Selasa, 05 Juni 2012

NUR AZISAH, 105104031, GANGGUAN BERBAHASA/ APHASIA


Secara neurobiologis, otak manusia terdiri atas miliaran sel saraf atau neuron yang menyebar ke keseluruhan otak manusia. Seperti yang dikemukakan oleh seorang neurolog, Gerald Edelman, pemenang hadiah nobel, dibutuhkan lebih dari 32 juta tahun untuk menghitung semua sinaps di dalam otak manusia dengan kecepatan satu sinaps perdetik. Jika dipusatkan perhatian pada kemungkinan jumlah hubungan saraf di dalam otak, maka didapati jumlah yang sangat menakjubkan yaitu 10 diikuti sejuta angka nol. Setiap saraf otak itu saling berhubungan dan berkomunikasi melalui satu hubungan atau lebih (Restak, 2004: 5).
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang memungkinkan objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang sebuah objek, meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu dilakukan olehnya (Surya Sumantri, 1998).
Menurut saya, otak dan bahasa sebagai sumber komunikasi. Keduanya mempunyai kaitan yang erat dalam proses komunikasi. Tidak ada satu peristiwa komunikasi pun yang tidak melibatkan otak dan bahasa. Apabila terjadi kerusakan pada otak, berbagai gangguan akan terjadi. Gangguan-gangguan tersebut tentu saja berkaitan dengan bahasa dan komunikasi, seperti gangguan berbahasa, gangguan berbicara, dan gangguan komunikasi.
Untuk mengetahui kaitan fungsi otak terhadap bahasa dan komunikasi, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengaruh Kerusakan Otak terhadap Bahasa dan Komunikasi, yang dikenal dengan gangguan berbahasa dan Hal-hal yang Terjadi pada Bahasa dan Komunikasi setelah Terjadi Kerusakan Di Dalam Otak.





Pembahasan
Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Anak-anak yang lahir dengan alat artikulasi dan auditori yang normal akan dapat mendengar kata-kata melalui telinganya dengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu. Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah Broca (gudang tempat menyimpan sandi ekspresi kata-kata dalam otak) harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkanterjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia.

Gangguan Berbahasa

a.      Afasia
Afasia adalah istilah umum yang digunakan untuk mengacu pada gangguan berbicara karena kerusakan otak. Penyakit yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah, tersumbatnya pembuluh darah, atau kurangnya oksigen pada otak dinamakan stroke. Gangguan bicara yang disebabkan oleh stroke dinamakan afasia (aphasia) (Soenjono Dardjowidjojo, 2003:214). Kerusakan dapat berasal dari dalam otak misalnya perdarahan bagian otak atau karena tumor; atau dari luar misalnya luka di kepala. Gejala-gejala penderita afasia sangat bervariasi dari pasien satu dengan pasien yang lain, baik dalam hal jenis dan kerumitannya.
Afasia adalah gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak. Orang yang menderita afasia tidak mampu mengerti maupun menggunakan bahasa lisan. Penyakit afasia biasanya berkembang cepat sebagai akibat dari luka pada kepala atau stroke, tetapi juga dapat berkembang secara lambat karena tumor otak, infeksi, atau dementia. Evaluasi medis dari penyakit ini dapat dilaksanakan oleh ahli penyakit saraf hingga ahli patologi bahasa.

Afasia: Gejala-gejala dan Sumber
Hal umum untuk menandai gejala-gejala afasia yaitu dalam hal cara pengungkapan, bahwa mereka menunjukkan aspek-aspek bervariasi dalam produksi bahasa. Beberapa penderita afasia menghasilkan sedikit bahasa, menunjukkan kesulitan-kesulitan dalam mendeskripsikan atau mendiskusikan sesuatu, yang seharusnya mereka ketahui dengan baik. Bahasa-bahasa atau ujaran mereka sering tidak lancar, produksi bahasanya lambat, dengan banyak berhenti dan dengan usaha-usaha yang sungguh berat. Mereka sering membuat kesalahan pengucapan, mengganti bunyi-bunyi dengan bunyi yang tidak sesuai, kadang-kadang dengan pola yang tidak sesuai.
Ada pula penderita afasia yang lancar dalam berbicara, dan bentuk sintaksinya juga cukup baik. Hanya saja, kalimat-kalimatnya sukar dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.
 Hal ini disebabkan karena penderita afasia ini sering keliru dalam memilih kata, misalnya kata fair digantikan dengan kata chaircarrot dengan cabbage, dan seterusnya. Ada pula penderita afasia yang mengalami gangguan dalam komprehensif lisan. Dia tidak mudah dapat memahami apa yang kita katakan. Selain itu masih banyak gejala lainnya.

 Afasia dan Otak
Masalah-masalah yang berkaitan dengan afasia adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan otak. Afasia merupakan penyakit bertutur yang diakibatkan oleh kerusakan atau penyakit pada otak. Afasia menyangkut hubungan di antara bagian-bagian otak yang rusak dengan komponen-komponen bahasa yang normal. Afasia dapat berpengaruh terhadap fungsi dan produksi bahasa secara alamiah menjadi tidak normal. Dapat dikatakan bahwa kerusakan bahasa disebabkan oleh kerusakan otak. Apabila hubungan ini diketahui maka pengobatan atau penanganannya pun akan lebih mudah dilakukan.



Afasia Motorik
Afasia motorik disebabkan oleh kerusakan pada lapisan permukaan (lesikortikal) daerah Broca atau pada lapisan di bawah permukaan (lesi subkortikal) daerah Broca atau juga di daerah otak antara daerah broca dan daerah Wernicke (lesi transkortikal) (Chaer, 2002: 157).
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun pikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan. Jenis afasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan disgraphia (agraphia). Afasia motorik terbagi tiga, yaitu:
-          Afasia Motorik Kortikal
Afasia Motorik Kortikal berarti hilangnya kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataaan. Penderita masih mengerti bahasa lisan dan bahasa tulis. Namun, ekspresi verbal tidak bisa sama sekali; bahasa tulis dan bahasa isyarat masih bisa dilakukan.
-          Afasia Motorik Subkortikal
Penderita Afasia Motorik Subkortikal tidak dapat mengeluarkan isi pikiran menggunakan perkataan; masih bisa mengeluarkan perkataan dengan cara membeo. Pengertian bahasa verbal dan visual tidak terganggu, dan ekspresi visual pun normal.
-          Afasia Motorik Transkortikal
Afasia Motorik Transkortikal terjadi karena terganggunya hubungan antara daerah Broca dan Wernicke. Hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. Penderita Afasia Motorik Transkortikal dapat mengutarakan perkataan singkat dan tepat;  masih menggunakan perkataan penggantinya.


c.       Afasia Sensorik
Penyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya kerusakan pada lesikortikal di daerah Wernicke pada hemisferium yang dominan. Kerusakan di daerah ini menyebabkan kehilangan pengertian bahasa lisan dan bahasa tulis (Chaer, 2002: 158).  Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi. Namun, penderita masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri maupun orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar