Kamis, 29 Maret 2012

TEORI LINGUISTIK F. DE SAUSSURE - NUR FADHILAH


NUR FADHILAH, 105104052, B, PBSI (2010)
TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE


A.    Telaah Sinkronik dan Telaah Diakronik danlam Studi Bahasa
Telaah Sinkronik dan Diakronik Ferdinand de Saussure membedakan telaah bahasa secara sinkronik dan telaah bahasa secara diakronik.Yang dimaksud dengan telaah bahasa secara sinkronik adalah mempelajari suatu bahasa pada sutu kurun waktu tertentu saja. Misalnya, mempelajari bahasa Indonesia yang digunakan pada jaman Jepang atau pada masa tahun 50-an. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang jaman bahasa itu digunakan oleh para penuturnya. Jadi, kalau mempelajari bahasa indonesia secara diakronik, maka harus dimulai sejak jaman sriwijaya sampai jaman sekarang ini. Dengan demikian bisa dikatakan telaah bahasa secara diakronik adalah jauh lebih sukar dari pada telaah bahasa secara sinkronik.

B.     Langue dan Parole
Dalam bukunya  Course de Linguistique Generale, Ferdinand mewariskan kita mengenai paradigma langue dan parole.
Dalam mata de Saussure, bahasa dibedakannya menjadi tiga istilah yaitu: langage, langue, dan parole. Langage adalah bahasa pada umumnya, yang menyangkut semua bahasa, karena ilmu bahasa tidak terbatas pada penelitian satu bahasa atau beberapa bahasa, melainkan mencakup semua bahasa didunia yang mencoba meneliti katakteristik serta menunjjukkan kesamaannya, sehingga generalisasi terhadapnya apat di taik (Kaseng, 1992:89).
Namun Saussure sendiri telah berkonsentrasi pada paradigma langue dan parole. Langue adalah keseluruhan system tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak.
Menurut Saussure, langue adalah totalitas dari sekumpulan fakta suatu bahasa, yang disimpulkan dari ingatan para pemakai bahasa  dan merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam setiap individu. Langue ada dalam otak, bukan hanya abstraksi-abstraksi saja dan merupakan gejala sosial. Dengan adanya langue itulah, maka terbentuk masyrakat ujar, yaitu masyarakat yang menyepakati aturan-aturan gramatikal, kosakata, dan pengucapan.
Sedangkan yang dimaksud parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa, sifatnya konkret karena parole tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan yang orang yang lain.
Parole sifatnya pribadi, dinamis, lincah, social terjadi padawaktu, tempat, dan suasana tertentu.
Dalam hal ini, yang menjadi objek telaah linguistic adalahlangue yang tentu saja dilakukan melaui parole, karena itulah parole itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan diteliti.

C.    Signified an Signifiant
Signifiant dan Signifie Ferdinand de Saussure  mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda linguistik (signe atau signe lingustique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak terpisahkan, yaitu komponen signifiant dan komponen signifie.Yang di maksud signifiant adalah citra bunyi aatu kesan psikologis yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah Pengertian atau kesan makna ynag ada dalam pikiran kita. Untuk lebih jelas, ada yang menyamakan signe itu sama dengan kata; signifie sama dengan ’makna’; dan signifiant sama dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu. Hubungan antara signifiant dengan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Sebagai tanda linguistik, signifiant dan signifie itu biasanya mengacu pada sebuah acuan atau referen yang berada dialam nyata, sebagai sesuatu yang ditandai oleh signe linguistique itu. Sebagai contoh kita ambil kata bahasa Arab kitab dan dalam bahasa Inggris book yang berarti ’buku’ dan mengacu pada sebuah acuan, yaitu buku. Perhatikan bagan berikut:

Signifie             
(makna)           “Sebuah buku”
signe linguistique        
(kata)                           “buku”                             
Signifiant
(Bentuk)           /b,o,o,k/ dan /k,I,t,a,b/


D.    Relasi Sintagmatik dan Relasi Paradigmatik
Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik. Ferdinand de Saussure membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik. Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Hubungan sintagmatik ini terdapat, baik dalam tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Hubungan sintagmatik pada tataran fonologi tampak pada urutan fonem-fonem dengan urutan /k, i, t, a, b/. Apabila urutannya diubah, maka maknanya akan berubah, atau tidak bermakna sama sekali.



Perhatikan contoh berikut :
k          i           t           a          b
b          a          k          t           i
t           i           k          a          b
k          a          t           i           b
b          a          t           i           k
Hubungan sintagmatik pada tataran morfologi tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata, yang juga tidak dapat diubah tanpa merusak makna dari kata tersebut. Ada kemungkinan maknanya berubah, tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama sekali. Umpamanya kata segiempat tidak sama dengan empatsegi, kata barangkali tidak sama dengan kalibarang, dan kata tertua tidak sama dengan tuater. Hubungan sintagmatik pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin dapat diubah, tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut, atau menyebabkan tidak bermakna sama sekali. Perhatikan contoh kalimat dibawah ini yang urutan katanya bisa diubah tanpa mengubah makna kalimat, yaitu :
Hari ini dia tidak datang karena hujan
Karena hujan hari ini dia tidak datang
Dia tidak datang karena hujan hari ini
Dia tidak datang hari ini karena hujan
Dan contoh kalimat berikut yang urutan katanya diubah menyebabkan makna kalimatnya berubah, yaitu:
Dila memanggil Andi                           Andi memanggil Dila
Ini baju baru                                         Ini baru baju
Yang dimaksud dengan hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan cara subtitusi, baik dalam tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksis. Hubungan paradigmatik pada tataran fonologi tampak pada contoh: antara bunyi /r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada kata rata, kata, bata, mata, dan data.
  r a t a
  k a t a
  b a t a
  m a t a
  d a t a
Hubungan paradigmatik pada tataran morfologi tampak pada contoh: antara prefiks me-, di-, pe-, dan te-. Yang terdapat dalam kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat.
 me rawat
 di rawat
 pe rawat
 te rawat
Sedangkan hubungan paradigmatik pada tataran sintaksis dapat dilihat pada contoh antara kata-kata yang menduduki fungsi subjek, predikat, objek adalah :
Dina    membeli           bunga
Saya    mencuci           baju
Dini     menulis            surat
Secara lengkap sintagmatik dan hubungan paradigmatik dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Sintagmatik               
p                                 
A                     Dina                            membeli                                   bunga
R
A                     Saya                            mencuci                                   baju
D
I                       Dini                             menulis                                    surat
G
M                    Ali                               membaca                                 Koran
A
T                     Ani                              makan                                      kue
I
K                     Penerbit                       mencetak                                 buku pelajaran
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar