Jumat, 20 April 2012

AYU PRATIWI AHMAD - 105104034

Tugas 3
                     Menganalisis percakapan berdasarkan 3 teori linguistik

Tempat             : Rumah, Kamar Tidur Orang Tua
Waktu              : Pukul 18.21 wita
Hari/Tanggal     : Kamis, 19 April 2012
Percakapan
Wiwi               :    Di mana ko mau mendaftar ?
Dian                 :    Ndak ku tau’ pi
Wiwi                :   Kukira PAUD UNM ?
Dian                 :   Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan keduaku
Mamam            :    FKM UIN
Wiwi                :    Saya kira IPS mau dia ambil?
Mamam            :   Biasa ji IPC. Lagian juga belum tentu, belum mendafatr, masih di pertimbangkan. Kalau  bebas tes tawwa, kalau masuk seratus besar, bisa bebas tes masuk UIN kan sudah dijanji sama Pak Bupati.
Dian                 :    Iye, semua jurusan bedeng. Tapi 100 besar se-kabupaten Gowa
Mamam            :   Oh, seluruh SMA, begitu?
Wiwi                :    Oo….
Mamam            :   Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi                :    Nonton.
Mamam            :    Belumpi lapar? pergiko dulu gorengkanngi perkedel di kulkas.
Wiwi                :    Iye.


Teori Linguistik
A.     Ferdinand De Saussure
Menurut Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur (speech act) sebagai satu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih seperti pada percakapan di atas. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian-luar dan bagian-dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicara atau pendengar. Contoh potongan percakananya, yaitu:
Wiwi               :    Di mana ko mau mendaftar ?
Dian                 :    Ndak ku tau’ pi
Mamam            :   Kukira PAUD UNM ?
Dian                 :   Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan keduaku
Pada percakapan di atas terlihat di pembukaan bahwa Wiwi sedang mengemukakan sebuah konsep kepada Dian sebagai pendengarnya dalam bentuk tuturan yang telah  terkonsepkan di pikirannya terlebih dahulu.  Tuturan tersebut bergerak dari mulut Wiwi kemudian melewati udara ketelinga Dian (proses fisik), dari telinga Dian gelombang bunyi bergerak terus masuk ke otaknya dan membentuk rangsangan yang membuatnya memberi umpan balik kepada Wiwi . Dalam hal ini sebelum Dian memberi respon atas tuturan Wiwi, dia melakukan proses berfikir yang termasuk dalam kegiatan bagian dalam menurut ferdinand de Saussure (proses psikologis). Sedangkan pada kegiatan bagian luar nampak pada saat Wiwi membuka sebuah konsep atau tindakan berbicara.
B.     Leonard Bloomfield
Menurut Bloomfield yang menganut paham behaviorisme menerangkan makna (semantic) dengan rumus-rumus behaviourisme tersebut. Unsur-unsur linguistik diterangkannya berdasarkan distribusi unsur-unsur tersebut di dalam lingkungan unsur-unsur itu. Distribusi dapat diamati secara langsung sedangkan makna tidak dapat. Bloomfield yang menganut paham behaviourisme mengganggap bahwa perilaku dalam bertuturlah yang menjadi bagian penting dalam kajian linguistik.  Contoh potongan percakananya, yaitu:
Wiwi               :    Di mana ko mau mendaftar ?
Dian                 :    Ndak ku tau’ pi
Wiwi                :   Kukira PAUD UNM ?
Dian                 :   Iye tapi masih kupikirki lagi pilihan keduaku
Mamam            :    FKM UIN
Wiwi                :    Saya kira IPS mau dia ambil?
Pada percakapan di atas, nampak Mamam yang secara langsung masuk pada pembicaraan antara Dian dan Wiwi, karena dia secara tidak langsung mengamati pembicaraan Dian dan Wiwi yang berbincang di dekatnya, hal ini muncul karena Mamam mempunyai stimulus dalam menanggapi percakapan Dian dan Wiwi sampai akhirnya tuturan yang berbunyi, “FKM UIN” keluar dalam bentuk ujarannya yang merangsang stimulus dari Wiwi untuk menjawab tuturan itu dengan tuturan, “Saya kira IPS mau naambil?”
C.     John Rupert Firth
Menurut teori Rupert Firt menyatakan bahwa bahasaadalah susunan dari konteks-konteks. Tiap konteks-konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur atau unit-unit tiap tingkat bahasa.  Susunan dari kontek-konteks tersebutlah yang membentuk satu keselurahan dari kegiatan-kegiatan  yang penuh arti. Kajian teori Firth ada konteks fonologi, morfologi, leksikon, dan situasi. Namun, Firth lebih memusatkan perhatian hanya pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik.  Contoh potongan percakananya, yaitu:
Mamam            :   Apa dia bikin attamu di luar?
Wiwi                :    Nonton.
Mamam            :    Belumpi lapar? pergiko dulu gorengkanngi perkedel di kulkas.
Wiwi                :    Iye.
Pada tuturan di atas, pada potongan percakapan “Pergiko dulu gorengkanngi perkedel di kulkas.” Terbagi atas : “Pergiko dulu /gorengkanngi perkedel/ di kulkas”.Mengandung makna semantis menggoreng perkedel di dalam kulkas. Dan “Pergiko dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas”. Mengandung makna menggoreng perkedel yang ada di dalam kulkas, namun secara konteks semantiknya, “Pergiko dulu/gorengkanngi /perkedel di kulkas” kalimat tersebut lebih berterima menurut Wiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar