Menganalisis percakapan berdasarkan 3 teori linguistik
Tempat
: Rumah, Kamar Tidur Orang Tua
Waktu :
Pukul 18.21 wita
Hari/Tanggal : Kamis, 19 April 2012
Percakapan
Wiwi : Di mana ko
mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Wiwi :
Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan keduaku
Mamam : FKM UIN
Wiwi : Saya kira IPS mau dia ambil?
Mamam :
Biasa ji IPC. Lagian juga
belum tentu, belum mendafatr, masih di pertimbangkan. Kalau bebas tes tawwa,
kalau masuk seratus besar, bisa bebas tes masuk UIN kan sudah dijanji sama Pak Bupati.
Dian : Iye,
semua jurusan bedeng. Tapi 100 besar
se-kabupaten Gowa
Mamam : Oh, seluruh SMA, begitu?
Wiwi :
Oo….
Mamam : Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi : Nonton.
Mamam :
Belumpi lapar? pergiko dulu
gorengkanngi perkedel di kulkas.
Wiwi : Iye.
Teori
Linguistik
A. Ferdinand
De Saussure
Menurut Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa
perilaku bertutur atau tindak tutur (speech
act) sebagai satu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih seperti
pada percakapan di atas. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan
yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga
sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara
atau pendengar. Contoh potongan percakananya, yaitu:
Wiwi :
Di mana ko mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Mamam : Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan
keduaku
Pada percakapan di atas terlihat di pembukaan bahwa Wiwi
sedang mengemukakan sebuah konsep kepada Dian sebagai pendengarnya dalam bentuk
tuturan yang telah terkonsepkan di
pikirannya terlebih dahulu. Tuturan
tersebut bergerak dari mulut Wiwi kemudian melewati udara ketelinga Dian
(proses fisik), dari telinga Dian gelombang bunyi bergerak terus masuk ke
otaknya dan membentuk rangsangan yang membuatnya memberi umpan balik kepada Wiwi
. Dalam hal ini sebelum Dian memberi respon atas tuturan Wiwi, dia melakukan
proses berfikir yang termasuk dalam kegiatan bagian dalam menurut ferdinand de Saussure
(proses psikologis). Sedangkan pada kegiatan bagian luar nampak pada saat Wiwi
membuka sebuah konsep atau tindakan berbicara.
B. Leonard
Bloomfield
Menurut Bloomfield yang menganut paham behaviorisme
menerangkan makna (semantic) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut.
Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur
tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu. Distribusi dapat diamati secara
langsung sedangkan makna tidak dapat. Bloomfield yang menganut paham
behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian
penting dalam kajian linguistik. Contoh
potongan percakananya, yaitu:
Wiwi :
Di mana ko mau mendaftar ?
Dian : Ndak
ku tau’ pi
Wiwi : Kukira PAUD UNM ?
Dian : Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan
keduaku
Mamam : FKM UIN
Wiwi : Saya kira IPS mau dia ambil?
Pada percakapan di atas, nampak Mamam yang secara
langsung masuk pada pembicaraan antara Dian dan Wiwi, karena dia secara tidak
langsung mengamati pembicaraan Dian dan Wiwi yang berbincang di dekatnya, hal
ini muncul karena Mamam mempunyai stimulus dalam menanggapi percakapan Dian dan
Wiwi sampai akhirnya tuturan yang berbunyi, “FKM UIN” keluar dalam bentuk
ujarannya yang merangsang stimulus dari Wiwi untuk menjawab tuturan itu dengan
tuturan, “Saya kira IPS mau naambil?”
C. John
Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firt menyatakan bahwa
bahasaadalah susunan dari konteks-konteks. Tiap konteks-konteks mempunyai
peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur atau unit-unit tiap tingkat
bahasa. Susunan dari kontek-konteks
tersebutlah yang membentuk satu keselurahan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Kajian teori Firth ada konteks
fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan
perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Contoh potongan percakananya, yaitu:
Mamam : Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi : Nonton.
Mamam : Belumpi
lapar? pergiko dulu gorengkanngi
perkedel di kulkas.
Wiwi : Iye.
Pada tuturan di atas, pada potongan percakapan
“Pergiko dulu gorengkanngi perkedel di kulkas.” Terbagi atas : “Pergiko dulu /gorengkanngi perkedel/ di
kulkas”.Mengandung makna semantis menggoreng perkedel di dalam kulkas. Dan
“Pergiko dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas”. Mengandung makna menggoreng
perkedel yang ada di dalam kulkas, namun secara konteks semantiknya, “Pergiko
dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas” kalimat tersebut lebih berterima menurut
Wiwi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar