Jumat, 20 April 2012

nurfadhilah 105104052


Nama                           : Nur Fadhilah
Kelas/Nim                    : B/105104052
Jurusan             : Bahasa dan Sastra Indonesia (2010)
Tugas                           : Analisis percakapan berdasarkan Teori-Teori Linguistik
Mata Kuliah                 : Psikolinguistik
Dosen                          : DR. Mahmudah, M.Hum
Waktu Percakapan       : Selasa, 17-04-2012
Pukul                            : 12.48
Tempat             : Universitas Negeri Makassar (UNM), Fakultas Bahasa dan Sastra
Gedung DH, Ruang 103
Pembicara                    : Kardina & Fadillah
Penggunaan Bahasa      : 1. Bahasa Bugis
                                      2. Dialek Makassar

Percakapan                  :
 K        : “E… Dila eg pi na engka Miong?”
            (Dila apakah Miong (mia) belum ada (dating)?)
F          : “Hehehe… deg U issengi”.
            (Hehehe… Saya tidak tahu.)
K         : “E…Maga jek na deg Ko sibawa lo masikola?”
            (Kenapa kamu tidak bersamaan pergi ke kampus?) 
F          : “Magattik-gattik Ka jek!”
            (Karena saya tergesa-gesa!)
K         : “Tajenni Pale!”
            (Kita tunggu saja!)
F          : “ Hahaha lucunya kalo bahasa beginiki”.
            (Hahaha lucu juga kita berbahasa seperti ini)
Berikut analisis percakapan tersebut berdasarkan teori-teori linguistik :
A.     Teori Linguisti Ferdinand De Saussure
1.      De Saussure menjelaskan bahwa prilaku bertutur atau tindak tutu (speech act) sebagai satu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih. Pada percakapan diatas dapat kita lihat bahwa percakapan terjadi sekurang-kurangnya dua orang yakni Kadrina dan Fadillah.
2.      De Saussure mengatakan perilaku bertutur terdiri atas dua bagian atau struktur yakni bagian atau struktur dalam (mulut dan telinga) dan luar(akal dan jiwa). Pada percakapan diatas  bagian luar yakni mulut Kardina yang mengeluarkan tuturan dan telinga Fadillah sebagai penerima tuturan, begitu pula sebaliknya. Sedangkan bagian dalam yakni berupa konsep yang dimiliki Kardina dan Akal Fadillah dalam memproses konsep yang diberikan Kardina dalam bentuk stimulus kepada Fadillah, begitu pula sebaliknya.
3.      De Saussure menganut paham kognitif yang berpendapat bahwa berfikir lebih dulu lalu berbahasa. Bahwa sebelum berbicara terlebih dahulu terdapat konsep yangada dalam otak pembicara, jadi Kardina terlebih dahulu mempunyai konsep atau fakta mental sebelum diujarkan dalam bentuk bunyi-bunyi linguistic.
4.      Dalam bukunya, yang paling penting pada teori linguistikya adalah signe linguistique(kata) yang terdiri atas signifie(makna) dan signifiant (bentuk). Pada percakapan diatas dapat kita ambil satu  kata sebagai contoh.

            Signifie             
(makna)           bersekolah”
signe linguistique       
(kata)              masikola”                             
(Bhs. Bugis)                             Signifiant
(Bentuk)          /m,a,s,i,k,o,l,a/ dan /a,s,i,k,o,l,a / dalam bahasa Makassar

Gambar 4.1
           
Jadi, walaupun penggunaan bentuk ujaran dari bahasa yang berbeda tetap merujuk pada konsep yang sama yakni bersekolah.
5.      De Saussure membedakan antara parole, langue, dan langage, langage adalah bahasa secara umum yang mecakup seluruh atau semua bahasa bersifat abstrak, languekeseluruhan system tanda ataupun lambing bunyi yang digunakan kelompok masyarakat ertentu untuk berkomunikasi secara verbal dan berinteraksi sesama pengguna bahasa itu, kemudian parole adalah penggunaan bahasa secara perseorangan, sebagai realisasi dari langue yang bersifat individu berbeda dari individu yang satu dengan individu yang lainnya. Jadi jika kita padankan Bahasa Indonesia sebagai langage, maka bahasa-bahasa daerah yang ada seperti bahasa bugis, jawa, makassar, sunda, dan lainnya adalah langue, dan realisasi penuturan oleh Kardina dan Fadillah merupakan parole karena cara penuturan antar keduanya pasti berbeda baik dari dialeknya, cirri khas berbicaranya, maupun intonasi suaranya. Sehingga dapan digambarkan dengan struktur seperti berikut.

Langage
(Bahasa Indonesia)

Langue                                                                                           Parole
(Bhs. Jawa, Bugis, dll)                                                                    (Realisasi Individual)
                                                                  Gambar 5.1
      Dapat dilihat bahwa pada percakapan kardina terkadang m,enggunakan bunyi fonem [e] sebelum mengujarkan bahasa.
6.       Dalam proses bertutur dan memahami De Saussure membedakan antaraPelaksana yaitu pusat penghubung penutur dan telinga pendengar yang keduanya sebagai bagian yang aktif; dan penerima yaitu pusat penghubungpendengar dan telinga penutur yang keduanya sebagai bagian yang pasif. Maksud pernyataan De Saussure diatas ialah bahwa adanya proses timbale balik antara penutur dan pendengar yang masing-masing dapat menjadi pelaksana maupun penerima, ketika Kardina bertutur maka Fadillah sebagai penerima, begitu pula sebaliknya.
7.       Menurut De Saussure metode yang sesuai dalam analisis linguistic adalah segmentasi dan klasifikasi. Segmentasi ialah proses indentifikasi batas antara kata, suku kata atau fonem dalam bahasa alami lisan baik bagi proses mental maupun buatan,segmentasi antar kata yang dapat diterapkan yaknimenggunakan pemisah kata dengan spasi. Jadi pada pada contoh penulisan percakapan diatas menggunakan spasi sebagai pemisah kata, dan baik pada tuturan langsungnya menggunakan intonasi jeda sebagai pemisah, namun tidak terlalu terlihat hanya pada penulisan saja. Sedangkan klasifikasi adalah metode untuk menyusun data/kata secara sistematis atau menurut aturan kaidah yang telah ditetapkan sehingga kita dapat melakukan pembagian kata menurut kelasnya (fonem, kata, farase, klausa, kalimat). Pada contoh percakapan diatas kita dapat megambil kalimat E… Dila, deg pi na engka Miong?
Deg adalah kata, dst.
E… Dila deg pi na engka… adalah klausa
E… Dila, deg pi na engka Miong? adalah kalimat
8. 
B.     Teori Linguistik Bloomfield
1.  S                       r……………..s                                   R
    (1)               (2)  (3)                     (4)   (5)                              (6)  (7)
Penjelasan
(1). Kardina tidak melihat Mia berada dikelas (S=stimulus)
(2). Otak kardina bekerja mulai dari merasa Mia belum berada dikelas hingga berkata kepada Fadillah
(3). Perilaku/kegiatan Kardina sewaktu bertutur pada Fadillah (r=respon)
(4). Bunyu-bunyi/suara yang dikeluarkan Kardina pada saat berbicara kepada Fadillah (s=stimulus)
(5). Perilaku/kegiatan Fadillah sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi yang dikeluarkan Kardina
(6). Otak Fadillah mulai bekerja dari medengar suara Kardina sampai bertindak
(7). Fadillah bertindak/merspon stimulus dina dengan menanggapi Kardina (R=respon).
      Nomor (3),(4), dan (5) yaitu (r dan s) adalah ambang atau perilaku berbahasa (speech act) yang dapat diobservasi secara fisiologis (ilmu yang mempelajari tentang alat-alat tubuh dan bagaimana bunyi dihasilkan); sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik hanyalah nomor (4).
      Berdasarkan keterangan diatas maka yang menjadi data linguistic bagi teori Bloomfield adalah perilaku berbahasa atau lambing bahasa (r…….s) dan hubungannya dengan makna (S……R). apa yang terjadi alam otak Kardina mulai dari (1) hingga (2) sampai ia mngeluarakan bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu juga dengan proses yang terjadi dalam otak Fadillah setelah dia mendengarkan bunyi sampai bertindak (5 dan 6) juga tidak penting.
2.  Bloomfield menyatakan tidak mungkin kita dapat menunjjukkan bahwa pola-pola yang kita temui dalam beberapa bahasa berlaku juga pada bahasa lain. Jadi pada bahasa bugis yang digunakan oleh Kardina dan Fadillah belum tentu sama baik bentuk maupun pola dengan bahasa daerah yang lainnya.
3. 
C.     Teori Linguistik John Rupert Firth
1.      Firth dikenal sebagai tokoh analisis prosodi atau fonologi prosodi. Yang dimaksud prosodi menurut firth adalah struktur kata beserta cirri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Contoh prosodi pada percakapan diatas ialah :
lucunya / kalo bahasa beginiki. (sangat lucu jika kita berbahasa seperti ini).
            …lucunya / kalo bahasa / beginiki.(lucu jika bahasa, kamu seperti ini )
            … lucunya kalo / bahasa beginiki.(si Kalo lucu, berbahasa seperti ini)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar