Kridalaksana (2009: 24) meyatakan bahwa bahasa adalah
system lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Chaer (2009: 51) menambahkan
bahwa berbahasa merupakan penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang
berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan budayanya. Jadi,
kesimpulannya ialah bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk
berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam
berkomunikasi itu (Chaer, 2009: 30).
Jumat, 30 Maret 2012
Kamis, 29 Maret 2012
Indah Nurmalasari-105104045
Tugas II Psikolinguistik
Indah
Nurmalasari
105104045
1.
Kemukakan menurut
pendapat Anda, apakah bahasa memengaruhi pikiran, pikiran memengaruhi bahasa
atau bahasa dan pikiran saling memengaruhi dengan didukung berdasarkan teori
yang ada !
Jawab :
Menurut
saya, pikiranlah yang memengaruhi bahasa karena bahasa tidak akan terbentuk
tanpa adanya pikiran, dan tindakan dilandasi oleh pola pikir sehingga bahasa
tidak akan terbentuk tanpa adanya pikiran. Misalnya pada orang yang tidak waras
(gila/tidak dapat berpikir dengan normal) tidak akan mampu berbahasa dengan
baik dan benar. Pendapat saya ini diperkuat oleh seorang tokoh sarjana perancis
Jean Piaget yang menyatakan bahwa pikiranlah yang membentuk bahasa, tanpa
pikiran bahasa tidak akan ada. Kesalahan yang terjadi pada saat seseorang
berbicara dalam keadaan gugup atau demam panggung sehingga antara bahasa yang
diujarkan dengan konsep yang ada di pikiran dengan mengalami perbedaan. Dalam
teori pertumbuhan kognisi bahwa jika seseorang anak-anak dapat menggolongkan
sekumpulan benda-benda dengan menggunakan kata-kata yang serupa dengan
benda-benda tersebut, maka perkembangan kognisi dapat diterangkan telah terjadi
sebelum dia dapat berbahasa.
Indah Nurmalasari_105104045
Tugas
I Psikolinguistik
Indah
Nurmalasari
105104045
1. Apakah
bahasa memengaruhi perilaku manusia
?
Jawab :
Menurut
saya, meamang bahasa sangat memengaruhi perilaku manusia karena didasari pada
fungsi bahasa itu sendiri. Yaitu bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi, alat
untuk mengekspresikan diri, dan sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan
beradaptasi sosial. Semakin sering seseorang menggunakan bahasa yang biak dan
benar maka akan menghasilkan pemikiran yang baik pula dan pemikiran itu akan
berdampak pada perilaku manusia. Kecermatan seseorang di dalam berpikir juga
akan terlihat pada perilaku orang tersebut. Penggunaan bahasa yang baik dan
benar dapat menunjukkan sikap postif di dalam dirinya dan terhadap orang
sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa dapat berpengaruh pada perilaku
manusia.
2.
Kemukakan contoh dalam kehidupan
sehari-hari:
a.
Bahasa dan Realita
Jawab :
Misalnya
kata gelas yang beararti alat yang
digunakan untuk minum dan terbuat dari kaca atau plastik yang kemudian
berbentuk menyerupai tabung.
b.
Bahasa dan Perilaku
Jawab :
Misalnya
ketika seseorang siswa berbicara kepada dosen atau guru, siswa tersebut menggunakan bahasa yang sopan dan lebih halus
untuk menghormati dosen atau guru tersebut, maka akan tercermin perilaku yang
baik.
tugas III PSIKOLINGUISTIK
Apakah
bahasa mempengaruhi pikiran atau sebaliknya??
jawab:
manusia dapat berpikir tanpa menggunakan bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan
mengingat, memecahkan persoalan dan menarik kesimpulan. bahasa memungkinkan
individu menyandi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. dengan bahasa
individu mampu mengabstraksikan pengalamannya dan
mengkomunikasikannya pada orang lain karena bahasa
merupakan sistem lambang yang tidak terbatas yang mampu mengungkapkan segala
pemikiran.
keterkaitan antara bahasa dan pikiran dimungkinkan karena
berpikir adalah upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan
satu kesimpulan melalui media bahasa.
bahasa memberikan perseptual dan sekaligus memaksakan
pandangan konseptual tertentu. bahasa memaksakan perseptual manusia karena
bahasa adalah kaca mata yang dipakai untuk melihat realitas. manusia sama saja
dengan orang yang buta yang tak mampu mengenali realita semanusia ketika
manusia memiliki bahasa.
jadi, menurut hemat saya bahwa bahasalah yang
mempengaruhi pikiran, dengan kata lain saya mendukung teori sapir-whorf.
pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi dan melalui
aspek formal bahasa, misalnya gramar dan leksikon. whorf mengatakan
"gramar dan leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi
konseptual yang ada dalam pengguna bahasa tersebut". selain habituasi dan
aspek formal bahasa, salah satu aspek yang domain dalam konsep whorf dan sapir adalah masalah bahasa mempengaruhi
kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan menjadi premis dalam
berpikir.bahasa mampu mengubah pikiran melalui beberapa formulasi antara lain:
1. bahasa meningkatkan komunikasi
2. bahasa memperluas pikiran dengan adanya abstraksi
3. bahsa membentuk kebudayaan
4. bahasa dapat membangun verbal sef-concept
beberapa
pertimbangannya antara lain:
1.determinasi bahasa dapat dimodifikasi dengan asumsi
bahwa bahasa memfasilitasi potensi dalam menalar daripada sebagai penentu
mutlak penalaran.
2. proses satu arah tersebut dapat diubah menjadi proses
dua arah dengan menambahkan bahwa macam bahasa yang digunakan manusia juga
dipengaruhi oleh cara manusia memandang dunia dan juga sebaliknya.
3. studi komparasi antar bahasa yang berbeda.
Sutriani Nasiruddin-105104050
Teori John
Rupert Firth
Sebelumnya
ada empat pandangan dari masing-masing ahli yaitu:
1. Teori Ferdinand
de Saussure, yang menganut paham psikologi kognitif, behavioristik, dan
pragmatik
- Teori
Leonard Bloomfield, yang tampak menganut psikologi behavioristik
- Teori
John Rupert Firth, yang tampak menganut aliran pragmatistik;
- Teori Noam
Chomsky, yang tampak menganut paham kognitif.
Keempat aliran itu mempunyai nama
sendiri-sendiri sesuai dengan teori linguistiknya bukan psikologinya.
John Rupert Firth lahir 17 Juni 1890, Keighley,
Yorkshire, Eng.-meninggal 14 Desember
1960, Lindfield, Sussex), ahli
bahasa Inggris yang mengkhususkan
diri dalam teori kontekstual
makna dan analisis prosodi. Dia adalah pencetus
"Sekolah Linguistik London."
Setelah menerima gelar MA dari
University of Leeds (1913),
Firth bergabung dengan Dinas Pendidikan India pada
tahun 1915 dan menjabat sampai
1928. Dari 1916-1919 ia juga menjadi layanan militer di
Afghanistan, Afrika, dan India dan,
1919-1928, adalah profesor bahasa Inggris di Universitas Punjab di Lahore. Pada tahun
1928 Firth menjadi dosen senior di fonetik di
Universitas College, London. Dia
memegang posisi mengajar di London School of Economics dan di Indian Institute, Oxford, pada tahun 1944
ia diangkat ke kursi pertama linguistik umum di
Inggris di University of London,
di mana ia mengajar sampai
pensiun pada tahun 1956. Mulai
tahun 1941, Firth memberikan kursus intensif di Jepang untuk personil militer, dia dianugerahi Order of the British Empire (1946). Selain
buku-buku populer tentang linguistik. Kumpulan
artikel yang paling penting,
Makalah dalam Linguistik 1934-1951, muncul pada tahun 1957.
Pada Aliran Firthian. Nama John R. Firth terkenal
karena teorinya mengenai fonologi prosodi. Fonologi prosodi adalah suatu cara
untuk menentukan arti pada tataran fonetis.
Menurut Firth dalam kajian linguistik yang
paling penting adalah konteks. Dalam teori Firth ada konteks fonologi,
morfologi, leksikon, dan situasi. Bahasa adalah susunan dari konteks-konteks
ini. Tiap-tiap konteks mempunyai peranan sebagai lingkungan untuk unsur-unsur
atau unit-unit tiap tingkat bahasa itu. Susunan dari konteks-konteks ini
membentuk satu keseluruhan dari kegiatan-kegiatan yang penuh arti. Maksudnya,
tiap-tiap unsur pada tiap tingkatan mempunyai arti yang dapat dibedakan dan
dianalisis.
Menurut Firth struktur bahasa itu terdiri dari
lima tingkatan yaitu tingkatan fonetik, leksikon, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Yang menjadi unsur dalam tingkatan fonetik adalah fonem, yang menjadi
unsur dalam tingkatan morfologi adalah morfem, yang menjadi unsur dalam
tingkatan sintaksis adalah kategori-kategori sintaksis; dan yang menjadi unsur
dalam tingkatan semantik adalah kategori-kategori semantik. Firth lebih
memusatkan perhatian pada tingkatan fonetik dan tingkatan semantik. Sedangkan
tingkatan lain kurang diperhatikan.
Fonem dapat dikaji dalam hubungannya dengan
kata. Konteks fonologi terbatas pada bunyi-bunyi “dalam” yang terdapat
pada kata. Bentuk yang meragukan pada satu tingkat, tidak selalu meragukan pada
tingkatan lain.
Misalnya, bentuk /kรจpala]
dalam bahasa Indonesia. Pada tingkatan fonetik bentuk ini meragukan sebab ada
beberapa makna kata kepala dalam bahasa Indonesia. Untuk menjelaskan, kita
dapat beranjak ketingkatan yang lebih tinggi yaitu tingkatan morfologi atau
sintaksis atau semantik. Dalam konteks morfologi bentuk kepala kantor
ataupun keras kepala tidak meragukan lagi.
Arti atau makna menurut teori Firth adalah
hubungan antara satu unsur pada satu tingkatan dengan konteks unsur itu pada tingkatan
yang sama. Jadi, arti tiap kalimat terdiri dari lima dimensi, yaitu berikut
ini.
1.
Hubungan tiap
fonem dengan konteks fonetiknya (hubungan fonem satu sama lain dalam kata).
2.
Hubungan
kata-kata satu sama lain dalam kalimat.
3.
Hubungan morfem
pada satu kata dengan morfem yang sama pada kata lain, dan hubungannya dengan
kata itu.
4.
Jenis kalimat
clan bagaimana kalimat itu digolongkan.
5.
Hubungan kalimat
dengan konteks situasi.
Ada dua jenis
perkembangan dalam ilmu linguistik yang selalu dikaitkan dengan Firth, Yaitu
(a) teori konteks situasi untuk menentukan arti, (b) analisis prosodi dalam
fonologi. Teori konteks situasi ini menjadi dasar teori linguistik Firth;
beliau menolak setiap usaha untuk memisahkan bahasa dari konteksnya dalam
kehidupan manusia dan budaya. Firth menekankan bahwa makna merupakan jantung
dari pengkajian bahasa. Semua analisis linguistik dan pernyataan-pernyataan
tentang linguistik haruslah merupakan analisis dan pernyataan mengenai makna.
Dalam hal ini beliau memperkenalkan dua kolokasi untuk menerangkan arti, yaitu
arti gramatikal clan arti fonologis. Arti Gramatikal adalah peranan dari
unsur-unsur tata bahasa di dalam konteks gramatikal dari yang mendahului dan
mengikuti unsur-unsur itu di dalam kata atau konstruksi (gagasan) dan dari unsur-unsur
tata bahasa yang bersamaan di dalam paradigma-paradigma. Jadi, arti menurut
kolokasi adalah abstraksi
sintagmatik. Umpama dalam kalimat bahasa Inggris “She liked me”.
Arti gramatikal liked
adalah peranan atau hubungannya dengan she dan me; dan
juga hubungannya dengan like dan likes pada tingkatan paradigmatik. Arti fonologi
adalah peranan atau hubungan dari unsur-unsur fonologi di dalam konteks
fonologi dari struktur suku-kata dan unsur-unsur lain yang bersamaan secara
paradigmatik yang dapat berperanan dalam konteks yang serupa.
Salah satu
dimensi arti dari lima dimensi seperti yang disebutkan di atas adalah dimensi
hubungan kata-kata; hal ini tidak boleh dipisahkan dari konteks situasi dan
budaya. Arti satu tergantung dari kolokasi yang mungkin dari kata itu.
Umpamanya, salah satu arti kata malam adalah kolokasinya dengan gelap, dan
sebaliknya gelap
berkolokasi dengan malam. Jadi, jelas arti sebuah kata ditentukan oleh
konteks linguistiknya.
Sebagai
linguis Firth dikenal juga sebagal tokoh analisis prosodi atau fonologi prosodi. Menurut
Firth analisis prosodi dapat digunakan untuk menganalisis bahasa dan membuat
pernyataan-pernyataan yang sistematis dari analisis ini yang didasarkan pada
penelitian yang mendalam terhadap data bahasa serta menggunakan istilah-istilah
dan kategorikategori yang sesuai. Analisis prosodi ini menganggap ada dua
jenis fonologi, yaitu berikut ini.
1. Unit-unit
fonematik yang terdiri dari konsonan-konsonan segmental dan unsur-unsur vokal
yang merupakan maujud-maujud yang dapat saling menggantikan dalam
bermacam-macam posisi pada suku kata Yang berlainan.
2. Prosodi-prosodi
yang terdiri dari fitur-fitur atau milik-milik struktur Yang lebih panjang dari
satu segmen, baik berupa perpanjangan fonetik, maupun sebagai pembatasan struktur
secara fonologi, seperti suku kata atau kata_ Prosodi-prosodi ini merupakan
maujud yang menjadi ciri khas suku-suku kata secara keseluruhan, dan tidak
dapat saling menggantikan.
Ke dalam
perpanjangan fonetik ini termasuk semua fonem suprasegmental dari fitur-fitur
seperti nasalisasi, glotalisasi, dan retrofleksi yang biasanya tidak
diikutsertakan dalam analisis fonetik terutama analisis fonetik menurut
linguistik struktural Amerika
Secara
singkat bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan prosodi menurut teori Firth
adalah struktur kata beserta ciri-ciri khas lagu kata itu sebagai sifat-sifat
abstraksi tersendiri dalam keseluruhan fonologi bahasa itu. Jadi, yang termasuk
ke dalam fitur-fitur prosodi satu kata adalah:
1. Jumlah suku
kata
2. Hakikat suku
katanya: terbuka atau tertutup
3. Kualitas
suku-suku kata
4. Urutan
suku-suku kata
5. Urutan
bunyi-bunyi vocal
6. Tempat,
hakikat, dan kuantitas bunyi-bunyi penting
7. Kualitas
“gelap” atau “terang” dari suku-suku kata
8. Ciri-ciri
hakiki lagu suku kata dan juga potongan kalimat tempat kata itu terdapat
9. Semua sifat
yang menyangkut struktur suku kata, urutan suku kata, dan keharmonisan suku
kata dalam kata, potongan kalimat, dan keseluruhan kalimat.
Pada tahun (1890-1960) seorang guru
besar pada Universitas London yang bernama John R. Firth telah mengemukakan
sebuah teorinya mengenai fonologi prosodi. Karena itulah, teori yang
dikembangkannya tersebut kemudian dikenal dengan nama aliran Forosodi; tetapi
disamping itu dikenal pula dengan nama aliran firth, atau aliran Firthian, atau
aliran London.
Fonologi prosodi adalah suatu cara
untuk menentukan arti pada tataran fonetis. Dimana fonologi prosodi
tersebut terdiri dari satuan-satuan fonematis berupa unsur-unsur segemental;
yakni konsonan, vokal, sedangkan satuan prosodi berupa ciri-ciri atau
sifat-sifat struktur yang lebih panjang daripada suatu segmen tunggal.
Aliran London atau biasa juga disebut
fonologi prosodi adalah suatu cara untuk menentukan arti pada tataran
fonetis. Dimana arti pada pokok tataran fonematis tersebut yaitu berupa
unsur-unsur segemental (consonant dan vokal).
Dan adapun pokok-pokok prosodi
tersebut terbagi atas tiga macam yakni sebagai berikut:
- Frosodi
yang menyangkut gabungan fonem; struktur kata, struktur suku kata,
gabungan konsonan dan gabungan vokal
- Frosodi
yang terbentuk oleh sendi atau jeda artinya jeda atau persendian mempunyai
hubungan erat dengan hentian bunyi dalam arus ujar. Kenapa disebut jeda?
Yakni karena ditempat perhentian itulah terjadinya persambungan antara
segmen yang satu dengan segmen yang lainnya.
Jeda ini bersifat penuh dan dapat juga
bersifat sementara, sedangkan seni biasanya dibedakan adanya sendi dalam
(internal juncture) atau sendi luar (open juncture), dimana sendi dalam
menunjukkan batas yang lebih besar dari segmen silabel. Dalam hal ini,
biasanya dibedakan:
- Jeda
antara kata dalam frase diberi tanda berupa garis miring tunggal (/)
- Jeda
antara frase dalam klausa diberi tanda berupa garis miring ganda (//)
- Jeda
antara kalimat dalam wacana diberi tanda berupa garis silang ganda (#)
Sehingga dapat diketahui bersama bahwa
dalam bahasa Indonesia sangat penting karena tekanan dan jeda itu dapat
mengubah makna kalimat
- Frosodi yang realisasi fonetisnya melampaui yang lebih besar dari pada fonem-fonem sopra segmental. Artinya bahwa arus ujaran merupakan tuntutan bunyi sambung bersambung terus menerus diselang-seling dengan jeda singkat atau jeda agak singkat, disertai dengan keras lembut bunyi, tinggi rendah bunyi, panjang pendek bunyi dan sebagainya. Dalam arus ujaran itu ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi segmental; tetapi berkenaan dengan keras lembut, panjang pendek, dan jeda bunyi tidak dapat disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut disebut bunyi supra segmental atau prosodi. Dalam studi mengenai bunyi atau unsur supra segmental ini biasanya dibedakan pula atas; tekanan atau stress, nada atau pitch, jeda atau persendian.
Langganan:
Postingan (Atom)