A. Fungsi Bahasa
Bila kita
meninjau kembali sejarah pertumbuhan bahasa sejak awal hingga sekarang, maka
fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu
sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis besarnya dapat
berupa:
@ Untuk
menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat
untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu
yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan
keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain :
-
Agar menarik perhatian orang lain terhadap kita
-
Keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi.
Sebenarnya
semua fungsi bahasa sebagai yang dikemukakan di atas tidak terpisah satu sama
lain dalam kenyataan sehari-hari. Sehingga untuk menetapkan dimana yang satu
mulai dan di mana yang lain berakhir sangatlah sulit. Pada taraf
permulaan, bahasa pada anak-anak sebagai berkembang sebagai alat untuk
menyatakan dirinya sendiri. Dalam buaian seorang bayi sudah dapat menyatakan
dirinya sendiri, ia menangis bila lapar atau haus. Ketika mulai belajar
berbahasa, ia memerlukan kata-kata untuk menyatakan lapar, haus dan sebagainya.
Hal itu berlangsung terus hingga seorang menjadi dewasa; keadaan hatinya,
suka-dukanya, semuanya coba diungkapkan dengan bahasa agar tekanan-tekanan
jiwanya dapat tersalur. Kata-kata seperti, aduh, hai, wahai, dan sebagainya.
Menceritakan pada kita kenyataan ini.
@ Alat
komunikasi
Komunikasi
merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan
sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.
Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan,
dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Dengan komunikasi pula kita
mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek-moyang kita,
serta apa yang dicapai oleh orang-orang yang sejaman dengan kita.
Sebagai alat
komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan
kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia
mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan
masa depan kita. Ia juga memungkinkan manusia menganalisa masa lampaunya untuk
memetik hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam
pengalaman sehari-hari, atau katakanlah sejak kecil hingga seorang meningkat
dewasa, bahasa perseorangan mengalami perkembangan, sejalan dengan bertambahnya
kenyataan-kenyataan atau pengalaman-pengalaman seseorang. Bila kita
membandingkan bahasa sebagai suatu sistem keseluruhan dengan wujud dan fungsi
bahasa yang bertahap-tahap dalam kehidupan individual, yaitu wujud dan fungsi
yang terbatas pada masa kanak-kanak, serta wujud dan fungsi bahasa yang jauh
lebih luas pada waktu seorang telah dewasa, maka dapatlah dibayangkan betapa
wujud dan fungsi bahasa itu sejak awal mula sejarah umat manusia hingga kini.
Bahasa itu mengalami perkembangan dari jaman ke jaman sesuai dengan
perkembangan intelektual manusia dan kekayaan cipta karya manusia sebagai hasil
dari kemajuan intelektual itu sendiri.
Bila kita
menyetujui pendapat yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia primitif masih
sangat sederhana dan terbatas, serta kemampuan intelektual mereka masih sangat
rendah bila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, serta di pihak lain kita
mengakui bahwa bahasa adalah alat untuk mengungkapkan atau mengkonsumsikan
semua kebutuhan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditegaskan
pula bahwa wujud dan fungsi bahasa pada manusia-manusia primitif masih
terbatas pula sesuai dengan keterbatasan kebutuhan dan kemampuan
intelektualnya. Tetapi seketika teknik manusia bertambah serta kebudayaan dan
kebutuhan manusia meningkat, maka bahasa itu turut pula berkembang untuk dapat
menampung semua apa yang telah dicapai oleh umat manusia sehingga komunikasi
tidak mengalami kemacetan.
@ Alat
untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Bahasa, di
samping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia
memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian
dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang
lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien
melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan
tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan kelompok sosial yang
dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan
menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang
setinggi-tingginya. Ia memungkinkan untuk memperoleh (pembauran) yang sempurna
bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui
bahasa seorang anggota masyarakat perlahan-lahan belajar mengenal segala adat
istiadat, tingkah laku, dan tata karma masyarakatnya. Ia mencoba menyesuaikan
dirinya (adaptasi) dengan semuanya melalui bahasa. Seorang pendatang bau dalam
sebuah masyarakat pun harus melakukan hal yang sama. Bila ingin hidup dengan
tentram dan harmonis dengan masyarakat itu ia harus menyesuaikan dirinya
dengan masyarakat itu; untuk itu ia memerlukan bahasa, yaitu bahasa masyarakat
tersebut. Bila ia dapat menyesuaikan dirinya maka ia pun dengan mudah
membaurkan dirinya (integrasi) dengan segala macam tata karma masyarakat
tersebut.
Bahasa-bahasa
menunjukkan perbedaan antara satu dengan yang lainnya, tetapi masing-masing
tetap mengikat kelompoknya penuturnya dalam satu kesatuan. Ia memungkinkan tiap
individu untuk menyesuaikan dirinya dengan adat istiadat dan kebiasaan
masyarakat bahasa itu. Dua orang yang mempergunakan bahasa yang sama, akan
mempergunakan pula kata-kata yang sama untuk melukiskan suatu situasi yang
identik. Kata sebagai sebuah simbol bukan saja melambangkan pikiran atau
gagasan tertentu, tetapi ia juga melambangkan perasaan, kemauan dan tingkah
laku seseorang.
@ Alat
untuk mengadakan kontrol sosial
Yang dimaksud
dengan kontrol sosial adalah usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak
tanduk orang-orang lain. Tingkah laku itu dapat bersifat terbuka (overt; yaitu
tingkah laku yang dapat diamati atau diobservasi), maupun yang bersifat
tertutup (covert; yaitu tingkah laku yang tak dapat diobservasi)
Semua
kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena dapat diatur dengan
mempergunakan bahasa. Semua tutur pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan
tanggapan, baik tanggapan yang berupa tutur, maupun tanggapan yang berbentuk
perbuatan atau tindakan. Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa
yang dipergunakan untuk menyampaikan intruksi atau penerangan kepada
bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur. Kekacauan dalam bahasanya
akan menggagalkan pula usahanya untuk mempengaruhi tingkah laku dan
tindak-tanduk bawahannya.
Dalam
mengadakan kontrol sosial, bahasa itu mempunyai relasi dengan proses-proses
sosialisasi suatu masyarakat. Proses-proses sosialisasi itu dapat diwujudkan
dengan cara-cara berikut. Pertama, memperoleh keahlian bicara, dan dalam
masyarakat yang lebih maju, memperoleh keahlian membaca dan menulis. Keahlian
berbicara dan keahlian menulis pada masyarakat yang sudah maju, merupakan
persyaratan bagi tiap individu untuk mengadakan partisipasi ay penuh dalam
masyarakat tersebut. Kedua, bahasa merupakan saluran yang utama di mana
kepercayaan dan sikap masyarakat diberikan kepada anak-anak yang tengah tumbuh.
Mereka inilah yang menjadi penerus kebudayaan kepada generasi berikutnya.
Ketiga, bahasa melukiskan dan menjelaskan peran yang dilakukan oleh si anak
untuk mengidentifikasikan dirinya supaya dapat mengambil tindakan-tindakan
yang diperlukan. Dan keempat, bahasa menanamkan rasa keterlibatan (atau sense
of belonging atau esprit de corps) pada si anak tentang masyarakat bahasanya.
B. Tujuan Kemahiran berbahasa
Melihat
fungsi-fungsi bahasa sebagai dikemukakan di atas, terutama fungsi sebagai alat
komunikasi dan kontrol sosial, maka maksud utama dari buku ini ialah berusaha
untuk memberikan dasar-dasar guna memperoleh kemahiran berbahasa, baik dalam
penggunaan bahasa secara lisan secara tertulis, agar mereka yang mendengar atau
diajak bicara, dengan mudah dapat memahami apa yang dimaksudkan.
Sebab itu
bahasa yang dipergunakan pertama-tama haruslah bahasa yang umum dipakai, yang
tidak menyalahi norma-norma yang umum berlaku. Seorang yang belum mahir
mempergunakan bahasa akan menemukan kesulitan-kesulitan, karena apa yang
dipikirkan atau dimaksudkan tidak akan sempurna dilahirkan kepada orang lain.
Demikian pula dalam pergaulan umum, kalau bahasa yang dipergunakan bukan
merupakan bahasa yang umum berlaku, maka sukar pula diperoleh komunikasi yang
lancar. Semua hal ini akan menimbulkan kesalah-pahaman. Sangsi yang langsung
dapat diterima oleh pembicara adalah bahwa apa yang diinginkan atau dikehendaki
tidak dapat segera mendapat tanggapan.
Latihan
kemampuan atau kemahiran pertama-tama bermaksud untuk menggelar dan
mengembangkan potensi-potensi pribadi. Dengan latihan-latihan yang intensif,
kita akan memperoleh keahlian bagaimana menggunakan daya pikir secara efektif,
menguasai struktur bahasa dan kosakata secara menyakinkan, menggunakan suara
dan artikulasi bahasa yang tepat, bagaimana menggunakan gerak-gerik, isyarat
dan air muka sesuai dengan suasana dan isi pembicaraan. Latihan-latihan ini
perlahan-lahan akan memungkinkan kita melahirkan ide, pengetahuan, perasaan dan
lain-lainnya dalam bentuk bahasa yang baik dan lancar, dengan cara yang teratur
dan logis.
Dengan
demikian, kemahiran berbahasa akan mendatangkan keuntungan bagi masyarakat,
bila ia dipergunakan sebagai alat komunikasi yang baik terhadap sesama warga
masyarakat, bila ia memungkinkan kita mengembangkan kesanggupan kita untuk
dapat mempengaruhi orang lain dalam mengembangkan kontrol sosial yang
diinginkan. Dengan bahasa kita dapat mengembangkan kepribadian dan
nilai-nilai sosial kepada tingkat yang lebih tinggi dari apa yang biasa dipakai
oleh masyarakat umum.
Tingkat
kemungkinan integrasi yang dilakukan terhadap lingkungan sosial, serta tingkat
berhasilnya seseorang dalam menghendaki orang-orang lain berpikir, merasa dan
bertindak seperti pembicara, ditentukan oleh kesanggupan pembicara untuk
menyampaikan kepada orang lain apa yang dipikirkan atau dirasakan dengan jelas
dan teratur. Sikap pembicara yang menentukan berhasil tidaknya komunikasi atau
kontrol sosial itu tergantung pula dari faktor; ketepatan dan ketelitian maksud
pembicara, dorongan untuk mengadakan kontrak dengan orang lain, makna dan arti
yang jelas dari rangkaian kata-kata yang digunakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar