Nama : Yuni Paliling
Nim :105104051
A. Teori
Lokalisasi
Teori ini disebut juga pandangan lokalisasi
(localization view) yang berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada
pada daerah Broca dan daerah Wernicke. Untuk lebih jelas mengenai lokasi-lokasi
kemampuan bahasa itu, berikut ini adalah gambaryang diadaptasi dari Chaer
(2009:128).
Gambar 1.
Lokasi-lokasi Kemampuan Bahasa
Gambar di
atas menunjukkan wilayah dalam otak yang ada kaitannya dengan kegiatan
berbahasa. Hand dan writing adalah wilayah yang
mengendalikan tangan kanan. Speech
dan face adalah wilayah yang
mengendalikan saraf saluran ucapan. Auditory
merupakan wilayah yang memproses bahasa lisan terutama melalui telinga kanan. Tactilea adalah wilayah yang memproses
informasi pengindraan melalui kulit, saraf dan tangan kanan. Visual
adalah wilayah yang memproses bahasa tulis. Sedangkan di bagian tepi terdapat
bagian-bagian lagi yang bernam frontal, parental, occipital, dan temporal yang
keempatnya tidak punya pengaruhdalam proses bahasa ujar.
Selain
laporan medis Paul Broca dan Carl Wernicke yang menyatakan bahwa pusat bahasa
terdapat pada hemisfer kiri, ada satu lagi laporan medis dari Geschwind (1968)
yang menyatakan bukti sama. Geschwind melaporkan kasus seorang wanita muda (22
tahun) yang keracunan karbonmonoksida. Wanita ini dapat diselamatkan, tetapi ternyata
kemudian mengalami kerusakan otak yang berat. Selama dirawat di rumah sakit
keadaannya diteliti dengan teliti dari sudut linguistic, sampai dia meninggal
dunia kemudian. Selama dia sakit, wanita tersebut sama sekali tidak dapat
menggerakan anggota badannya, kecuali mulut, lidah, dan mukanya. Meskipun
pemahaman bahasa akgak kurang bagaimana juga produksi bahasanya, tetapi dia
masih dapat mengulangi kalimat-kalimat yang didengarnya dengan lancar. Setelah
meninggal dan dibedah, ternyata seluruh otaknya telah rusak, kecuali
medan-medan bahasa pada hemisfer kiri yang hanya mengalami kerusakan ringan.
Jadi, pusat-pusat bahasnya telah terisolasi dan putus hubungan dengan
bagian-bagian otak lain yang telah rusak berat. Kasus ini juga menunjukkan
bukti bahwa lokalisasi pusat-pusat bahasa terletak pada hemisfer kiri.
Ada
beberapa cara untuk menunjukkan teori lokalisasi ini. Antara lain sebagai
berikut.
1. Teknik
stimulus elektrik
Teknik
ini diulakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permulaan
korteks dengan aliran listrik, seperti yang telah dilakukan dua ahli bedah
saraf (neurosurgery) pasien-pasien
otak. Semua bagian permukaan korteks hemisfer kiri secara bergiliran telah
mereka stimulasi dengan aliran listrik.
Mereka
menemukan hanya ada tiga bagian saja yang terdapat kelainan-kelainan yang
merusak bahasa. Ketiga tempat itu adalah sebagai berikut.
a. Bagian
depan girus tengah sebelah bawah lokus depan kiri, yaitu bagian yang sekarang
dikenal dengan daerah (medan) Broca.
b. Bagian
atau medan temporo-parietal posterior, yaitu yang sekarang dikenal sebagai
daerah (medan) Wernicke.
c. Medan
motor suplementer yang terdapan pad permukaan tengah belahan korteks sebelah
kiri, yaitu yang sekarang dikenal sebagai korteks motor.
Jika
bagian-bagian lain dari hemisfer kiri ini distimulasikan kelinan-kelainan
bahasa tidak muncul sama sekali.
2. Teknik
perbedaan anatomi otak
Dalam
berbagai literature mengenai teori lokalisasi muncul satu pertanyaan, jika
pusat-pusat bahasa hanya berada pada hemisfer kiri, tentulah kedua hemisfer
itu, kiri dan kanan tidak simetris, hemisfer kiri tentu lebih besar daripada
hemisfer kanan. Benarkah? Untuk menjawab pertanyaan ini Geschwind dan Levitstsky
(1968) telah menganalisis secara terperinci 100 otak manusia normal setelah
mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporal yaitu daerah di
belakang girus Heschl (jadi daerah-derah bahasa, medan Wernicke) jauh lebih
besar pada hemisfer kiri. bAhkan perbedaan ini dapat lansung dilihat dengan
mata. Penemuan ini diperkuat dengan penemuan Wada (1996) setelah melakukan
analisis postmortem (setelah meninggal pada otak-otak bayi-bayi, yang
membuktikan bahwa ketidaksimetrisan hemisfer-hemisfer otak ini telah terdapat
sejak lahir dan ketidaksimetrisan ini sebagai akibat dari adanya pusat-pusat
tertentu pada hemisfer kiri yang khusus mengatur bahasa.
3. Cara
melihat otak dengan PET (Positron Emission Tomography)
Cara
lain untuk membuktikan teori lateralisasi dan lokalisasi adalah dengan cara
melihat otak secara langsung dengan menggunakan alat desebut PET. Dengan PET
ini kita melihat bagian-bagian otak, terutama bagian-bagian korteks, pada waktu bagian-bagian itu sedang
difungsikan. Caranya, setengah jam sebelum kepala pasien (orang yang diteliti)
dimasukkan ke dalam PET, cairan glukosa beradioaktif diinjeksikan ke lengannya.
Jika suatu bagian otak bekerja aktif, dia memerlukan glukosa yang banyak. Maka
dengan pertolongan glukosa ini proses-proses pemikiran dalam otak yang bekerja
dan mnemerlukan glukosa akan tampak bersinar, berwarna merah, dan
bergerak-gerak.
Umpamanya,
kalau pasien diminta mendengarkan lagu atau musik, maka korteks hemisfer kanan
akan kelihatan bercahaya dan berwarna
merah, tetapi apabila dia mendengarkan bahas (kalimat-kalimat) maka korteks
kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Hanya, seorang pakr musik yang
menjadi pasien dan diminta mendengarkan nada-nada music maka ternyata hemisfer
kirilah yang bercahaya dan berwarna merah. Mengapa? Hal ini membuktikan bahwa suatu latihan yang dilakukan dengan
kesadaran dan kepahaman yang tinggi dapat menukar reaksi fungsional otak
hemisfer kanan ke hemisfer kiri. Kiranya, pengetahuan mengenai perbedaan nada-nada
musik sudah menjadi pengetahuan yang didasarkan pada suatu hokum keteraturan
dan untuk ini memang hemisfer kirilah yang bertanggung jawab.