Kamis, 19 April 2012

INDAYANI_105104046

ANALISIA DIOLOG DENGAN MENGGUNAKAN TEORI FERDINAND DE SAUSSURE, TEORI LEONARD BLOOMFIELD,dan TEORI JOHN RUPERT FIRTH.

Menjelang magrib, ada salah seorang mahasiswa yang tinggal di pondok stewars memulai suatu pembicaraan. Tidak tahu apa latar belakang masalahnya, setiba di pondokan dengan napas yang masih terengah-engah mengeluarkan suatu ujaran dimana teman-teman yang lain yang mendengarkan turut  merespon. Diolog yang terjadi waktu itu ialah sebagai berikut:
Dahlia : ( dengan suara yang lantang), agh.....pusingku banyaknya mamo tugasku baru tidak adami uangku. Dimanaka kasihan mau ketik tugasku!!!
Ibel : (kaget), astagafirullah....tidak nahargainyaka ini Dahlia. Adaka di depannya baru berterik-teriakki
Dahlia : maaf
Nanda : sabar kawan....ini adalah konsekuensi menjadi sorang mahasiswa
Afika : memangnya kapan mau dikumpul itu tugasmu kawan?
Dahlia : minggu ini.
Gabriel : em,,,kalau begitu sabar meki dulu. Tungguka sekitar dua puluh menit
Dahlia : apa hubungnnya kutungguki dua puluh menit dengan tugasku Gebriel,,,ah,,, kau die mubikin tambah streska cika.
Afika : janganmi pake emosi tau’ah
Dahlia : ( dua puluh menit kemudian datang dengan membawa laptop), em,,,Lia inie mupake selesaikanki tugasmu...ok  sodara semangat nah
Nanda : ih!!! Baiknya tau’ah. Mauku punya teman seperti kau Gabriel
Gabriel : jadi selama ini ko, anggap apaka?
Nanda  : bercandaku jie kawan...
Gabriel : bercandaku jie juga. Em,,, tinggalimi Dahlia na kerjaki tugasnya. Siapa tahu menggangguki
Nanda dan Afika : (serentak), ie pale selamat kerja tugas na,,, semangat!!!!

    Dari diaolog yang ada di atas, dapat dianalisis berdasarkan tiga teori yang telah ada diantaranya:
1.    Teori Ferdinand De Saussure
    Pada teori ini dijelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur sebagai suatu rangkaian hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B. Perilaku bertutur ini terdiri dari dua bagian kegiatan yaitu bagian luar-dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian dalam pleh jiwa atau akal yang terdapat dalam otak pembicaraan dan pendengar. Jika A berbicara maka B menjadi pendengarnya, demikian juga sebaliknya.
Dalam dialog yang ada di atas, yang merupakan serangkaian kata-kata ataupun kalimat yang dapat dianalisis berdasarkan teori ini ialah: pada saat Dahlia mengeluarkan sebuah tuturan ternyata ada beberapa dari teman-temannya yang mendengarkan apa yang sedang Dahlia komunikasikan. Kemudian, dengan spontanitas teman-teman Dahlia yang sedang mendengarkan tuturannya seolah-olah ikut berpartisipasi dalam komunikasi tersebut. Hal ini sudah merupakan teori dari De Saussure, jika ada yang berbicara maka ada yang menjadi pendengar. Pada saat Dahlia mengatakan “), agh.....pusingku banyaknya mamo tugasku baru tidak adami uangku. Dimanaka kasihan mau ketik tugasku!!!” ternyata ada teman-temannya sebagai pendengar yang mendengarkan perkataannya. Demikian, juga sebaliknya.

2.    Teori Leonard Bloomfield
    Bahasa merupakan sekumpulan ujaran yang muncul dalam suatu masyarakat tutur. Ujaran inilah yang harus dikaji untuk mengetahui bagian-bagiannya. Selain itu, bahasa juga merupakan sekumpulan data yang mungkin muncul dalam suatu masyarakat. Data ini merupakan ujaran-ujaran yang terdiri dari potongan-potongan perilaku yang  disusun secara linear sebagaimana interaksi antara stimulus dan respon yang ada.
Pada dialog yang ada di atas, adapun serangkain kalimat yang menunjukkan adanya hubungan dengan teori ini ialah: pada saat Dahlia mengeluarkan sebuah ujaran “( dengan suara yang lantang), agh.....pusingku banyaknya mamo tugasku baru tidak adami uangku. Dimanaka kasihan mau ketik tugasku!!!” spontanitas dari salah seorang temannya yang sempat mendengarkan ujarannya tersebut mengatakan bahwa “em,,,kalau begitu sabar meki dulu. Tungguka sekitar dua puluh menit”. ( dua puluh menit kemudian temannya datang dengan membawa laptop), em,,,Lia inie mupake selesaikanki tugasmu...ok  sodara semangat nah.  Hali ini, sudah menjadi bagia dari teori Bloomfield yang menekankan pada S-R yang perlu dikaji bagian-bagiannya.

3.    Teori John Rupert Firth
    Menurut Firth struktur bahaasa itu ada lima tingkatannya, yaitu: fonetik, leksikon, morfologi, sintaksis, dan semantik. Adapun inti dari teori ini ialah menekankan segalanya pada konteks yang ada.

Berdasarkan dialog yang ada di atas, serangkaian kalimat yang berhubungan dan sepadan dengan teori ini antara lain: pada saat Ibel mengeluarkan ujaran : (kaget), astagafirullah....tidak nahargainyaka ini Dahlia. Adaka di depannya baru berterik-teriakki. Adapun maksud dari ujaran Ibel yang mengatakan” tidak nahargainyaka” bukanlah harga dalam artian jumlah besar atau kecil dalam nilai mata uang harga dalam jual beli. Akan tetapi konteks yang dimaksud ialah menghargai dalam artian sopan santun dalam bertutur kata.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar