NUR FADHILAH, 105104052, B, PBSI (2010)
TEORI LINGUISTIK FERDINAND
DE SAUSSURE
A. Telaah Sinkronik dan
Telaah Diakronik danlam Studi Bahasa
Telaah Sinkronik dan Diakronik Ferdinand de Saussure membedakan telaah bahasa secara sinkronik dan telaah bahasa secara diakronik.Yang dimaksud dengan telaah
bahasa secara sinkronik adalah
mempelajari suatu bahasa pada sutu kurun waktu tertentu saja. Misalnya,
mempelajari bahasa Indonesia yang digunakan pada jaman Jepang atau pada masa
tahun 50-an. Sedangkan telaah bahasa secara diakronik
adalah telaah bahasa sepanjang masa, atau sepanjang jaman bahasa itu digunakan
oleh para penuturnya. Jadi, kalau mempelajari bahasa indonesia secara diakronik, maka harus dimulai sejak
jaman sriwijaya sampai jaman sekarang ini. Dengan demikian bisa dikatakan
telaah bahasa secara diakronik adalah
jauh lebih sukar dari pada telaah bahasa secara sinkronik.
B. Langue dan Parole
Dalam bukunya Course de Linguistique Generale, Ferdinand
mewariskan kita mengenai paradigma langue dan parole.
Dalam mata de Saussure, bahasa dibedakannya menjadi tiga
istilah yaitu: langage, langue, dan parole. Langage
adalah bahasa pada umumnya, yang menyangkut semua bahasa, karena ilmu bahasa
tidak terbatas pada penelitian satu bahasa atau beberapa bahasa, melainkan
mencakup semua bahasa didunia yang mencoba meneliti katakteristik serta
menunjjukkan kesamaannya, sehingga generalisasi terhadapnya apat di taik
(Kaseng, 1992:89).
Namun Saussure sendiri telah berkonsentrasi pada
paradigma langue dan parole. Langue adalah keseluruhan system tanda yang berfungsi sebagai alat
komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya
abstrak.
Menurut Saussure, langue
adalah totalitas dari sekumpulan fakta suatu bahasa, yang disimpulkan dari
ingatan para pemakai bahasa dan
merupakan gudang kebahasaan yang ada dalam setiap individu. Langue ada dalam otak, bukan hanya
abstraksi-abstraksi saja dan merupakan gejala sosial. Dengan adanya langue itulah, maka terbentuk masyrakat
ujar, yaitu masyarakat yang menyepakati aturan-aturan gramatikal, kosakata, dan
pengucapan.
Sedangkan yang dimaksud parole adalah pemakaian atau realisasi langue oleh masing-masing anggota masyarakat bahasa, sifatnya
konkret karena parole tidak lain
daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan yang orang
yang lain.
Parole sifatnya pribadi, dinamis, lincah, social terjadi padawaktu,
tempat, dan suasana tertentu.
Dalam hal ini, yang menjadi objek telaah linguistic
adalahlangue yang tentu saja dilakukan melaui parole, karena itulah parole
itulah wujud bahasa yang konkret, yang dapat diamati dan diteliti.
C. Signified an Signifiant
Signifiant dan Signifie
Ferdinand de Saussure mengemukakan teori bahwa setiap tanda atau tanda
linguistik (signe atau signe lingustique) dibentuk oleh dua buah komponen yang tidak
terpisahkan, yaitu komponen signifiant
dan komponen signifie.Yang di maksud signifiant adalah citra bunyi aatu kesan
psikologis yang timbul dalam pikiran kita. Sedangkan signifie adalah Pengertian atau kesan makna ynag ada dalam pikiran
kita. Untuk lebih jelas, ada yang menyamakan signe itu sama
dengan kata; signifie sama dengan ’makna’; dan signifiant sama
dengan bunyi bahasa dalam bentuk urutan fonem-fonem tertentu. Hubungan antara signifiant
dengan signifie sangat erat, karena keduanya merupakan kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan.
Sebagai tanda linguistik, signifiant dan signifie itu biasanya mengacu pada sebuah acuan atau referen yang
berada dialam nyata, sebagai sesuatu yang ditandai oleh signe linguistique itu.
Sebagai contoh kita ambil kata bahasa Arab kitab dan dalam bahasa
Inggris book yang berarti ’buku’ dan mengacu pada sebuah acuan, yaitu
buku. Perhatikan bagan berikut:
Signifie
(makna) “Sebuah
buku”
signe linguistique
(kata)
“buku”
Signifiant
(Bentuk) /b,o,o,k/
dan /k,I,t,a,b/
D. Relasi Sintagmatik dan
Relasi Paradigmatik
Hubungan
Sintagmatik dan Paradigmatik. Ferdinand de Saussure
membedakan adanya dua macam hubungan, yaitu hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik.
Yang dimaksud dengan hubungan sintagmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang
tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Hubungan sintagmatik
ini terdapat, baik dalam tataran fonologi, morfologi, maupun sintaksis.
Hubungan sintagmatik pada tataran
fonologi tampak pada urutan fonem-fonem dengan urutan /k, i, t, a, b/.
Apabila urutannya diubah, maka maknanya akan berubah, atau tidak bermakna sama
sekali.
Perhatikan contoh berikut :
k
i
t
a b
b
a
k
t i
t
i
k
a b
k
a
t
i b
b
a
t
i k
Hubungan
sintagmatik pada tataran morfologi
tampak pada urutan morfem-morfem pada suatu kata, yang juga tidak dapat diubah
tanpa merusak makna dari kata tersebut. Ada
kemungkinan maknanya berubah, tetapi ada kemungkinan pula tak bermakna sama
sekali. Umpamanya kata segiempat tidak sama dengan empatsegi, kata
barangkali tidak sama dengan kalibarang, dan kata tertua
tidak sama dengan tuater. Hubungan sintagmatik
pada tataran sintaksis tampak pada urutan kata-kata yang mungkin dapat diubah,
tetapi mungkin juga tidak dapat diubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut,
atau menyebabkan tidak bermakna sama sekali. Perhatikan contoh kalimat dibawah
ini yang urutan katanya bisa diubah tanpa mengubah makna kalimat, yaitu :
Hari
ini dia tidak datang karena hujan
Karena
hujan hari ini dia tidak datang
Dia
tidak datang karena hujan hari ini
Dia
tidak datang hari ini karena hujan
Dan
contoh kalimat berikut yang urutan katanya diubah menyebabkan makna kalimatnya
berubah, yaitu:
Dila
memanggil Andi
Andi memanggil Dila
Ini
baju
baru
Ini baru baju
Yang
dimaksud dengan hubungan paradigmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan
unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang
tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan paradigmatik dapat dilihat dengan cara subtitusi, baik dalam
tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksis. Hubungan paradigmatik pada tataran fonologi
tampak pada contoh: antara bunyi /r/, /k/, /b/, /m/, dan /d/ yang terdapat pada
kata rata, kata, bata, mata, dan data.
r a t a
k a t a
b a t a
m a t a
d a t a
Hubungan paradigmatik pada tataran morfologi
tampak pada contoh: antara prefiks me-, di-, pe-, dan te-. Yang terdapat
dalam kata merawat, dirawat, perawat, dan terawat.
me rawat
di rawat
pe rawat
te
rawat
Sedangkan hubungan paradigmatik pada tataran sintaksis
dapat dilihat pada contoh antara kata-kata yang menduduki fungsi subjek,
predikat, objek adalah :
Dina membeli bunga
Saya mencuci baju
Dini menulis surat
Secara lengkap
sintagmatik dan hubungan paradigmatik dapat kita gambarkan sebagai berikut :
Sintagmatik
p
A Dina membeli bunga
R
A Saya mencuci baju
D
I Dini menulis surat
G
M Ali membaca Koran
A
T Ani makan kue
I
K Penerbit mencetak buku pelajaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar