Sabtu, 09 Juni 2012

Yuni Paliling_105104051


Nama          : Yuni Paliling
Nim   :105104051

A.   Teori Lokalisasi
Teori ini disebut juga pandangan lokalisasi (localization view) yang berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada pada daerah Broca dan daerah Wernicke. Untuk lebih jelas mengenai lokasi-lokasi kemampuan bahasa itu, berikut ini adalah gambaryang diadaptasi dari Chaer (2009:128).

 

Gambar 1. Lokasi-lokasi Kemampuan Bahasa

Gambar di atas menunjukkan wilayah dalam otak yang ada kaitannya dengan kegiatan berbahasa. Hand dan writing adalah wilayah yang mengendalikan tangan kanan. Speech dan face adalah wilayah yang mengendalikan saraf saluran ucapan. Auditory merupakan wilayah yang memproses bahasa lisan terutama melalui telinga kanan. Tactilea adalah wilayah yang memproses informasi pengindraan melalui kulit, saraf dan tangan kanan.  Visual adalah wilayah yang memproses bahasa tulis. Sedangkan di bagian tepi terdapat bagian-bagian lagi yang bernam frontal, parental, occipital, dan temporal yang keempatnya tidak punya pengaruhdalam proses bahasa ujar.
Selain laporan medis Paul Broca dan Carl Wernicke yang menyatakan bahwa pusat bahasa terdapat pada hemisfer kiri, ada satu lagi laporan medis dari Geschwind (1968) yang menyatakan bukti sama. Geschwind melaporkan kasus seorang wanita muda (22 tahun) yang keracunan karbonmonoksida. Wanita ini dapat diselamatkan, tetapi ternyata kemudian mengalami kerusakan otak yang berat. Selama dirawat di rumah sakit keadaannya diteliti dengan teliti dari sudut linguistic, sampai dia meninggal dunia kemudian. Selama dia sakit, wanita tersebut sama sekali tidak dapat menggerakan anggota badannya, kecuali mulut, lidah, dan mukanya. Meskipun pemahaman bahasa akgak kurang bagaimana juga produksi bahasanya, tetapi dia masih dapat mengulangi kalimat-kalimat yang didengarnya dengan lancar. Setelah meninggal dan dibedah, ternyata seluruh otaknya telah rusak, kecuali medan-medan bahasa pada hemisfer kiri yang hanya mengalami kerusakan ringan. Jadi, pusat-pusat bahasnya telah terisolasi dan putus hubungan dengan bagian-bagian otak lain yang telah rusak berat. Kasus ini juga menunjukkan bukti bahwa lokalisasi pusat-pusat bahasa terletak pada hemisfer kiri.
Ada beberapa cara untuk menunjukkan teori lokalisasi ini. Antara lain sebagai berikut.
1.    Teknik stimulus elektrik
Teknik ini diulakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permulaan korteks dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah saraf (neurosurgery) pasien-pasien otak. Semua bagian permukaan korteks hemisfer kiri secara bergiliran telah mereka stimulasi dengan aliran listrik.
Mereka menemukan hanya ada tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan yang merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah sebagai berikut.
a.    Bagian depan girus tengah sebelah bawah lokus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang dikenal dengan daerah (medan) Broca.
b.    Bagian atau medan temporo-parietal posterior, yaitu yang sekarang dikenal sebagai daerah (medan) Wernicke.
c.    Medan motor suplementer yang terdapan pad permukaan tengah belahan korteks sebelah kiri, yaitu yang sekarang dikenal sebagai korteks motor.
Jika bagian-bagian lain dari hemisfer kiri ini distimulasikan kelinan-kelainan bahasa tidak muncul sama sekali.

2.    Teknik perbedaan anatomi otak
Dalam berbagai literature mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan, jika pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer itu, kiri dan kanan tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar daripada hemisfer kanan. Benarkah? Untuk menjawab pertanyaan ini Geschwind dan Levitstsky (1968) telah menganalisis secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporal yaitu daerah di belakang girus Heschl (jadi daerah-derah bahasa, medan Wernicke) jauh lebih besar pada hemisfer kiri. bAhkan perbedaan ini dapat lansung dilihat dengan mata. Penemuan ini diperkuat dengan penemuan Wada (1996) setelah melakukan analisis postmortem (setelah meninggal pada otak-otak bayi-bayi, yang membuktikan bahwa ketidaksimetrisan hemisfer-hemisfer otak ini telah terdapat sejak lahir dan ketidaksimetrisan ini sebagai akibat dari adanya pusat-pusat tertentu pada hemisfer kiri yang khusus mengatur bahasa.

3.    Cara melihat otak dengan  PET (Positron Emission Tomography)
Cara lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat desebut PET. Dengan PET ini kita melihat bagian-bagian otak, terutama bagian-bagian korteks,  pada waktu bagian-bagian itu sedang difungsikan. Caranya, setengah jam sebelum kepala pasien (orang yang diteliti) dimasukkan ke dalam PET, cairan glukosa beradioaktif diinjeksikan ke lengannya. Jika suatu bagian otak bekerja aktif, dia memerlukan glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa ini proses-proses pemikiran dalam otak yang bekerja dan mnemerlukan glukosa akan tampak bersinar, berwarna merah, dan bergerak-gerak.
Umpamanya, kalau pasien diminta mendengarkan lagu atau musik, maka korteks hemisfer kanan akan kelihatan bercahaya  dan berwarna merah, tetapi apabila dia mendengarkan bahas (kalimat-kalimat) maka korteks kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Hanya, seorang pakr musik yang menjadi pasien dan diminta mendengarkan nada-nada music maka ternyata hemisfer kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Mengapa? Hal ini membuktikan  bahwa suatu latihan yang dilakukan dengan kesadaran dan kepahaman yang tinggi dapat menukar reaksi fungsional otak hemisfer kanan ke hemisfer kiri. Kiranya, pengetahuan mengenai perbedaan nada-nada musik sudah menjadi pengetahuan yang didasarkan pada suatu hokum keteraturan dan untuk ini memang hemisfer kirilah yang bertanggung jawab.