Nama : Nur Fadhilah
Kelas/Nim : B/105104052
Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia
(2010)
Tugas : Analisis percakapan
berdasarkan Teori-Teori Linguistik
Mata Kuliah : Psikolinguistik
Dosen : DR. Mahmudah, M.Hum
Waktu Percakapan : Selasa, 17-04-2012
Pukul : 12.48
Tempat : Universitas Negeri Makassar
(UNM), Fakultas Bahasa dan Sastra
Gedung DH, Ruang 103
Pembicara : Kardina & Fadillah
Penggunaan
Bahasa : 1. Bahasa Bugis
2. Dialek Makassar
Percakapan :
K :
“E… Dila eg pi na engka Miong?”
(Dila apakah Miong (mia) belum ada
(dating)?)
F : “Hehehe… deg U issengi”.
(Hehehe… Saya tidak tahu.)
K : “E…Maga jek na deg Ko sibawa lo masikola?”
(Kenapa kamu tidak bersamaan pergi
ke kampus?)
F : “Magattik-gattik Ka jek!”
(Karena saya tergesa-gesa!)
K : “Tajenni Pale!”
(Kita tunggu saja!)
F : “ Hahaha lucunya kalo bahasa
beginiki”.
(Hahaha lucu juga kita berbahasa
seperti ini)
Berikut analisis percakapan tersebut berdasarkan teori-teori linguistik :
A. Teori Linguisti Ferdinand De Saussure
1.
De Saussure
menjelaskan bahwa prilaku bertutur atau tindak tutu (speech act) sebagai satu
rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih. Pada percakapan diatas
dapat kita lihat bahwa percakapan terjadi sekurang-kurangnya dua orang yakni
Kadrina dan Fadillah.
2.
De Saussure mengatakan
perilaku bertutur terdiri atas dua bagian atau struktur yakni bagian atau
struktur dalam (mulut dan telinga) dan luar(akal dan jiwa). Pada percakapan
diatas bagian luar yakni mulut Kardina
yang mengeluarkan tuturan dan telinga Fadillah sebagai penerima tuturan, begitu
pula sebaliknya. Sedangkan bagian dalam yakni berupa konsep yang dimiliki
Kardina dan Akal Fadillah dalam memproses konsep yang diberikan Kardina dalam
bentuk stimulus kepada Fadillah, begitu pula sebaliknya.
3.
De Saussure menganut
paham kognitif yang berpendapat bahwa berfikir lebih dulu lalu berbahasa.
Bahwa sebelum berbicara terlebih dahulu terdapat konsep yangada dalam otak
pembicara, jadi Kardina terlebih dahulu mempunyai konsep atau fakta mental
sebelum diujarkan dalam bentuk bunyi-bunyi linguistic.
4.
Dalam bukunya,
yang paling penting pada teori linguistikya adalah signe linguistique(kata)
yang terdiri atas signifie(makna) dan signifiant (bentuk). Pada percakapan
diatas dapat kita ambil satu kata
sebagai contoh.
Signifie
(makna) “bersekolah”
signe linguistique
(kata) “masikola”
(Bhs. Bugis) Signifiant
(Bentuk) /m,a,s,i,k,o,l,a/
dan /a,s,i,k,o,l,a / dalam bahasa
Makassar
Gambar 4.1
Jadi, walaupun penggunaan bentuk ujaran dari bahasa
yang berbeda tetap merujuk pada konsep yang sama yakni bersekolah.
5. De
Saussure membedakan antara parole, langue, dan langage, langage adalah bahasa
secara umum yang mecakup seluruh atau semua bahasa bersifat abstrak,
languekeseluruhan system tanda ataupun lambing bunyi yang digunakan kelompok
masyarakat ertentu untuk berkomunikasi secara verbal dan berinteraksi sesama
pengguna bahasa itu, kemudian parole adalah penggunaan bahasa secara
perseorangan, sebagai realisasi dari langue yang bersifat individu berbeda dari
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Jadi jika kita padankan Bahasa Indonesia sebagai langage, maka
bahasa-bahasa daerah yang ada seperti bahasa bugis, jawa, makassar, sunda, dan
lainnya adalah langue, dan realisasi penuturan oleh Kardina dan Fadillah
merupakan parole karena cara penuturan antar keduanya pasti berbeda baik
dari dialeknya, cirri khas berbicaranya, maupun intonasi suaranya. Sehingga
dapan digambarkan dengan struktur seperti berikut.
Langage
(Bahasa Indonesia)
Langue Parole
(Bhs. Jawa,
Bugis, dll) (Realisasi
Individual)
Gambar 5.1
Dapat
dilihat bahwa pada percakapan kardina terkadang m,enggunakan bunyi fonem [e]
sebelum mengujarkan bahasa.
6.
Dalam proses bertutur dan memahami De
Saussure membedakan antaraPelaksana yaitu pusat penghubung penutur dan telinga
pendengar yang keduanya sebagai bagian yang aktif; dan penerima yaitu pusat
penghubungpendengar dan telinga penutur yang keduanya sebagai bagian yang
pasif. Maksud
pernyataan De Saussure diatas ialah bahwa adanya proses timbale balik antara
penutur dan pendengar yang masing-masing dapat menjadi pelaksana maupun
penerima, ketika Kardina bertutur maka Fadillah sebagai penerima, begitu pula
sebaliknya.
7.
Menurut De Saussure metode yang
sesuai dalam analisis linguistic adalah segmentasi dan klasifikasi. Segmentasi ialah proses
indentifikasi batas antara kata, suku kata atau fonem dalam bahasa alami lisan
baik bagi proses mental maupun buatan,segmentasi
antar kata yang dapat diterapkan yaknimenggunakan pemisah kata dengan spasi.
Jadi pada pada contoh penulisan percakapan diatas menggunakan spasi sebagai
pemisah kata, dan baik pada tuturan langsungnya menggunakan intonasi jeda
sebagai pemisah, namun tidak terlalu terlihat hanya pada penulisan saja. Sedangkan
klasifikasi adalah metode untuk menyusun data/kata secara sistematis atau
menurut aturan kaidah yang telah ditetapkan sehingga kita dapat melakukan
pembagian kata menurut kelasnya (fonem, kata, farase, klausa, kalimat). Pada
contoh percakapan diatas kita dapat megambil kalimat E… Dila, deg pi na engka Miong?
Deg adalah
kata, dst.
E… Dila deg pi na engka… adalah klausa
E… Dila, deg pi na engka Miong? adalah kalimat
8.
B. Teori Linguistik Bloomfield
1.
S r……………..s
R
(1) (2)
(3) (4) (5) (6)
(7)
Penjelasan
(1). Kardina tidak melihat Mia berada
dikelas (S=stimulus)
(2). Otak kardina bekerja mulai dari
merasa Mia belum berada dikelas hingga berkata kepada Fadillah
(3). Perilaku/kegiatan Kardina
sewaktu bertutur pada Fadillah (r=respon)
(4). Bunyu-bunyi/suara yang
dikeluarkan Kardina pada saat berbicara kepada Fadillah (s=stimulus)
(5). Perilaku/kegiatan Fadillah
sewaktu mendengarkan bunyi-bunyi yang dikeluarkan Kardina
(6). Otak Fadillah mulai bekerja dari
medengar suara Kardina sampai bertindak
(7). Fadillah bertindak/merspon
stimulus dina dengan menanggapi Kardina (R=respon).
Nomor
(3),(4), dan (5) yaitu (r dan s) adalah ambang atau perilaku berbahasa (speech act) yang dapat diobservasi
secara fisiologis (ilmu yang mempelajari tentang alat-alat tubuh dan bagaimana
bunyi dihasilkan); sedangkan yang dapat diamati atau diperiksa secara fisik
hanyalah nomor (4).
Berdasarkan
keterangan diatas maka yang menjadi data linguistic bagi teori Bloomfield adalah perilaku
berbahasa atau lambing bahasa (r…….s) dan hubungannya dengan makna (S……R). apa
yang terjadi alam otak Kardina mulai dari (1) hingga (2) sampai ia mngeluarakan
bunyi tidaklah penting karena keduanya tidak dapat diamati. Begitu juga dengan
proses yang terjadi dalam otak Fadillah setelah dia mendengarkan bunyi sampai
bertindak (5 dan 6) juga tidak penting.
2.
Bloomfield
menyatakan tidak mungkin kita dapat menunjjukkan bahwa pola-pola yang kita
temui dalam beberapa bahasa berlaku juga pada bahasa lain. Jadi pada bahasa
bugis yang digunakan oleh Kardina dan Fadillah belum tentu sama baik bentuk
maupun pola dengan bahasa daerah yang lainnya.
3.
C. Teori Linguistik John Rupert Firth
1.
Firth dikenal
sebagai tokoh analisis prosodi atau fonologi prosodi. Yang dimaksud prosodi
menurut firth adalah struktur kata beserta cirri-ciri khas lagu kata itu
sebagai sifat-sifat abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu.
Contoh prosodi pada percakapan diatas ialah :
…lucunya / kalo bahasa beginiki. (sangat
lucu jika kita berbahasa seperti ini).
…lucunya / kalo bahasa / beginiki.(lucu
jika bahasa, kamu seperti ini )
…
lucunya kalo / bahasa beginiki.(si Kalo lucu, berbahasa seperti ini)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar