Keterkaitan Bahasa dan Pikiran
1. Bahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (
Boediono,2005), bahasa artinya system lambang bunyi yang arbitrer, yang
dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri.
Bahasa juga diartikan sebagai
rangkain bunyi yang mempunyai makna terrtentu. Rangkain bunyi yang kita kenal
sebagai kata, melambangkan suatu konsep. Kumpulan lambang bunyi, dalam
pemikirannya, tidak terlepas dari yang satu dengan yang lainnya. Kata-kata itu
dipergunakan dalam suatu sistem yang terpola. Walaupun bunyi-bunyi bahasa itu
di gunakan sudah benar dan sesuai dengan konvensi (kesepakatan pengguna
bahasa), tetapi bila hubungan antar kata-katanya itu tidak berpola, maka proses
komunikasi tidak akan berjalan dengan baik (Kosasih,E ,2003 : 2).
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak
yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan ke dalam simbol-simbol
abstrak. Dengan adanya bahasa kita dapat memikirkan sesuatu meskipun objek yang
kita pikirkan itu tidak berada di dekat kita . Dengan simbol-simbol bahasa yang
abstrak, kita dapat memikirkan sesuatu secara terus-menerus dan kemudian
mewariskan pengalamannya itu kepada generasi-generasi berikutnya. Kita dapat
pula mengkomunikasikan sesuatu yang kita pikirkan dan dapat pula belajar
sesuatu dari orang lain.
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala
sesuatu mampu termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu,
memahami bahasa akan memungkinkan kita memahami bentuk-bentuk pemahaman manusia.
2. Pikiran
Pikiran berasal dari kata dasar pikir.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Boediono, 2005), Pikir artinya akal
budi ; ingatan; angan-angan; kata dalam hati; kira, kemudian mendapat sufiks
–an menjadi kata pikiran. Pengertian pikiran menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi 3,2007 bahwa pikiran adalah akal budi atau ingatan. Sedangkan
menurut Sri Utami (1992 :30), menyatakan bahwa berpikir adalah aktivitas mental
manusia. Dalam proses berpikir kita merangkai-rangkaikan sebab akibat, menganalisinya
dari hal-hal yang khusus atau atau kita menganalisisnya dari hal-hal yang
khusus ke yang umum. Berpikir berarti merangkai konsep-konsep. Pikiran adalah
proses pengolahan stimulus yang berlangsung dalam domain representasi utama.
Proses tersebut dapat dikategorikan sebagai proses perhitungan (computational
process).
Proses berpikir dilalui dengan tiga
langkah yaitu: pembentukan pikiran, pembentukan pendapat, penarikan
kesimpulan dan pembentukan keputusan. Pertama, yaitu pada pembentukan pikiran.
Pada pembentukan pikiran inilah manusia menganalisis ciri-ciri dari sejumlah
objek. Objek tersebut kita perhatikan unsur-unsurnya satu demi satu. Misalnya
mau membentuk pengertian manusia. Kita akan menganalisis ciri-ciri manusia.
Kedua, yakni pada pembentukan pendapat.
Pada pembentukan pendapat ini seseorang meletakkan hubungan antara dua buah
pengertin atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk bahasa yang disebut kalimat.
Pembentukan pendapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu pendapat afirmatif
atau pendapat positif yaitu pendapat yang mengiakan sesuatu hal, pendapat
negatif yaitu pendapat yang tidak menyetujui, dan pendapat modalitas yaitu pendapat
yang memungkinkan sesuatu.
Ketiga, pada penarikan kesimpulan. Pada
penarikan kesimpulan ini melahirkan tiga macam kesimpulan, yaitu keputusan
induktif, deduktif, dan analogis ( perbandingan).
3. Keterkaitan
Bahasa dan Pikiran
Pikiran manusia pada hakikatnya selalu mencari dan
berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran merupakan suatu proses.
Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk dapat berpikir
logis. Kebenaran ini hanya menyatakan serta mengandaikan adanya jalan, cara,
teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki serta
dirumuskan dalam logika.
Selanjutnya terdapat beberapa pengelompokan
keterkaitan bahasa berdasarkan uraian para ahli yaitu:
a. Bahasa
memengaruhi pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pikirannya
terhadap realitas. Pikiran dapat manusia terkondinidikan oleh kata yang manusia
gunakan. Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benjamin Wrof dan gurunya,
Edward Sapir. Wrof mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang mempunyai
pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak kosa kata dalam
menjelaskan realitas. Hal ini membuktikan bahwa mereka mempunyai pemahaman yang
mendetail tentang realitas.
b. Pikiran
memengaruhi bahasa
Ada kemungkinan struktur bahasa dipengaruhi oleh
pikiran. Sekitar 2.500 tahun yang lalu Aristoteles berargumen bahwa kategori
pikiran menentukan kategori bahasa. Banyak alas an yang memperkuat argument
tersebut, walaupun Aristoteles sendiri tidak bisa memperlihatkan alas an-alasan
tersebut. Adapun alasan yang dapat dikemukakan antara lain, kemampuan manusia
berpikir muncul lebih awal ditinjau dari aspek evolusi dan berlangsung
belakangan dari aspek perkembangannya dibandingkan kemampuan menggunakan
bahasa.
Tokoh psikologi kognitif yang tak asing bagi
manusia, yaitu Jean Piaget menyatakan bahwa ada keterkaitan antara pikiran dan
bahasa. Bahasa adalah representasi dari pikiran. Melalui observasi yang
dilakukan oleh Piaget terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat
bahwa perkembangan aspek kognitif anak akan memengaruhi bahasa yang
digunakannya. Semakin tinggi aspek tersebut semakin tinggi bahasa yang
digunakannya. Sebelum anak-anak menggunakan bahasanya secara efektif, anak-anak
memperlihatkan kemampuan kognitif yang cukup bearti dan beragam.
Menurut Pieget, ada dua pikiran, yaitu pikiran
terarah (directed) atau intelligent dan pikiran tidak terarah
atau autistik (autictic). Pikiran
yang terarah adalah pikiran yang menghasilkan tindakan atau ujaran yang dapat
dipertanggungjawabkan dan memiliki landasan kuat, sedangkan pikiran tidak
terarah umumnya pikiran yang sering menimbulkan kekeliruan atau dampak yang
tidak terduga. Mungkin itu sebabnya terjadi tergelincir lidah.
c. Bahasa
dan pikiran saling mempengaruhi
Hubungan timabal balik antara kata-kata dan pikiran
dikemukakan oleh Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantic kebangsaan Rusia yang
teorinya dikenal sebagai pembaharu teori. Piaget mengatakan bahwa bahasa dan
pikiran pada tahap permulaan berkembang secvara terpisah, dan tidak saling
mempengaruhi. Jadi, mula-mula pikiran berkembang tanpa bahasa, dan bahasa
mula-mula berkembang tanpa pikiran. Lalu pada tahap berikutnya, keduanya
bertemu dan saling bekerja sama, serta saling mempengaruhi. Penggabungan
Vigotsky terhadap kedua pendapat di atas banyak diterima oleh kalangan ahli
psikologi kognitif.
Daftar Pustaka
Arifuddin. 2010. NEUROPSIKOLINGUISTIK.
Jakarta: Rajawali Pers
Mahmudah, DR. 2012. Psikolinguistik: Kajian Teoretik.
Makassar: Universitas Negeri Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar