketika dia berbicara kepada Indah dinamakan perilaku bahasa. Hal tersebut disebabkan karena dapat
diamati dan diobservasi secara konkret. Bloomfield yang menganut paham
behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian
penting dalam kajian linguistik.
Leonard Bloomfield adalah penganut paham behaviorisme yang
menerangkan makna semantik dengan menggunakan rumus-rumus behaviourisme
tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi
unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu. Distribusi dapat
diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat.
3.
Teori John Ruppert Firth
Firth mengatakan bahwa, kajian linguistik yang paling
penting adalah konteks. Dalam teori Firth terdapat konteks fonologi, morfologi,
leksikon, dan situasi. Akan tetapi, Firth lebih memusatkan perhatian hanya pada
tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Misalnya, pada saat Siska bertanya
kepada Indah “jurusan apa kita ambil?” Kata ambil pada percakapan
tersebut dapat menimbulkan makna-makna yang berlainan. Kata ambil bisa diartikan sebagai mengambil
sesuatu atau benda, tetapi pada saat dimasukkan dalam sebuah kalimat maka kata ambil tersebut dapat berarti apa yang
digeluti. Sebab, di dalam teori John Ruppert Firth ini yang ia
teliti yaitu teori konteks situasi untuk menentukan arti dan analisis prosodi
dalam fonologi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar