TUGAS
2
SOAL
Kemukakan pendapat anda tentang
kerterkaitan antara pikiran mempengaruhi bahasa, bahasa mempengaruhi pikiran,
atau bahasa dan pikiran saling mempengaruhi, yang berlandaskan teori-teori yang
ada!
Jawaban:
A.
Keterkaitan
Antara Bahasa dan Pikiran
Pada
hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami
ujaran. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik adalah studi tentang
mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada
saat memproduksi atau memahami ujaran. Dengan kata lain, dalam penggunaan
bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode
menjadi pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep
menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa
sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang diproses baik
berupa bahasa lisan maupun bahasa
tulis, sebagaimana dikemukakan oleh Kempen
(Marat, 1983: 5) bahwa Psikolinguistik adalah studi mengenai manusia sebagai
pemakai bahasa, yaitu studi mengenai sistem-sistem bahasa yang ada pada
manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat menangkap ide-ide orang lain
dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya sendiri melalui bahasa, baik
secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila dikaitkan dengan keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal ini berkaitan dengan
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
B. Proses Bahasa
Bahasa masuk dalam sistem
memori, kemudian bekerja mempenggaruhi program perasaan dan pikiran yang
diteruskan outputnya dalam bentuk ucapan dan perilaku. Kata-kata (bahasa) yang
baik bersifat positif dan optimis, sebab hal itu akan mempengaruhi cara berfikir
sampai dewasa.
Sampai saat ini, sangat sulit kita
temukan pemikiran-pemikiran yang secara khusus membahas korelasi antara bahasa
dan pikiran. Tesis Gadamer di atas tentu saja terbatas pada bahasa dan
realitas, sedangkan bahasa (yang merealisir realitas) itu merupakan realisasi
ide-ide. Ide terletak dalam pikiran. Bahkan tidak ada garis pembeda yang tegas,
yang ‘mengantarakan’ ide dan pikiran.
Kita bisa melihat jelas seseorang yang
pikirannya kacau mengakibatkan bahasanya kacau juga. Kadang juga jika seseorang
sedang memikirkan sesuatu yang berat, yang bersangkutan tidak berselera untuk
bicara. Ada juga yang berpendapat bahwa bahasa merupakan cerminan dari pikiran,
apa yang dibicarakan adalah apa yang dipikirkan. Bahasa terbentuk dari pikiran,
atau bentuk bahasa (secara individual dan spontan) meniru atau mengikuti bentuk
pikiran atau ide.
C. Bahasa dan Pikiran
Salah
satu pakar Psikolinguistik yang mendalami kaitan antara bahasa dan pikiran
adalah Soenjono. Dalam buku Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
Soenjono berpendapat bahwa orang sudah lama sekali berbicara tentang otak dan
bahasa.
Pendapat para ahli
mengenai keterkaitan bahasa dan pikiran dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu :
1.
Ahli yang
berpendapat bahwa bahasa mempengaruhi pikiran
Ahli yang mendukung
hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan gurunya, Edward Saphir. Menurut mereka
pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap realitas. Pikiran
kita dapat terkondisikan oleh kata yang kita gunakan. Whorf dalam Rahmat (2000)
mengatakan bahwa keterkaitan antara bahasa dengan pikiran terletak pada asumsi
bahwa bahasa mempengaruhi cara pandang manusia terhadap dunia, serta
mempengaruhi pemikiran individu pemakai bahasa itu. Sebagai contoh Bangsa
Jepang. Orang Jepang mempunyai pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang
mempunyai banyak kosa kata dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini
membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang mendetail tentang realitas
2.
Ahli yang
berpendapat bahwa pikiran mempengaruhi bahasa
Pendukung pendapat ini
adalah tokoh psikologi kognitif, Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan
oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa
perkembangan aspek kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.
Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya.
3.
Ahli yang
berpendapat bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timbal balik
antara kata-kata dan pikiran dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli
semantik berkebangsaan Rusia yang teorinya dikenal sebagai pembaharu teori
Piaget mengatakan bahwa bahasa dan pikiran saling mempengaruhi. Penggabungan
Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli
psikologi kognitif.
Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa kata-kata atau bahasa dan pikiran memiliki
hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Di satu
sisi kata-kata merupakan media yang digunakan untuk memahami dunia serta
digunakan dalam proses berpikir, di sisi yang lain pemahaman terhadap kata-kata
merupakan hasil dari aktifitas pikiran.
Bukti lain bahwa
“Pikiran mempengaruhi bahasa” dapat dilihat pada orang yang kilir lidah dan
penderita afasia.
1.
Kilir Lidah
Kilir lidah adalah suatu
fenomena dalam produksi ujaran di mana pembicara ‘terkilir’ lidahnya sehingga
kata-kata yang diproduksi bukanlah kata yang dia maksudkan. Kesalahan yang
berupa kilir lidah seperti kelapa untuk kepala menunjukkan bahwa
kata ternyata tidak tersimpan secara utuh dan orang harus meramunya (Meyer
dalam Soenjono, 2008:142). Dalam hal ini yang memiliki peran yang sangat besar
dalam meramu sebuah kata agar antara langue dan parole itu sesuai
adalah otak (pikiran). Biasanya kilir lidah terjadi pada waktu orang yang
berbicara merasa gugup atau ketakutan, sehingga antara konsep yang ada di
pikiran dengan bahasa yang diujarkan mengalami perbedaan.
2.
Afasia
Afasia adalah suatu penyakit wicara di mana orang tidak dapat berbicara
dengan baik karena adanya penyakit pada otaknya. Penyakit ini pada umumnya
muncul karena orang tersebut menderita stroke, yakni, sebagian otaknya
kekurangan oksigen sehingga bagian tadi menjadi cacat (Soenjono,
2008:151).
Penyebab afasia
selalu berupa cedera otak. Pada kebanyakan kasus, afasia dapat disebabkan oleh
pendarahan otak. Selain itu dapat juga disebabkan oleh kecelakaan atau tumor.
Seseorang mengalami pendarahan otak jika aliran darah di otak tiba-tiba
mengalami gangguan. Hal ini dapat terjadi melalui dua cara yaitu terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah dan kebocoran pada pembuluh darah. Untuk
berkomunikasi dengan penderita afasia sebaiknya menggunakan bahasa isyarat,
gambar, tulisan, atau dengan menunjuk.
Dari kedua contoh
di atas, maka jelas ada keterkaitan antara pikiran dan bahasa. Sebelum bahasa
diujarkan akan diproses terlebih dahulu di dalam otak.
Kajian Pustaka
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Rahmat, J. 2000. Catatan Kang Jalal. Bandung: Rosda Karya.
Widhiarso. 2008. Percikan Perenungan tentang Bahasa Oleh Dosen.(online) (http://widhiarso.staff.ugm.ac.i diakses 20 Maret 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar